Pekan lalu, Manchester United sukses melewati tantangan pertama pada ajang Piala FA dengan mengalahkan Reading 2-0. Bagi United, trofi Piala FA adalah target paling realistis yang bisa mereka raih pada musim ini sekaligus menjadi ajang pembalasan musim lalu saat mereka dikalahkan Chelsea pada babak final.

Musim ini, Manchester United mungkin akan mati-matian pada ajang ini. Akan tetapi, hampir dua dekade lalu mereka pernah membuat keputusan mengejutkan terkait turnamen sepakbola paling tua di dunia tersebut. Pada awal musim 1999/2000, Setan Merah memohon izin kepada FA untuk tidak ambil bagian pada turnamen tersebut.

Mundurnya Manchester United saat itu terbilang mengejutkan. Hal ini dikarenakan mereka adalah juara dari kompetisi ini pada musim sebelumnya atau pada saat mereka memenangi treble. Ketiadaan United tentu saja membuat nilai kesakralan kompetisi FA Cup sedikit memudar karena juara bertahan memutuskan untuk menolak tampil.

Keputusan ini dibuat bukannya tanpa alasan. United memilih untuk menerima undangan FIFA yang mengajak mereka bermain di Piala Dunia Antar Klub edisi pertama. Jadwal turnamen ini berdekatan dengan babak keempat Piala FA. Pihak United sendiri sebenarnya ingin bermain di Piala FA, akan tetapi ajang ini adalah kesempatan mereka untuk menambah sesak lemari trofi mereka yang di awal musim kehilangan gelar Community Shield dan Piala Super Eropa.

Pihak Premier League sebenarnya meminta adanya perpanjangan waktu liga selama 10 hari untuk membuat United bisa mengikuti semua kompetisi. Akan tetapi, hal tersebut ditolak FA dan beberapa perwakilan klub karena dianggap tidak adil kepada klub lain.

“Keputusan mundurnya kami pasti akan mengundang kritik. Jika kami tidak mengikuti ajang tersebut maka orang-orang akan menyebut kami egois dan tidak ingin membantu negara kami. Akan tetapi, jika kami tidak mengikuti Piala FA maka orang-orang akan menyebut kalau kami tidak bisa bersaing dengan klub lain,” kata Martin Edwards, selaku chairman United.

Salah satu alasan kuat United untuk tampil pada Piala Dunia antar klub adalah status Inggris yang saat itu mencalonkan diri sebagai tuan rumah Piala Dunia 2006. Dengan status United sebagai klub terbaik di Eropa saat itu, mereka setidaknya bisa mengambil hati para pejabat FIFA untuk memilih mereka sebagai tuan rumah.

United juga kudu menjaga gengsi mereka sebagai juara Eropa. Apabila menolak tampil, FIFA kemungkinan akan memilih Bayern Munich sebagai perwakilan dari finalis Liga Champions musim sebelumnya. Para penggemar tentu tidak ingin melihat tim yang mereka kalahkan secara dramatis tersebut menjadi yang terbaik di dunia.

“Kami sedang mencari cara untuk mengurangi kesibukan kami jika kami mengambil opsi mengikuti semua turnamen. Solusi yang jelas adalah kami tidak mengikuti Piala FA dan memmbantu negara dengan ambil bagian pada kompetisi tersebut,” kata Sir Alex Ferguson.

Tidak sedikit yang mendukung keputusan United. Salah satunya adalah Perdana Menteri Inggris saat itu, Tony Blair. Rata-rata, alasan yang mendukung keputusan United adalah mereka yang mengharapkan Inggris bisa menjadi tuan rumah Piala Dunia 2006. Akan tetapi, pertentangan datang dari beberapa pendukung United yang merasa FA begitu lemah dan menerima begitu saja permintaan United hanya demi menjadi tuan rumah Piala Dunia.

“Reaksi pertama saya kecewa. Saya menyalahkan pemerintah dan FA yang berani menjual perhiasan sepakbola Inggris hanya untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia yang harapannya begitu tipis. Jika United pergi, maka mereka kehilangan kesempatan untuk meraih trofi domestik tertua di dunia. Saya kasihan kepada pemenang Piala FA musim depan karena kemenangan mereka tidak diraih dari tim terbesar di Eropa,” ujar perwakilan pendukung United.

Berantakan dan Harapan yang Tidak Menjadi Kenyataan

Izin kemudian telah diberikan. United tidak mengikuti Piala FA dan memilih untuk terbang ke Brasil selaku tuan rumah Piala Dunia antar klub. Mereka bersaing dengan Corinthians, Al Nassr, Necaxa, Raja Casablanca, South Melbourne, Vasco da Gama, dan Real Madrid selaku pemenang Piala Interkontinental musim sebelumnya.

Setan Merah tergabung di grup B bersama Vasco da Gama, Necaxa, dan South Melboune. Sekilas, United diperkirakan akan meraih kemenangan dengan mudah. Akan tetapi, yang terjadi performa mereka justru berantakan. Pada pertandingan pertama, United ditahan Necaxa 1-1. Gol Dwight Yorke pada menit ke-88 menyelamatkan wajah mereka. Pada laga ini, United harus bermain dengan 10 orang karena David Beckham dikartu merah akibat menendang pemain lawan.

Hasil lebih buruk ditorehkan Red Devils pada pertandingan kedua melawan Vasco da Gama. Dalam 45 menit pertama, Romario dan Edmundo membawa juara Copa Libertadores tersebut unggul 3-0 dalam interval babak pertama. Satu gol Nicky Butt pada babak kedua tidak bisa menghindarkan United dari kekalahan yang membuat harapan mereka ke partai final pupus.

Kemenangan 2-0 melawan South Melbourne (yang diisi pemain amatir) pada pertandingan terakhir tidak bisa membawa United lolos ke perebutan tempat ketiga. Necaxa hanya kalah dua gol dari Vasco yang membuat juara Liga Champions Concacaf tersebut unggul selisih gol dari United. Turnamen edisi pertama ini dimenangi Corinthians yang mengalahkan Vasco melalui adu penalti.

Meski kalah, namun kepastian United untuk mengikuti Piala Dunia Antar Klub tentu membuka harapan penduduk Inggris untuk melihat negaranya menggelar Piala Dunia. Akan tetapi, harapan mereka juga tidak sesuai dengan kenyataan. Dari 24 suara yang diperebutkan, Inggris hanya meraih lima suara saja pada ronde pertama. Pada ronde kedua, lima suara yang didapat Inggris justru berkurang menjadi dua. Inggris kalah dari Jerman dan Afrika Selatan yang sama-sama meraih 11 suara dan melaju ke putaran final.

***

Penyesalan memang selalu datang terlambat. Hal ini juga yang terjadi kepada Sir Alex Ferguson. Beberapa tahun berselang, ia mengakui kalau keputusannya meninggalkan Piala FA adalah keputusan yang buruk. Hal ini tidak lain karena hasil akhir yang tidak sesuai dengan keinginannya. United kalah di penyisihan, Inggris kalah dari pemungutan suara, dan Chelsea menjadi juara Piala FA di akhir musim.

“Keputusan itu adalah bencana bagi kami. Kami melakukannya demi membantu Inggris menjadi tuan rumah Piala Dunia tapi teranyata gagal. Saya menyesal kami tidak mendapat apa-apa kecuali kritikan yang mengerikan,” kata Sir Alex.

Sumber: Independent, BBC, Guardian, Manchester Evening News