Tidak butuh waktu lama bagi Manchester United untuk kembali ke divisi satu. Benar apa yang dikatakan oleh Busby, divisi dua bukan tempat yang cocok untuk United sehingga tidak perlu berlama-lama menghabiskan waktu di sana. Musim 1975/1976 menjadi langkah awal untuk memulai era baru Manchester United.

Akan tetapi, era baru tersebut diawali dengan perselisihan. Sayap utama mereka, Willie Morgan, berseteru dengan Tommy Docherty yang berujung dengan hengkangnya Morgan. Musim lalu, Morgan adalah salah satu pemain yang berperan penting mengangkat Setan Merah ke divisi satu.

“Saya keluar karena dia (Docherty). Kami berselisih paham sepanjang paruh kedua musim 1974/1975. Puncaknya adalah ketika ia meninggalkan saya saat tim berangkat tur dan mengajaknya berdamai. Saya pun menerimanya, tapi tiga jam kemudian saya mendengar berita di radio kalau saya masuk daftar jual karena menolak ikut tur. Itu adalah akhir karier saya di klub ini,” tuturnya dalam Inside United, edisi Desember 2013.

Kehilangan Morgan sebenarnya sudah ditutupi dengan baik oleh Steve Coppell yang direkrut ketika masih bermain di divisi dua. Ia juga tidak kalah cepat dibandingkan Morgan. Selain itu, usianya juga jauh lebih muda ketimbang pemain kelahiran Alloa tersebut.

Musim 1975/1976 United sebenarnya dimulai dengan sangat baik. Hingga pertengahan September, mereka bercokol di puncak klasemen. Trisula lini depan mereka, Sammy Mcllroy, Lou Macari, dan Stuart Pearson, begitu menakutkan pada saat itu.

Akan tetapi, performa mereka mendadak menjadi tidak konsisten. Posisi mereka melorot hingga urutan kelima ketika memasuki November. Tiga kali kekalahan dan dua hasil imbang menjadi catatan buruk mereka dalam delapan pertandingan selanjutnya. Performa mereka juga memburuk di Piala Liga saat disingkirkan Manchester City dengan skor 4-0.

Penampilan United sempat membaik ketika memasuki Desember. Tiga dari lima pertandingan pada bulan tersebut diakhiri dengan kemenangan. Pada akhir Januari, mereka kembali ke puncak klasemen berkat keberhasilan mereka meraih tujuh poin dari sembilan poin yang bisa mereka raih. Sayangnya, performa mereka kembali menurun ketika memasuki bulan Februari. Lima laga yang dimainkan, hanya satu saja yang berhasil diselesaikan dengan kemenangan.

Memasuki sepertiga akhir kompetisi, United semakin rajin meraih kemenangan. Akan tetapi, hingga akhir musim mereka tidak bisa kembali ke posisi pertama dan harus puas berada di urutan ketiga dibawah Liverpool dan QPR. Walau begitu, prestasi ini sudah sangat baik untuk tim yang sebelumnya berkutat pada divisi dua.

Performa United di liga berbanding terbalik di Piala FA. Mereka menyingkirkan Oxford, Peterborough, Leicester, Wolverhampton, dan Derby County, untuk melangkah ke final. Di atas kertas, United paling diunggulkan untuk mengangkat piala. Lawan mereka, Southampton, adalah kesebelasan yang bermain di divisi dua.

United mendominasi jalannya pertandingan. Martin Edwards menyebut kalau United tampil sangat baik pada 20 menit pertama. Sundulan Mcllroy membentur tiang gawang, sementara sepakan Pearson dimentahkan oleh Ian Turner.

Akan tetapi, petaka justru menimpa United tujuh menit sebelum laga usai. Sepakan pelan Bobby Stokes tidak bisa dijangkau Alex Stepney. Skor 1-0 bertahan hingga wasit Clive Thomas meniup peluit panjang. Southampton mengalahkan United untuk mendapatkan trofi pertama mereka. Laga ini juga menjadi salah satu momen mengejutkan sepanjang sejarah Piala FA.

Musim berikutnya, Docherty kembali menambah satu pemain lagi untuk dimasukkan ke dalam skuadnya. Kakak kandung Brian Greenhoff, Jimmy Greenhoff direkrut setelah tujuh musim bermain untuk Stoke City. Akan tetapi, perekrutan tersebut tidak berdampak dengan membaiknya posisi mereka di liga.

United tidak pernah meraih kemenangan selama dua bulan dari Oktober hingga Desember. Padahal, di awal musim United memulai kompetisi liga dengan hanya menderita satu kekalahan saja. Penampilan Setan Merah baru membaik ketika memasuki pergantian tahun. Sembilan pertandingan mereka menangkan dari 12 pertandingan. Akan tetapi, ketika memasuki dua bulan terakhir kompetisi performa mereka kembali merosot. Mereka finis pada posisi enam di akhir kompetisi. Gelar juara sendiri diraih oleh Liverpool.

The Reds saat itu adalah tim terbaik di Inggris maupun di Eropa. Mereka bersiap meraih apa yang belum bisa tim Inggris raih saat itu yaitu treble. Gelar liga mereka sudah raih, begitu juga Liga Champions. Tinggal Piala FA yang sebentar lagi bisa mereka raih. Mereka akan menghadapi Manchester United yang bersiap menggagalkan ambisi mereka.

United kembali melangkah ke Wembley dengan mantap. Rival klasik mereka, Leeds United, berhasil dikalahkan di semifinal. Jimmy Greenhoff menjadi bintang berkat golnya yang diikuti dengan sepakan vol Steve Coppell.

Kebintangan Greenhoff berlanjut di babak final. Ia memberi asis pada gol pertama yang dicetak Stuart Pearson. Akan tetapi, Jimmy Case menyamakan kedudukan dua menit berselang. Greenhoff sendiri kemudian menjadi pahlawan yang membuat United sukses menggagalkan ambisi Liverpool. Sepakan Lou Macari berubah arah karena kakinya yang tidak bisa dijangkau Ray Clemence. Trofi Piala FA saat itu menjadi raihan tinggi pertama United setelah kesuksesan di Wembley sembilan tahun sebelumnya.

“Kami punya Jimmy Nicholl di bek kanan, Martin Buchan, Brian Greenhoff, Arthur Albiston, Sammy (Mcllroy), dan Lou Macari yang juga masih muda. Lalu ada Gordon Hill, Steve Coppell, lalu ada saya dan Jimmy Greenhoff, skuad saat itu adalah yang terbaik,” tutur Stuart Pearson.

Akan tetapi, gelar itu menjadi gelar terakhir yang bisa diberikan Docherty kepada United. Pada musim panas 1977, ia keluar dari United karena ketahuan selingkuh dengan istri fisioterapis United, Mary Brown. Posisinya kemudian digantikan Dave Sexton.