(Foto: Pinterest)

Musim 2019/2020 menjadi musim yang cukup baik bagi Manchester United di Premier League. Selain mereka bisa finis pada posisi tiga, mereka juga mengalami beberapa peningkatan lain khususnya di sektor pertahanan. Yang paling terlihat jelas adalah turunnya angka kebobolan United yang musim sebelumnya berada di angka 54 kini menjadi 36 gol saja. Hanya kalah dari Liverpool dan Manchester City yang angka kebobolannya jauh lebih baik dari United.

Hal ini tidak lepas dari perekrutan United musim panas lalu yang membeli Harry Maguire dan Aaron Wan-Bissaka. Khusus Maguire, United sampai rela membayar mahal si pemain karena dianggap memiliki kualitas untuk bisa melengkapi Victor Lindelof. Pembelian mantan pemain Hul City ini diharapkan bisa membuat United kembali memiliki duet bek tengah menakutkan layaknya era Rio Ferdinand dan Nemanja Vidic yang bertahan lebih dari lima musim.

***

Mundur jauh ke bulan Januari 2006 saat United merekrut Vidic dari Spartak Moscow. Saat itu, Rio sudah menjadi pemain hebat di Inggris dan telah bermain di Manchester selama empat musim. Tidak pernah terbersit dalam pikiran kalau Vidic akan menjadi pasangannya.

Jangankan itu, Rio bahkan tidak pernah mendengar nama Vidic sebelumnya kecuali saat ia dirumorkan diincar oleh Liverpool dan Aston Villa. Rio semakin skeptis ketika melihat Vidic di tempat latihan. Permainannya tidak terlalu menjanjikan untuk level Manchester United.

“Saya bicara dengan Rooney tentang Vidic dan juga Evra. Kami berdua pada dasarnya heran, kok bisa kami membeli keduanya? Rooney melawan Vidic dan dia (Vidic) mendapat banyak masalah. Tidak kuat, tidak agresif, pokoknya tidak tampak seperti pemain United. Saya yakin dia tidak lama ada di klub ini,” kata Rio dalam Utd Unscripted.

Vidic pun mengiyakan ucapan Rio tersebut. Ia memang merasa ragu dengan dirinya sendiri karena harus bersaing dengan para pemain berpengalaman lain seperti Mikel Silvestre dan Wes Brown. Segalanya berjalan tidak sesuai harapan sebelum ia bisa beradaptasi dengan baik lima atau enam bulan setelah kedatangannya.

Beruntung bagi Rio, karena Vidic orangnya mau belajar. Tantangan sulit menghadapi Rooney, Ronaldo, Saha, pelan-pelan mulai diatasi. Hal ini juga tidak lepas dari kerja keras yang sudah ia lakukan. Terus berlatih, menghabiskan waktu di gym lebih banyak dari yang lain agar dia benar-benar bisa bersaing dengan Rio.

“Kami menghakiminya dengan keras, tetapi ia juga orangnya menghakimi dirinya sendiri dengan keras. Dia mempersiapkan diri secara fisik, menyiapkan diri untuk tingkat yang tepat sehingga dia benar-benar dapat bersaing,” ujar Rio.

Vidic juga belajar dari seniornya tersebut. Layaknya pemain yang usianya jauh lebih tua, Vidic melihat Rio sebagai panutan. Kehadiran bek yang bagus akan mempermudah seorang pemain itu untuk belajar menjadi lebih baik dan Vidic melakukan itu. Beruntung, Rio juga mau membantu Vidic. Meski skeptis pada awalnya, pelan-pelan hubungan keduanya menjadi lebih akrab.

“Kami karakter yang berbeda. Tapi kami cepat akrab. Perbedaan yang kita miliki dalam memandang sesuatu justru membuat kami saling melengkapi,” kata Vidic.

Musim 2006/2007 bisa dikatakan sebagai awal dari terbentuknya duet Rio-Vidic di skuad United. Keduanya berhasil membawa United meraih gelar Premier League pertama setelah menunggu selama tiga musim. Ferguson menyebut keduanya sebagai duet yang fantastis. Tanpa mengecilkan peran pemain belakang lain, lini belakang United memang jauh lebih solid ketika dikawal oleh dua pemain ini.

Menurut Rio, banyak tahapan yang harus dijalani sebelum membentuk kemitraan yang solid. Maklum saja karena keduanya punya cara pandang yang berbeda dalam melihat lini pertahanan. Namun seperti yang sudah diucapkan Vidic, segala perbedaan itu justru membuat keduanya semakin solid. Rio juga menghargai cara pandang Vidic. Keduanya saling belajar kepada satu sama lain.

