Foto: Daily Mail

Piala Dunia 2006 di Jerman menjadi Piala Dunia kesekian yang tidak berjalan baik bagi tim nasional Inggris. Dijagokan untuk menjadi juara, kenyataannya mereka harus terhenti pada babak perempat final. Tim Tiga Singa kalah dari Portugal melalui drama adu penalti dengan skor 3-1.

Padahal Inggris saat itu membawa semua pemain terbaiknya. Rio Ferdinand kembali bisa mengikuti turnamen besar setelah gagal berangkat pada Euro 2004 akibat hukuman doping. Ia ditemani oleh nama besar lain macam John Terry, Gary Neville, dan Ashley Cole. Di lini tengah, mereka punya Frank Lampard, Steven Gerrard, Joe Cole, dan mega bintang David Beckham.

Lini depan mereka saat itu diisi Wayne Rooney. Banyak yang memprediksi kalau Wazza akan bersinar di sana. Hal ini tidak lepas dari penampilan apiknya saat bermain di Euro 2004. Pada ajang besar pertamanya bersama tim nasional tersebut, ia mencetak empat gol dalam dua laga fase grup.

Penampilannya bersama Man United juga sangat bagus. Ia mencetak 19 gol pada semua kompetisi yang diikuti United selama musim 2005/2006. Sejak dibeli dari Everton semusim sebelumnya, total ia sudah membuat 36 gol. Jumlah gol yang cukup banyak bagi pemain yang saat itu baru berusia 20 tahun.

Ikut serta dalam turnamen empat tahunan terbesar di dunia tentu menjadi sebuah kebanggaan sekaligus impian bagi setiap pemain sepakbola di seluruh dunia. Akan tetapi, hal itu berbeda dalam pandangan Rooney. Sebaliknya, ia justru menyesal memilih ikut pada turnamen yang menghasilkan Italia sebagai juara tersebut.

“Saat itu saya masih berusia 20 tahun, dan itu adalah Piala Dunia pertama saya. Begitu banyak harapan berada pada diri saya. Itu adalah situasi yang sangat mustahil dan jika saya memiliki pemain senior yang berkata kepada saya untuk tidak pergi, maka saya sudah pasti tidak akan mendengarkan. Tapi saya belajar kalau Anda harus 100 persen bugar dalam setiap situasi demi semua orang yang mendukung. Sayangnya, saya tidak mendekati 100 persen ketika berada di Jerman,” katanya.

Rooney terbebani. Sesuatu yang begitu wajar karena dia masih sangat muda. Namun Sven Goran Eriksson saat itu tidak punya pilihan lain selain menggantungkan harapan kepadanya agar bisa menjadi sumber gol di lini depan. Selain Rooney, Sven hanya punya Michael Owen, Peter Crouch, dan Theo Walcott. Bahkan Owen saat itu cedera di tengah-tengah turnamen dan Walcott masih 17 tahun.

Selain itu, Rooney juga tidak fit dari segi fisik. Beberapa minggu sebelum turnamen dimulai, tiga tulang metatarsalnya patah ketika United bertanding melawan Chelsea. Sebuah cedera yang sungguh menyakitkan bagi Rooney yang saat itu wajahnya masih imut bak anak-anak tersebut. Ia harus istirahat total enam minggu yang menandakan kalau ia masih tidak bisa berlatih ketika nama-nama skuat harus diserahkan ke FIFA pada 15 Mei 2006.

Rooney berhasil pulih secara mengejutkan. Namun kesembuhannya saat itu belum 100 persen. Ia masih harus minum obat penghilang rasa sakit. Apes bagi dirinya, karena pahanya juga mengalami robek dalam sesi latihan. Sebuah cedera yang ia tutupi agar penggemar timnas Inggris tidak kecewa karena ia tidak bisa berangkat.

“Saya punya fisioterapis yang bekerja dengan tenang setiap hari. Saya minum obat penghilang rasa sakit. Saya tidak ingin mengatakan apa-apa karena banyak orang yang berharap kalau saya bisa bugar. Sampai turnamen berakhir, saya tidak melapor kalau saya ada robek di bagian paha sepanjang 6 cm,” ujarnya menambahkan.

Kita semua sudah tahu apa yang terjadi pada Rooney sepanjang turnamen tersebut. Tidak ada gol yang bisa ia buat. Penampilannya tidak sesuai dengan harapan banyak orang. Puncaknya adalah kartu merah yang ia dapat ketika melawan Portugal karena menginjak bagian vital Ricardo Carvalho. Sebuah insiden yang mungkin saja mengisyaratkan kalau ia frustrasi dengan keadaannya meski ia mengaku tidak sengaja melakukan itu.

Piala Dunia 2006 memberikan pelajaran berharga bagi Rooney untuk tidak memaksakan diri apabila sedang mengalami cedera. Ini juga yang ingin ia tekankan kepada juniornya yang saat ini sedang mengalami cedera seperti Harry Kane dan Marcus Rashford.

“Jika saya berada dalam situasi seperti itu lagi, maka saya tidak akan memaksakan diri. Jika Euro dilangsungkan pada musim panas tahun ini, saya akan berkata kepada Harry Kane dan Marcus Rashford untuk jangan memaksakan diri dan jangan berjuang dengan cara apa pun,” lanjut Rooney.

Berbicara soal Rooney dan Piala Dunia, keduanya tidak bisa berjodoh satu sama lain. Empat tahun setelah turnamen di Jerman, Rooney menjadi olok-olok pendukung Inggris dan dianggap sebagai sampah. Alasannya lagi-lagi karena performanya tidak sebagus ketika dia bersama United.

Pada 2014 di Brasil, Rooney sukses mencetak gol Piala Dunia pertamanya ke gawang Uruguay. Sayangnya, Inggris harus angkat koper karena menjadi juru kunci di grup D. Ketika Inggris mencapai semifinal pada 2018 lalu, nama Rooney sudah tidak ada lagi di skuat karena ia sudah memutuskan pensiun setahun sebelumnya.