Stadium of Light. (Foto: Chronichle Love)

Masih ingat kejadian di Stadium of Light pada 13 Mei 2012? Ketika itu, Manchester United kehilangan gelar juara Premier League karena kalah selisih gol dari rival sekotanya, Manchester City, pada pekan terakhir liga Inggris musim 2011/2012. Kemenangan United 1-0 melawan Sunderland menjadi sia-sia karena City juga menang 3-2 pada saat bersamaan.

Kegagalan itu jelas mengecewakan bagi United. Raut wajah tidak percaya terpampang jelas sejak mereka melihat papan skor City melawan QPR berganti jadi 3-2. Di ruang ganti, para pemain masih tidak percaya dengan fakta pedih yang harus mereka terima yaitu kalah karena kekurangan selisih gol.

“Saya katakan kepada mereka kalau mereka sudah jadi juara. Saya katakan supaya terasa adil meskipun mereka tahu kalau ada yang salah,” tutur Ferguson.

Cerita dari Stadium of Light musim 2011/2012 jelas sangat menyedihkan. Akan tetapi, United bukannya tidak pernah mendapat cerita lucu dari kandang yang letaknya di kawasan Monkwearmouth, Sunderland tersebut. Jika musim 2011/2012 pengalaman United di sana sangat menyedihkan, maka kejadian lucu terjadi semusim sebelumnya.

Saat itu, United bertandang ke Sunderland pada Oktober 2010. Mereka harus menang karena pada laga sebelumnya United bermain imbang 2-2 melawan Bolton. Akan tetapi, mereka justru mendapatkan kejadian yang tidak terduga. Sebelum laga, ruang ganti tim tamu mengalami kebocoran. Bahkan di tengah-tengah lantainya ada ember yang menjadi wadah penampungan air.

“Ketika kami sampai di sana, ada ‘tetesan, tetesan, tetesan’, mereka memiliki ember di bawah tetesan ini dan berkata: ‘Oh, kami mengalami kebocoran di langit-langit’. Jadi semua pemain harus berjalan melewati ember ini,” kata mantan kitman United, Albert Morgan.

Yang menarik, Albert berkata kalau Ferguson justru bersikap sedikit santai. Dia hanya duduk di sudut sambil membaca match programme. Ia mungkin menginginkan pemainnya hanya fokus di lapangan dan tidak terpengaruh tentang bocornya ruang ganti mereka. Akan tetapi, tetap saja pemain United sudah jengkel dengan fasilitas yang buruk tersebut.

“Kami sudah berada di lapangan selama beberapa menit dan salah satu staf keamanan datang dan berkata: ‘Albert, saya rasa Anda sebaiknya datang ke ruang ganti, ember itu sudah penuh’. Ketika kami kembali ke ruang ganti, ember sudah berubah menjadi tempat sampah,” ujarnya.

Kejutan tidak berhenti sampai di situ. Ketika mereka melihat ke atas bagian langit-langit, ada salah satu bagian pipa yang copot. Apes, pipa yang copot adalah pipa pengalir tinja. Sontak, kotoran berbau busuk tersebut berserakan kemana-mana.

“Ada kotoran di mana-mana. Ada di jas, baju, dinding, langit-langit. Berbatov marah besar karena sepatunya terkubur kotoran setinggi 7,6cm. Tidak ada yang bisa diselamatkan seperti sepatu, setelan. Satu-satunya yang bisa dilakukan adalah merogoh kaus kaki dan sepatu untuk mengambil perhiasan dan arloji,” kata Albert melanjutkan.

Bayangkan betapa menjijikannya ruang ganti United saat itu. Bukan tidak mungkin ada pemain yang menahan mual karena sudah pasti kotoran tersebut meninggalkan bau yang tidak sedap. Para pemain yang saat itu masih memakai baju latihan jelas tidak mau memakai jersey yang sudah terkena tinja. Sepak mula akhirnya mundur 15 menit (Albert menuturkan 30 menit) karena pemain harus mengenakan pakaian yang baru.

Beruntung, United punya kitman yang cakap seperti Albert Morgan. Dia membawa satu set perlengkapan cadangan sehingga krisis pakaian bisa dihindari oleh para penggawa United. Masalah juga bisa diselesaikan ketika Steve Bruce datang membantu United. Mungkin ada rasa tidak enak mengingat ia adalah manajer Sunderland dan lawan yang akan dihadapi timnya adalah mantan tim yang membesarkan nama Bruce. Sang mantan bek tengah membantu mengeluarkan tinja-tinja tersebut dengan sekop besar, sedangkan kaus United yang belepotan karena kotoran dimasukkan oleh Albert ke dalam kantong plastik hitam untuk dibuang.

Pertandingan itu sendiri berakhir dengan skor imbang 0-0. Penampilan United juga tergolong cukup mengecewakan. Bukan tidak mungkin, pemain United saat itu kepikiran dan takut kalau-kalau kejadian pipa bocor kembali terjadi saat mereka masuk pada jeda babak pertama atau setelah pertandingan berakhir sehingga mereka kurang fokus ketika bermain di atas lapangan. Meski begitu, Ferguson puas meski hanya meraih satu poin.

“Kami bertahan dengan sangat baik. Yang paling penting adalah konsisten untuk tidak kalah. Saya tidak gembira tapi saya puas,” kata Ferguson.

Ya, setidaknya masih ada satu poin yang bisa dibawa ke Manchester saat itu ketimbang kalah. Sudah kalah, kena kejutan berupa kotoran pula.