“Kami tidak selalu bersama-sama dalam latihan. Tapi kami belajar. Saat Vidic yang berlatih, saya akan menonton dan melihat cara dia mengambil posisi, dan melihat ada di mana posisi saya jika dia berada di posisi lain. Saya yakin, begitu juga sebaliknya,” kata Rio.

Banyak yang menyebut kalau Vidic dan Ferdinand adalah dua bek yang berbeda gaya main. Vidic dicap sebagai bek yang agresif sedangkan Ferdinand jauh lebih kalem dan lebih banyak mengatur pertahanan melalui kemampuan sebagai ball playing defender. Selagi United mendapat tiga poin, Vidic tidak peduli dengan anggapan orang-orang tersebut.

“Seiring waktu, orang akan mengatakan bahwa kami berdua memiliki peran tertentu, seperti saya adalah pria yang tangguh dan Rio adalah pemain yang lemah lembut, dan saya tidak keberatan itu. Tentu saja tidak. Bagi saya, yang terpenting adalah kami menang dan bermain bagus, jadi jika seseorang memberi Anda pujian bahwa Anda seperti ini atau itu, saya tidak peduli. Saya tidak terlalu peduli dengan apa yang orang pikirkan, pada umumnya. Jelas jika seseorang mencemooh Anda atau mengatakan hal-hal buruk, saya tidak akan menyukainya, tetapi selama orang-orang memiliki pendapat yang baik tentang saya dan apa yang saya lakukan untuk United dalam karier saya, jika mereka melihatnya seperti itu, saya senang dengan itu,” ujarnya.

Puncak dari keberhasilan duet Rio dan Vidic terjadi pada musim 2008/2009. Ketika itu, United tidak bisa dibobol dalam 14 pertandingan beruntun di Premier League atau 1.311 menit tanpa kebobolan. Catatan ini menjadi rekor klub sekaligus rekor Premier League yang masih bertahan hingga sekarang. Di akhir musim, United hanya kemasukan 24 gol.

Meski begitu, Vidic tidak mau hanya dia dan Rio yang dianggap pahlawan pada catatan tersebut. Menurut keduanya, ada andil pula dari Edwin Van der Sar yang menjadi penjaga gawang. Vidic takjub karena di usia tua Edwin masih bisa bermain dengan konsisten. Inilah yang sering dilupakan orang terkait rekor tersebut dan hanya mengarah ke Rio dan Vidic saja. “Kami tidak kebobolan 14 laga beruntun pada 2008/2009. Saya merasa kalau saat itu Edwin juga punya andil karena dia yang bermain terus pada musim itu,” ujar Vidic menambahkan.

Kedua pemain ini sama-sama meninggalkan United pada musim panas 2014. Rio hijrah ke QPR sedangkan Vidic memilih Italia untuk memperkuat Inter. Namun, kiprah mereka dari segi permainan tampak sudah selesai ketika membawa United juara liga yang ke-19 kalinya pada 2011.

Setelah itu, permainan mereka pelan-pelan mulai menurun seiring bertambahnya usia dan perubahan dalam hal taktik sepakbola. Vidic pun juga mulai mengalami cedera. Pada 2011/2012, Vidic hanya main enam kali di Premier League karena cedera lutut parah. Sejak cedera itu, permainannya tidak lagi sama. Begitu juga dengan Rio yang sempat mengalami cedera dalam beberapa laga. Ferguson pun mulai mencari pengganti dengan memainkan Jonny Evans, Chris Smalling, dan Phil Jones secara bergantian.

“Saya beruntung bisa bermain dengan banyak pemain hebat di United. Tim yang punya semangat fantastis dan saling menghormati stu sama lain. Saya beruntung mengenal Rio dan berbagi kenangan dengannya. Akan selalu ada Rio di dalam nama Vidic dan begitu sebalikna. Sama seperti Ricardo Carvalho dengan John Terry atau Jamie Carragher dengan Sami Hyypia. Saya bangga dengan pencapaian kami,” kata Vidic. Sementara Rio berujar, “Saat saya meninggalkan United, saya ingin keluar dari Old Trafford dengan anggapan kalau kami adalah salah satu yang terbaik.

Keduanya mendapatkan pengakuan tersebut. Rio dan Vidic berhasil mengukuhkan diri sebagai salah satu dari duet bek tengah terbaik sepanjang masa Manchester United dan Premier League. Lima musim tampil solid sejak 2006/2007, mereka menyumbangkan tiga gelar Premier League, satu gelar Liga Champions, dan satu Piala Dunia Antarklub. Meninggalkan sejuta kenangan bagi pendukung United yang hingga sekarang masih menunggu duet bek tengah yang sama solidnya dengan mereka.