Foto: Man United World

Judul di atas merupakan reaksi dari komentator senior Sky Sports, Martin Tyler, ketika Anthony Martial mencetak gol dalam debutnya bersama Setan Merah, 12 September tujuh tahun yang lalu. Bukan gol debut yang sembarangan karena ia membuatnya ke gawang rival abadi klub, Liverpool.

Jika Martin langsung memberi ucapan selamat datang, maka lain halnya dengan komentator Bein Sports, Peter Drury. Ia langsung memberi label “pahlawan” kepada pria Prancis tersebut. “Stretford End hero on day one!” ujarnya saat itu. Kedua komentator hebat tersebut sama-sama dibuat takjub oleh gol apik si pemain yang mengecoh Martin Skrtel, Nathaniel Clyne, dan Simon Mignolet tersebut.

Mundur jauh dua pekan saat United menghadapi Swansea, ketika itu Wayne Rooney dibuat bingung saat membaca rumor kalau timnya sedang memasuki tahap akhir untuk merekrut Martial. Sang kapten, yang sudah bermain ratusan pertandingan, tidak pernah mendengar ada pemain yang namanya kerap diplesetkan menjadi “Material” tersebut.

“Jujur, ketika di pesawat, Wayne Rooney datang dan bertanya kepada saya “siapa itu Martial?” Ia bertanya karena media menyebut kalau United sedang bernegosiasi untuk mendapatkan dia,” kata Morgan Schnneiderlin.

Rekrutan baru United dari Southampton tersebut kemudian bertindak layaknya makelar. Ia menyebut kalau Martial adalah pemain dengan potensi yang tinggi, mirip seperti Thierry Henry, dan punya kecepatan serta teknik yang mumpuni.

Wajar apabila Rooney tidak tahu Martial. Jangankan Rooney, penggemar sepakbola Indonesia yang rajin mengikuti Liga-liga top Eropa juga belum tentu kenal dengan pemain ini. Saat masih membela AS Monaco, saya hanya sekali melihat Martial bermain ketika mereka menang 3-1 melawan Arsenal.

Saat itu, Ia memberikan satu asis kepada mantan pemain United, Dimitar Berbatov. Pada musim 2014/2015 itu, Martial baru menjalani peningkatan karier yang cukup baik sejak hengkang dari Olympique Lyon. Dia membuat 12 gol dan 5 asis di semua kompetisi.

Sebuah torehan yang bagus untuk pemain yang belum berusia 20 tahun. Akan tetapi, cukup mengherankan jika United langsung bergerak untuk membeli pemain yang baru semusim bermain baik untuk klubnya.

Rasa heran bahkan semakin menjadi ketika mengetahui kalau United merekrut Martial dengan nilai 36 juta paun. Sebuah angka yang cukup tinggi bagi pemain U-20 saat itu. Bahkan banderol Martial bisa mencapai 58 juta paun apabila semua klausul bisa terpenuhi. Saat itu, United akan membayar 7,2 juta paun per klausul kepada Monaco jika ia mencetak 25 gol, mengumpulkan 25 penampilan bersama timnas Prancis, dan meraih Ballon D’Or sebelum 2019. Sebuah nilai transfer yang membuat Louis van Gaal menyebut United sebagai tim “konyol” karena membayar 10 juta lebih tinggi dibanding peminatnya yang lain.

Namun gol ke gawang Liverpool saat itu langung mengubah semua pandangan kepada Martial. Martin Tyler melanjutkan kalau kita seharusnya melupakan istilah kalau Martial adalah Thierry Henry kedua dan menganggap Anthony Martial yang pertama.

Banderol 50 juta paun dianggap tidak menjadi masalah jika United sukses mendapatkan pemain sebagus itu. 50 million down the drain, cause Tony Martial scores again kata para suporter United saat mengumandangkan lagu Martial.

“Dia luar biasa. Kita semua harus ingat kalau dia baru berusia 19 tahun dan tidak bisa bahasa Inggris. Tapi performa awalnya benar-benar begitu luar biasa,” kata Wayne Rooney setelah melihat rekan setimnya mencetak tiga gol dalam tiga laga pertamanya dan meraih gelar Premier League Player of the Month serta Golden Boy Award beberapa waktu kemudian.

Sama seperti Rooney, Van Gaal pun tampak tidak lagi mempermasalahkan banderol si pemain setelah ia mencetak gol debut seperti itu. Sang meneer mengungkapkan kalau dia tidak bisa meminta lebih jika memiliki pemain yang bisa mencetak gol debut dengan proses yang begitu ciamik.

Tercatat, pada musim pertamanya Martial memberi sumbangan 26 gol dengan rincian 17 gol dan 9 asis. Sebuah awalan yang cukup baik. Gol ke gawang Everton pada semifinal Piala FA juga menolong United untuk kemudian menjadi juara Piala FA pada akhir musim. Akan tetapi, bagi Martial gol ke gawang Simon Mignolet akan terus menjadi gol favoritnya.

“Gol favorit saya adalah ketika menghadapi Liverpool. Itu adalah pertandingan pertama saya dan saya melakukannya di Old Trafford. “Itu adalah gol yang luar biasa dan yang paling penting adalah kami bisa memenangkan pertandingan,” tutur Martial.

Tujuh tahun kemudian, Martial masih berseragam merah United. Tidak ada lagi istilah pemain muda karena kini Martial sudah menjadi salah satu pemain dengan pengalaman yang cukup tinggi di Premier League.

Sayangnya, kariernya sekarang tidak semulus seperti awal ketika ia menginjakkan kaki di kota Manchester. Inkonsistensi, cedera, beberapa konflik dengan manajer, serta beberapa suporter yang mulai tidak menyukainya menjadi masalah yang harus dihadapi setiap musimnya.

Perlindungan dari manajemen United yang masih menganggap Martial bisa jadi ancaman kalau pindah ke klub lain menyelamatkan namanya untuk terus berseragam merah setidaknya hingga 2024 mendatang. Musim ini, ia bahkan dipercaya menjadi striker utama oleh Erik ten Hag sebelum wacana itu harus tertunda karena ia mengalami cedera.

Kita semua masih sabar menanti Martial kembali menunjukkan aksi magisnya seperti yang terjadi tujuh tahun lalu. Semoga saja hal itu bisa terjadi pada musim ini.