Foto: The Club World Cup

Setelah menjadi juara Piala Champions pada musim 1967/68, Manchester United sebenarnya berkesempatan untuk menambah isi lemari mereka dengan satu trofi prestisius tingkat dunia bernama Piala Interkontinental. Turnamen yang kemudian berubah format beberapa tahun kemudian menjadi Piala Dunia Antarklub tersebut, mempertemukan Manchester United melawan Estudiantes selaku juara Copa Libertadores.

Manchester United saat itu dikenal sebagai salah satu yang berisi para pemain hebat dengan senjata utama mereka adalah trio Law, Best, dan Charlton di lini depan. Kombinasi ini yang diharapkan bisa memberi mereka kemenangan dalam laga yang berlansung dua leg tersebut.

Akan tetapi, lawan yang dihadapi bukanlah tim sembarangan. Estudiantes saat itu tidak hanya dikenal sebagai tim yang menjadi juara Copa Libertadores melainkan sebagai salah satu tim terkotor yang pernah ada di dunia sepakbola. Sepakbola mereka tidak segan-segan untuk menggunakan kaki atau bahkan tangan untuk menendang dan juga memukul lawannya.

United bertindak sebagai tamu pada pertandingan pertama. Kedatangan skuad United ke Argentina saat itu sebenarnya disambut baik. Penyambutan resmi dilakukan. Hal ini dilakukan semata-mata untuk memperbaiki hubungan kedua negara yang cukup panas setelah insiden pada Piala Dunia 1966.

Akan tetapi, suasana terasa berbeda saat mereka memasuki Estadio Boca Juniors, yang menjadi lokasi pertandingan. Sebuah bom meledak di dalam stadion yang mengeluarkan asap merah dan para suporter mulai mengeluarkan serangan verbal kepada para pemain United. Di atas lapangan, kekerasan diperlihatkan oleh tim tuan rumah untuk merebut bola. Beberapa kali tekel mengerikan muncul pada pertandingan tersebut.

“Memegang bola di sana sama saja seperti membahayakan hidup Anda,” kata Sir Matt Busby yang menyebut Carlos Bilardo, sebagai pemain Estudiantes yang paling kasar diantara yang lain.

Jika berkaca dari permainan, maka pemain yang bisa menjadi sasaran empuk adalah George Best. Bermain sebagai winger, kelincahannya tentu mengundang para pemain Estudiantes untuk bermain kasar. Akan tetapi, sasaran utama Estudiantes saat itu adalah sang gelandang bertahan, Nobby Stiles.

Nobby adalah salah satu pemain yang membela Inggris ketika bertemu Argentina pada 1966. Inilah yang mungkin membuat para pemain Estudiantes menguncinya sebagai sasaran utama. Nobby menerima rangkaian pukulan, tendangan kungfu, benturan di kepala, dan cara lain untuk benar-benar menghancurkan si pemain. Bahkan hakim garis beberapa kali melapor kepada wasit karena ia berdiri terlalu dekat dengan Bilardo. Ada kekhawatiran tampaknya kalau permainan kasar Bilardo memicu keributan.

Kesabaran Nobby habis pada menit ke-79. Geram karena terus diburu, Nobby melancarkan serangan balasan. Apes baginya karena ia justru mendapat kartu merah oleh wasit Hugo Sosa Miranda. Apa yang menimpa Nobby juga menimpa rekannya, Bobby Charlton. Pemakai nomor 9 ini menderita luka di kepala dan harus menerima beberapa jahitan.

Meski menyebalkan, namun cara kotor yang dilakukan Estudiantes ini sukses membawa mereka menang dengan skor tipis 1-0 berkat gol dari Marcos Conigliaro meski sebenarnya gol tersebut menjadi milik Nestor Togneri.

“Tidak ada gunanya datang jauh-jauh ke sini. Mereka tidak ada niat untuk bermain sepakbola,” kata Paddy Crerand.

United punya kesempatan untuk membalikkan keadaan karena leg kedua mereka bermain di Old Trafford dengan dukungan dari penggemar United. Agregat 1-0 di atas kertas juga tidak sulit untuk dikejar. Akan tetapi, apa yang terjadi pada leg kedua justru jauh lebih mengerikan ketimbang pada leg pertama.

Beberapa pemain menjadi semakin liar. Mereka tidak segan-segan untuk membenturkan kepala, menggigit, menendang, hingga meludahi pemain United. Puncaknya terjadi pada menit ke-89 saat George Best diusir wasit Konstantin Zecevic karena terlibat pertarungan dengan Jose Hugo Medina. Best meninju wajah Medina dan mendorong Nestor Togneri. Seakan belum puas, Best kemudian meludahi Medina.

Situasi yang tidak kondusif membuat keduanya harus dikawal saat menuju ruang ganti. Selain mendapat tinju dan ludah dari Best, Medina juga mendapat lemparan koin dari para pendukung United yang sempat membuatnya terkapar.

Pada leg kedua ini, Setan Merah hanya mampu bermain imbang 1-1. Mereka bahkan tertinggal terlebih dahulu melalui Ramon Veron pada menit ke-6. Gol penyama kedudukan melalui Willie Morgan datang terlambat karena hadir beberapa menit setelah insiden Best dan Medina rampung. Sebenarnya, United sempat membuat gol lagi melalui Brian Kidd namun wasit berkata kalau dia sudah meniup peluit terlebih dahulu sebelum bola masuk ke gawang. Skor imbang 1-1 yang membuat Estudiantes keluar sebagai pemenang dengan agregat 2-1.

Rasa jengkel terpancar jelas dalam skuad United saat itu. Alex Stepney tertangkap kamera melayangkan pukulan kepada salah satu pemain Estudiantes saat dia sedang menuju ruang ganti. Matt Busby bahkan sampai berujar kalau Argentina harus dilarang dari semua kompetisi sepakbola yang berada dalam naungan FIFA. Amarah yang paling besar tentu datang dari para penggemar United. Momen victory lap Estudiantes berjalan singkat karena mereka terus mendapat lemparan dari para suporter Setan Merah.