Sebelum Eropa mengenal UEFA Champions League dan UEFA Europa League, kompetisi Eropa ketika itu memiliki tiga trofi yang diperebutkan. Yang utama tentu saja Piala Champions yang ketika itu ditujukan hanya untuk pemenang liga domestik, lalu Piala Winners untuk pemenang kompetisi piala domestik, dan yang terakhir adalah Piala UEFA yang diperebutkan oleh kesebelasan yang menempati peringkat dua di liga.

Maka dari itu, ketika Sir Alex membawa United menjuarai Piala FA 1990, ia langsung memasang target untuk bisa berprestasi di kompetisi Eropa. Caranya dengan meraih gelar Piala Winners 1990/1991. Kejuaraan inilah yang melambungkan nama Ferguson di dunia kepelatihan. Pada 1983, ia mengejutkan Eropa dengan membawa Aberdeen mengalahkan Real Madrid di turnamen tersebut.

Akan tetapi, langkah United untuk memenangi turnamen tersebut tidak akan mudah. Setan Merah harus sebisa mungkin menghindari Juventus, Barcelona, Montpellier, dan PSV Eindhoven yang juga lolos ke Piala Winners.

Beruntung, Setan Merah hanya bertemu kesebelasan asal Hongaria, Pecsi Munkas. Klub ini belum lahir ketika United menjuarai Liga Champions pada 1968. Leg pertama di Old Trafford berhasil dimenangi United 2-0 melalui tendangan jarak 23 meter Clayton Blackmore dan Neil Webb. Ketika bertandang ke Pecsi, sundulan Brian McClair membawa United unggul agregat 3-0 dan melangkah ke fase berikutnya.

United tidak perlu melakoni perjalanan jauh di putaran kedua. Mereka hanya menghadapi klub Wales, Wrexham. Brian McClair, Steve Bruce, dan Gary Pallister mencetak masing-masing satu gol pada leg pertama. Ketika bertandang ke Racercouse Ground, Mark Robins, dan Steve Bruce menggenapkan agregat United menjadi 5-0. Awal yang bagus dengan selalu memenangi pertandingan dan tanpa kebobolan.

Langkah United baru menemui hambatan ketika memasuki perempat final empat bulan setelahnya. Mereka harus menjamu Montpellier. Juara Piala Prancis musim sebelumnya tersebut diperkuat oleh nama bintang seperti Laurent Blanc, dan Carlos Valderrama. Bermain di Old Trafford, Setan Merah ditahan imbang 1-1 setelah gol Brian McClair pada menit pertama justru disamakan oleh rekannya, Lee Martin melalui gol bunuh diri tujuh menit berselang. Tuan rumah hampir saja kalah jika Clayton Blackmore saat itu tidak menyapu bola upaya dari Daniel Xuereb di menit-menit akhir.

United secara tidak langsung dituntut untuk mengharumkan nama Inggris di Eropa. Hanya mereka yang tersisa ketika itu dikarenakan Aston Villa yang menjadi wakil di Piala UEFA sudah tersingkir. Sementara Liverpool, juara First Division saat itu, tidak diperbolehkan ikut Piala Champions dikarenakan masih menjalani hukuman skorsing dari kompetisi Eropa.

Beruntung, semua beban tersebut dilalui dengan baik oleh United pada leg kedua. Satu gol dari Blackmore dan penalti Steve Bruce membuat United melangkah ke semifinal setelah unggul agregat 3-1.

Undian semifinal pun menguntungkan Bryan Robson cs. Mereka bertemu Legia Warsaw sementara Barcelona harus adu kuat melawan Juventus. Meski begitu, Legia bukannya tampil tanpa perlawanan. United sempat dibuat kalang kabut ketika Jacek Cyzio membuka keunggulan bagi Legia. Beruntung United bisa membalikkan keadaan dengan mencetak gol melalui McClair, Bruce, dan Hughes. Kemenangan 3-1 di Polandia membuat laga kedua di Teater Impian menjadi tidak menarik lagi dan hanya menghasilkan skor 1-1.

Babak final mempertemukan United dengan Barcelona. Blaugrana lebih dijagokan saat itu mengingat mereka diasuh oleh jagonya taktik Total Football, Johan Cruyff. Skuat mereka pun lebih mewah ketimbang United dengan nama-nama semisal Michael Laudrup, Ronald Koeman, dan Eusebio Sacristan.

Diketahui ada 15 ribu pendukung United yang datang ke De Kuip, lokasi final, untuk mendukung Setan Merah. Meski hujan, semangat mereka tidak luntur dan membuat United seperti bermain di kandang sendiri. Sayangnya, hingga babak pertama usai skor masih imbang tanpa gol.

Pada menit ke-68, tembakan bebas Bryan Robson disundul oleh Steve Bruce yang mengecoh Charles Busquets (Ayah Sergio Busquets). Bola yang bergulir pelan kemudian diteruskan oleh Mark Hughes.

Robson kembali mengarsiteki gol kedua yang kembali dibuat Hughes. Sparky berhasil mengecoh Busquets dan menendang bola ke pojok gawang dengan keras yang tidak sanggup dihentikan dua pemain belakang Barca. Satu gol Ronald Koeman tidak cukup untuk menahan United merebut trofi Eropa pertama mereka sejak 1968. Fergie pun membuat sejarah sebagai manajer pertama setelah Sir Matt Busby yang bisa memberikan gelar tingkat Eropa.

“Saya ingat, ketika bos memilih saya untuk bermain dia meminta saya untuk menjaga pergerakan Ronald Koeman. Ia berkata bahwa kalau saya bermain bagus maka United bisa menang. Saya tahu kalau Koeman adalah motor serangan mereka. Maka dari itu, setiap ia membawa bola saya akan selalu mencoba membuat dia tidak bisa mengumpan,” tutur McClair salah satu pemain terbaik United saat itu.

Di sisi lain, sang kapten Bryan Robson mengatakan, “Kami punya sekelompok pemain hebat dan kemenangan ini terasa spesial. Satu musim setelahnya, Barcelona menjuarai Piala Champions. Hal ini menunjukkan seberapa hebat tim yang kami kalahkan saat itu,” tutur Robson 20 tahun setelah kejayaan di De Kuip tersebut.

Rotterdam menjadi kota kedua yang dicintai United setelah London 1968. Delapan tahun setelahnya, United ganti menguasai Barcelona (1999), Moskow (2008), dan Stockholm (2017). Menarik untuk menanti apakah musim depan, United sanggup menguasai kota Madrid dengan menjadi juara Liga Champions 2018/2019?