Sejak ditinggal oleh Sir Alex Ferguson, Manchester United memang masih kesulitan untuk bisa kembali ke habitat mereka sebagai tim langganan pemburu gelar juara. Meski begitu, United setidaknya masih bisa memberikan tontonan istimewa kepada para pendukungnya dalam kurun waktu tersebut. Seperti yang terjadi pada 7 April lima tahun lalu.

Ketika itu, Setan Merah akan menjalani pertandingan yang sulit menghadapi rival mereka, Manchester City, di stadion Etihad. Atmosfer jelang laga bisa dibilang kurang terlalu menggigit. Hal ini disebabkan selisih poin yang membedakan kedua kesebelasan sudah melewati dua digit. Ini pula yang membuat City dijagokan untuk menang karena dengan kemenangan tersebut, maka anak asuh Pep Guardiola akan memastikan diri sebagai juara Premier League 2017/2018.

Pep menurunkan susunan pemain yang cukup unik. Tidak ada Aguero, Gabriel Jesus, atau Kevin de Bruyne. Meski begitu, kita semua tahu betapa dalam dan berkualitasnya pemain City. Ia masih bisa menurunkan Bernardo Silva, Raheem Sterling, dan Leroy Sane di depan.

Dominannya City sudah terlihat sejak awal. United kesulitan untuk keluar dari tekanan para pemain tuan rumah. Pada menit ke-25, mereka langsung unggul 1-0 berkat sundulan Vincent Kompany. Tidak berselang lama, Ilkay Gundogan menggandakan kedudukan lima menit kemudian. Trofi sebenarnya sudah tidak jauh dari genggaman mereka.

Setelah gol kedua ini, serangan City ke pertahanan United seperti sebuah meriam. Ledakannya tanpa henti. Gundogan, Sterling, Sane, Silva, beberapa kali mengancam gawang De Gea. Sterling bahkan punya dua peluang emas yang membuatnya bisa berhadapan one on one dengan De Gea.

Jeleknya City dalam hal penyelesaian akhir sempat membuat Peter Drury, komentator laga saat itu, bingung. Ia merasa dengan banyaknya ancaman itu City setidaknya sudah unggul tiga sampai lima gol dengan United.

Aksi Gila dari Paul Pogba

Dengan banyaknya peluang yang hadir, tidak sedikit pihak yang merasa kalau pada babak kedua gol tambahan untuk City akan datang. Namun, disinilah kejeniusan seorang Jose Mourinho tiba-tiba muncul. 45 menit kedua United justru berbalik. Serangan mereka memang tetap tidak se-agresif City namun tertata secara sistematis.

Pada menit ke-53, gol itu datang melalui Paul Pogba. Ia meneruskan kejeniusan seorang Ander Herrera yang berhasil mengecoh Kompany untuk melakukan kesalahan. Hanya berselang dua menit, Pogba membuat ambisi United meraih poin kembali hidup. Keberaniannya masuk ke kotak penalti membuat United memiliki dua opsi serangan selain memberi bola kepada Lukaku. Sanchez dengan kualitas umpannya berhasil memberikan bola untuk disundul Pogba dan menjadikan skor sama 2-2.

City memang masih lebih dominan, namun pragmatisnya United membuat City mulai frustrasi. Apalagi finishing mereka yang berantakan. Hal ini yang membuat mereka dihukum pada menit ke-69. Tendangan bebas Sanchez diteruskan menjadi gol oleh Chris Smalling. United berbalik unggul.

Serangan demi serangan terus dilancarkan City termasuk oleh Aguero. Sundulannya saat itu masih bisa diselamatkan dengan heroik oleh De Gea. Skor akhir 3-2 untuk kemenangan United dan meneruskan catatan mereka yang sudah tiga pertandingan tidak pernah kalah di sana.

Efektivitas United memang luar biasa di laga ini. Hanya butuh lima percobaan untuk bisa membuat tiga gol. Bandingkan dengan City yang membuat 20 shots tapi hanya dua yang menjadi gol. Meski berhasil menunda pesta City, namun Jose Mourinho tetap merasa kalau City sudah pasti jadi juara Premier League.

“Kami memainkan bola lebih banyak melawan City dibanding melawan tim mana pun. Tapi kami tetap pada target kami yaitu finis pada posisi kedua. Selamat kepada City atas gelarnya karena mereka akan menang dalam waktu dekat dan mereka memang pantas,” ujar Jose Mourinho.

Ucapan yang kemudian menjadi kenyataan karena sepekan setelahnya City memastikan gelar Liga Inggris mereka setelah United secara mengejutkan kalah dari WBA di Old Trafford.

Pertandingan ini menjadi salah satu momen terbaik Jose Mourinho selama di United selain tiga trofi pada musim sebelumnya. Sayangnya, ia harus dipecat tujuh bulan kemudian setelah rentetan hasil buruk sepanjang musim 2018/2019.