Foto: The Busby Babe

Superioritas Manchester United pada laga tandang kembali muncul. Setelah menang 2-3 melawan Southampton, kali ini giliran West Ham United yang menjadi korban setelah takluk 1-3 di kandangnya sendiri. Sama seperti ketika melawan Soton, United juga menang setelah tertinggal terlebih dahulu.

Kemenangan melawan The Hammers tidak hanya membawa Setan Merah mulai menanjak ke papan atas dan mendekati pemuncak klasemen sementara, Tottenham Hotspur.  Kemenangan semalam juga menunjukkan dua wajah United yang berbeda. Dua sisi yang menunjukkan kelebihan dan kekurangan mereka sebagai sebuah kesebelasan.

Semalam, Ole Gunnar Solskjaer membuat beberapa perubahan. Dua aktor penting kemenangan atas Southampton, Bruno Fernandes dan Marcus Rashford dicadangkan. Bisa dimaklumi karena pikiran Ole sudah mengarah ke duel hidup-mati melawan RB Leipzig Rabu mendatang. Sebagai gantinya, Cavani dan Paul Pogba bermain sejak menit awal. Anthony Martial juga kembali dipercaya turun meski sedang dalam performa yang kurang baik sejak awal musim.

Sayangnya, rotasi ini tidak berjalan baik. United sulit mengeluarkan kreativitas. Aliran bola ke depan juga terhambat. Sebagai gantinya, suporter diberikan pemandangan berupa pemain mereka yang mudah kehilangan bola. Tidak bisa berkombinasi, sentuhan bola yang buruk, akurasi berantakan. Dilengkapi dengan lini belakang yang menjadi bulan-bulanan lawan, United hanya punya 3 tembakan, sedangkan tuan rumah bisa 12 kali mengancam gawang Dean Henderson.

Lini tengah benar-benar mati tanpa Bruno. Pogba tidak bisa menjalankan peran sebagai pengatur dan pengendali lini belakang secara bersamaan. Van de Beek juga hanya sebagai pencari ruang yang sejauh ini hanya bisa melakukan umpan-umpan kombinasi jarak dekat. Tidak seperti Bruno yang pandai mencari ruang untuk menjadikannya sebagai tempat memulai serangan.

Hal ini juga memudahkan West Ham untuk bermain dengan low block. Sudah aliran bola tidak bisa mengalir, pemain United harus berhadapan dengan 10 pemain West Ham yang bisa berada di lini pertahanan mereka sendiri dan sukses membuat serangan United semakin buruk pada babak pertama. Serangan balik tuan rumah juga mematikan berkat kecepatan seorang Jarod Bowen.

Buruknya penampilan United pada babak pertama membuat beberapa orang sulit untuk tidak bereaksi. Gary Neville menyebut kalau permainan United pada babak pertama begitu mengerikan. Patrice Evra bahkan berdoa agar wasit cepat-cepat menyelesaikan pertandingan. Ia juga melihat kalau yang main pada 45 menit pertama bukanlah United yang dia kenal.

Beruntung Ole cepat membaca situasi ini. Babak kedua ia menarik keluar Van de Beek dan Cavani untuk memainkan Bruno dan Rashford. Kehadiran dua pemain ini seketika mengubah permainan United secara signifikan.

Visi yang hilang itu bisa didapat berkat dua pemain ini. Aliran bola ke depan menjadi lebih baik dan tertata. Hanya butuh 10 menit bagi United untuk membuat tiga tembakan. Jumlah yang sama dengan yang mereka buat sepanjang babak pertama. Kehilangan Martial juga tidak terlalu bermasalah karena ada Juan Mata yang bisa mengisi dengan mengubah posisi Greenwood menjadi lebih ke tengah.

Pada akhirnya, para pemain pengganti inilah yang memegang peranan dalam kebangkitsan United. Bruno membuat assists kepada Pogba, mengawali gol dari Greenwood, sedangkan Mata dan Rashford berperan dalam gol ketiga. Visi inilah yang dicari Ole pada babak pertama. Hadirnya Bruno membuat Pogba bisa menjaga kedalaman dengan nyaman. Rashford menambah kaulitas serangan melalui kecepatannya.

Tim yang bermain low block memiliki kelemahan yaitu pemain-pemain yang bergerak di ruang antar lini. Ini yang juga dimaksimalkan dengan baik oleh United pada babak kedua. Gol Pogba misalnya, berawal dari kecerdikan Bruno yang membaca ruang kosong di antara bek tengah dan bek kiri West Ham. Begitu juga dengan gol ketiga ketika Mata dengan cerdik memberi bola ke ruang kosong yang dimanfaatkan Rashford.

Pergerakan tanpa bola seperti ini sebenarnya sudah menjadi kelemahan United yang tampaknya sulit sekali disembuhkan. Inilah yang membuat mereka kadang kesulitan untuk mencetak gol meski lawan yang dihadapi kualitasnya jauh di bawah mereka. Martial tipe pemain yang memilih menunggu bola dana mengedepankan skill individu sedangkan Cavani sudah berumur meski sisa-sisa permainan bagusnya di PSG masih sering muncul.

Namun, kemenangan ini kembali tidak lepas dari sosok seorang Bruno Fernandes. Entah ini sudah pertandingan keberapa ia menolong United dari situasi sulit. Pada laga kali ini, ia membuat 8 umpan kunci hanya dalam 45 menit pertandingan. Entah akan jadi apa United jika mereka tidak memiliki pemain seperti Bruno.