Foto: NeverManageAlone

Bagi para pemain akademi Manchester United, memperkuat tim utama adalah target utama yang menjadi tujuan mereka ketika pertama kali menimba ilmu di sana. Akan tetapi, tidak semua dari mereka yang bisa mendapatkan kesempatan tersebut. Bagi yang gagal, peluang untuk berhasil tidak akan pernah tertutup karena pintu klub lain terbuka lebar untuk mereka yang belum beruntung.

Dwight McNeil misalnya, gagal bersama United tidak membuat masa depannya menjadi suram. Sejak musim 2018/2019, ia menjadi tulang punggung bersama Burnley dan menjadi salah satu pemain yang cukup konsisten di skuat The Clarets. Kenyataan tidak bisa menembus di tim utama tidak menjadi penghalang baginya untuk sukses bersama klub lain.

Laga melawan Manchester United nanti akan menjadi laga spesial bagi dirinya. Hal ini dikarenakan ia akan bertemu lagi dengan dua rekannya saat masih berseragam Setan Merah U-14 yaitu Brandon Williams dan Mason Greenwood. Jika berada di dalam skuat, maka Angel Gomes akan menjadi pemain ketiga United yang akan bereuni dengan McNeil.

“Saya masih berhubungan dengan Mason (Greenwood) meski sedikit dan saya bersama dengannya memperkuat Inggris U-21 sekarang. Dia pencetak gol yang hebat, Anda bisa lihat dia mulai tumbuh dewasa dan dia anak yang baik,” kata McNeil yang usianya dua tahun lebih tua dari Greenwood.

Sama seperti Marcus Rashford dan Brandon Williams, Dwight McNeil adalah pemuda asli kota Manchester. Layaknya bocah yang tumbuh di sana, maka ia akan menyukai satu dari dua klub yang ada di sana yaitu Manchester United atau Manchester City. Beruntung, ia memilih United untuk menjadi kesebelasan favoritnya.

McNeil adalah bocah yang beruntung. Ia menjadi saksi saat tendangan Federico Macheda pada menit terakhir membawa United menang 3-2 atas Aston Villa pada 5 April 2009. Menurut Manchester Evening News, perayaan gol McNeil sangat liar pada waktu itu. Itulah satu kenangan manis McNeil yang membuat dirinya berhasrat untuk menjadi pemain Manchester United ketika dewasa.

“Ketika Macheda mencetak gol, saya ada di sana. Dia masih muda dan itu adalah kesempatan yang hebat. Saya juga pergi melihat beberapa laga Liga Champions. Saya sebisa mungkin ikut pergi menonton dengan ayah kapan pun. Itu adalah waktu yang tepat untuk tumbuh bersama tim yang mereka miliki,” tuturnya.

Lima tahun kemudian, ia masuk ke sistem pembinaan Manchester United. Ambisinya untuk masuk ke sana tidak serta merta karena fasilitas berupa tiket gratis menonton United. Namun ada mimpi yang dipertaruhkan di sana yaitu merasakan untuk menjadi sosok Ryan Giggs yang merupakan pemain United favoritnya.

Foto: Daily Star

Namun, mimpi McNeil untuk menjadi sosok pahlawan seperti Giggs kandas. Suatu ketika ia pulang ke rumahnya setelah sekolah tanpa mengetahui kalau orang tuanya sudah dipanggil oleh Manchester United untuk menerima kabar kalau anaknya tidak bisa lagi menimba ilmu di sana. Kurang bagusnya McNeil dalam bermain di posisi saya membuat pihak United melepasnya kembali ke orang tuanya.

“Penolakan itu mengecewakan. Sulit rasanya untuk menerimanya karena Anda masih bersekolah dan masih muda. Namun, saya tidak mau melihat lagi ke belakang karena sekarang saya merasa kalau itu adalah langkah penting dalam perjalanan karier saya dan itu adalah langkah yang tepat.”

“Mereka memanggil ibu dan ayah saya, memberi tahu kalau saya sudah dilepas oleh Manchester United. Mereka mengatakan kalau ada pemain lain yang akan bermain di posisi saya. Saya tidak bisa mengambil set-piece, saya juga dibilang tidak memiliki umpan silang yang bagus, tapi sekarang dua aspek itu justru menjadi kekuatan dalam permainan saya,” katanya.

Beruntung McNeil bukan anak yang gampang putus asa. Gagal di satu tempat tidak membuatnya malas mencari peruntungan lain. Ia kemudian memilih Burnley sebagai tempatnya memenuhi cita-cita sebagai pemain profesional.

Selain itu, kelemahan McNeil dalam hal melepaskan umpan silang atau mengeksekusi bola-bola mati terus diasah. Hanya seminggu setelah ia menjalani trial, kubu Burnley menerima McNeil untuk menjadi siswanya.

Pada 13 Mei 2018, McNeil mendapatkan debutnya bersama tim utama Burnley saat mereka kalah dari Bournemouth. Sejak saat itu, tempatnya tidak bisa digusur oleh pemain lain. Pada usianya yang baru 20 tahun, ia memiliki 51 penampilan dan bisa bertambah lagi mengingat musim kompetisi 2019/2020 belum berakhir.

Kekurangannya yang disebut United menjadi kendala gagalnya ia meneruskan mimpinya bersama tim akademi terus ia perbaiki. Dari total 51 pertandingan tersebut, ada 9 asis yang sudah diciptakan. Jumlahnya memang tidak terlalu banyak, namun mengingat usia McNeil yang masih muda maka dia masih punya banyak waktu untuk meningkatkan aspek yang menjadi kekuatannya tersebut.

Kamis dini hari nanti ia akan mencoba melepaskan umpan-umpan silang kepada Chris Wood atau Jay Rodriguez untuk bisa membuat United kehilangan poin di kandang sendiri.