Melampiaskan sesuatu adalah hal wajar yang biasa dilakukan seseorang ketika sedang mengalami kegagalan. Itu merupakan sebuah terapi tersendiri, dan bahkan untuk sebagian orang, mereka menganggap dengan melampiaskan kegagalan akan muncul ketenangan.
Ini juga yang dialami Sir Alex Ferguson. Sebaik dan sesuksesnya ia selama menjadi manajer, ternyata Fergie memiliki momen kegagalan yang membuatnya sampai melampiaskannya. Tidak perlu kaget mengapa ia bisa begitu, karena sejatinya Fergie juga manusia sama seperti kita semua.
Salah satu mantan anak asuh kesayangannya, Wayne Rooney, bahkan sempat mengungkapkan bagaimana Sir Alex Ferguson melampiaskan kegagalan. Tercatat bahwa, sang manajer pernah memperlakukan para pemainnya dengan diam selama dua minggu setelah ia gagal meraih treble kedua pada 2008.
Di bawah Ferguson, United tentu saja menyelesaikan momen treble yang paling terkenal pada tahun 1999. Di mana saat itu mereka berhasil memenangkan Premier League, Liga Champions dan Piala FA di musim yang sama. Ini merupakan suatu prestasi besar yang belum bisa terulang lagi sampai sekarang.
United hanya hampir meraihnya kembali. Terutama ketika mereka memenangkan liga dan Liga Champions pada 2008. Sayangnya, pasukan Fergie itu gagal meraih trofi Piala FA. United dikalahkan oleh Portsmouth di perempat final oleh tim asuhan Harry Redknapp waktu itu.
Seandainya The Red Devils berhasil mengatasi Portsmouth, mereka akan menghadapi lawan dari tim Championship di semi-final, dan final melawan West Brom atau Cardiff. Tidak diragukan lagi, jika mereka berhasil, itu akan menjadi momen favorit yang luar biasa untuk menambah koleksi piala di Old Trafford.
Cuma sayangnya, United harus puas hanya dengan dua gelar, dan kekalahan di Piala FA jelas membuat Sir Alex Ferguson kesal. Dalam kutipan yang diambil dari buku otobiografi Wayne Rooney (Rooney: Teenage Kicks), ia menuliskan kalau semua pemain merasa tidak dianggap setelah kalah dari Portsmouth.
“Saya ingat ekspresi bos waktu itu. Kurang lebih, selama sekitar dua minggu dia menunjukkan ekspresi yang sama. Dia tidak berbicara sepatah kata pun kepada kami. Dia tahu kalau itu (kemenangan vs Portsmouth) adalah kesempatan untuk meraih treble kembali,” ujar Wayne Rooney dalam bukunya.
Pertandingan melawan Portsmouth bukannya tanpa kontroversi. Asisten pelatih United waktu itu, Carlos Queiroz, pernah sampai melabeli wasit Martin Atkinson sebagai “perampok”. Itu karena si wasit tidak memberikan penalti kepada Setan Merah setelah Cristiano Ronaldo dijatuhkan oleh Sylvain Distin.
Portsmouth kemudian menang 1-0 berkat hadiah penalti dari wasit pada menit ke-78. Kala itu Rio Ferdinand harus masuk dan bermain sebagai kiper lantaran Tomasz Kuszczak mendapat kartu merah akibat pelanggarannya terhadap Milan Baros.
Wayne Rooney yang mengingat momen itu dengan bercanda mengatakan bahwa ia merasa bisa menepis penalti itu jika ia yang ditunjuk sebagai kiper oleh Sir Alex Ferguson. Karena di satu sisi, ia juga merupakan pemain yang paling sering mengenakan sarung tangan ketika latihan.
“Kesalahan terbesar yang dibuat manajer adalah tidak menempatkan saya sebagai kiper pengganti. Tapi saya pikir, dia (Sir Alex Ferguson) khawatir saya tidak akan bisa menepis penalti dan kemudian kami tertinggal 1-0. Jadi dia lebih membutuhkan saya untuk mencoba dan mencetak gol saja,” ungkap Rooney.
Meski kehilangan treble kedua, tim Manchester United tahun 2008 akan tercatat dalam sejarah sebagai salah satu tim terbaik dunia. Malah menurut Wayne Rooney, ia membandingkan tim United 2008 dengan beberapa tim hebat Brazil di masa lalu.
“Saya dulu suka menonton Brazil bahkan sampai ketika saya tumbuh dewasa. Sepakbola yang kami (tim United 2008) mainkan mirip seperti mereka. Gerakan dan passing-nya brilian. Saya suka bermain untuk tim ini. Sangat menyenangkan bermain sepakbola seperti ini. Itulah sebabnya saya ingin menjadi pesepakbola,” tambah Wazza.