Foto: Mirror

Saat Manchester United sedang berada dalam kondisi tertinggal, Sir Alex Ferguson akan berdiri di pinggir lapangan untuk bersiap mengeluarkan jurus andalannya. Dia akan mengetuk-ngetukkan jarinya ke jam tangan yang ia kenakan agar timnya sadar kalau waktu sudah mau habis. Aksi ini kerap disebut Fergie Time karena tidak jarang United selamat pada menit-menit penghabisan.

Fergie Time tidak hanya berguna saat ia memimpin Setan Merah dari atas lapangan. Istilah ini juga yang menyelamatkan karier Ferguson pada 5 Februari 2002. Saat dirinya memutuskan untuk mengubah rencana pensiunnya yang sudah diapungkan sejak musim panas 2001.

Setelah memenangi titel ketiga Premier League secara beruntun, harian-harian di seluruh Inggris memberitakan kalau hubungan Ferguson dengan pihak klub dikabarkan retak. Dikutip dari My Autobiography, Ferguson kecewa karena Martin Edwards, chairman United saat itu, tidak ingin memberikan peran baru kepadanya jika sudah tidak lagi menjadi manajer.

Selain itu, keberhasilan merebut Liga Champions pada 1999 juga sudah membuatnya puas. Ia merasa kalau untuk merebutnya sekali lagi akan sangat sulit. “Meraih Piala Champions membuat saya sudah mewujudkan mimpi saya dan sekarang saya sudah bisa mundur dengan puas,” katanya. Faktor usia juga mempengaruhi karena saat itu Ferguson sudah berusia 60 tahun. “60 tahun adalah batas psikologi saya bisa bekerja dalam kepala saya. 60 tahun adalah usia yang tepat untuk pensiun.”

Akan tetapi, Ferguson kemudian memilih meralat keputusannya. Ia batal untuk pensiun. Beberapa tahun kemudian, ia menyebut kalau pengumuman dirinya untuk pensiun adalah kesalahan terbesar yang pernah ia lakukan sepanjang kariernya.

“Kesalahan terbesar yang pernah saya lakukan adalah mengumumkan kalau saya akan pensiun sejak awal musim,” kata Fergie dalam bukunya. “Ketika tim berpikir kalau saya akan pergi, mereka jadi kurang rajin. Saya tidak melihat para pemain bermain dalam batas antara hidup dan mati seperti biasa. United sudah sangat terbiasa dengan kehadiran saya sehingga ketika mereka tahu kalau saya tidak di sini lagi, semuanya menjadi tidak jelas. Dan itu adalah kesalahan.”

Ketika Ferguson mengumumkan pensiun, perjalanan tim sepanjang musim 2001/2002 tidak berjalan dengan mulus. Diawali dari kehilangan Jaap Stam yang hijrah ke Lazio, tim bermain cukup rapuh dengan menelan enam kekalahan hingga paruh pertama musim. Mereka tersingkir di Piala Liga dari Arsenal dan kalah dari West Ham pada ajang Piala FA.

Padahal, saat itu United sudah mengeluarkan dana besar untuk membuat dua mega transfer dalam wujud Ruud Van Nistelrooy dan Juan Sebastian Veron. Akan tetapi, kedua pemain ini belum mampu mengangkat posisi United yang sempat nyangkut di urutan kesembilan. Merosotnya prestasi Setan Merah inilah yang membuat Fergie kemudian mengumumkan untuk tidak jadi pensiun.

Ketika Fergie memutuskan bertahan, United perlahan kembali menemui performa terbaiknya. Dari 12 pertandingan, mereka memenangi sembilan laga dan menelan dua kekalahan. Pada ajang Liga Champions, United bisa melangkah sampai semifinal. Sayang, langkah mereka digagalkan oleh Bayer Leverkusen yang unggul agregat gol tandang.

Ferguson kemudian terus memimpin tim hingga 2013 setelah keputusan menghebohkannya tersebut. Ia kemudian menambah lemari trofinya dengan torehan enam gelar Premier League, satu Piala FA, tiga Piala Liga, lima Community Shield, dan satu Piala Dunia Antarklub. Torehan paling spesial tentu saja saat membawa Setan Merah meraih Liga Champions pada 2008. Sesuatu yang tadinya sangat sulit dimenangi oleh Ferguson.

Jika Ferguson benar-benar pensiun pada 2002, dewan United klub sebenarnya sudah punya beberapa nama untuk dijadikan pengganti. Martin O’Neill, Sven Goran Eriksson, Ottmar Hitzfeld, hingga Sir Bobby Robson, adalah kandidat suksesor Fergie. Tidak hanya itu, nama David O’Leary dan Louis van Gaal, juga dirumorkan akan menjadi manajer United.

Bahkan Van Gaal pernah mengaku kalau dirinya tinggal sedikit lagi bergabung dengan United. Saat itu, filosofi Van Gaal sukser membawa Barcelona meraih gelar La Liga. Akan tetapi, dia justru gagal membawa Belanda melangkah ke putaran final Piala Dunia 2002. “Sebenarnya, saya nyaris untuk menggantikannya beberapa tahun lalu ketika dia memutuskan untuk berhenti. Akan tetapi, dia akhirnya kembali,” kata Van Gaal yang baru benar-benar bergabung ke United pada 2014.