Foto: Sports Joe

Kecerdikan John O’Shea menyambar bola rebound seolah menjadi titik balik bagi mereka untuk bisa membuka puasa gelar liga yang saat itu sudah berlangsung tiga musim.

Hingga kariernya di Manchester berakhir pada 2011, John O’Shea tampak tidak akan pernah dianggap sebagai pemain spektakuler bagi United. Meski punya kemampuan bermain di banyak posisi, namun mayoritas waktunya lebih sering dihabiskan untuk menjadi pemain cadangan. Ia adalah opsi utama apabila satu dari empat bek utama United tidak bisa bertanding.

Meski begitu, O’Shea tetap menyimpan beberapa momen indah. Ia pernah mengolongi Luis Figo di Liga Champions. Selain itu, ia juga jadi otak dari kedatangan Cristiano Ronaldo yang dalam pertandingan persahabatan melawan Sporting sukses membuatnya sakit kepala. Aksi menjadi kiper pada laga melawan Spurs juga sulit untuk dilupakan.

Sheasy, sapaan akrabnya, mencetak 15 gol dalam 393 penampilan. Jumlah yang bisa dikatakan cukup banyak untuk seorang pemain belakang. Namun yang spesial dari gol-gol O’Shea bukan soal jumlahnya, tapi beberapa diantaranya bernilai sangat penting. Sulit untuk melupakan chip cantik ke gawang Arsenal pada 2005. Empat tahun kemudian ia lagi-lagi mencetak gol ke gawang Meriam London untuk membuka jalan United ke final Liga Champions. Yang paling spesial adalah golnya ke gawang Liverpool yang selalu dirayakan setiap tanggal 3 Maret.

Pada musim itu, United diprediksi akan membuka puasa gelar liga mereka yang sudah berlangsung tiga musim. Sejak 1 Oktober 2006, mereka tidak bisa dijatuhkan dari posisi satu. Meski begitu, ada beberapa laga yang cukup sulit dimenangkan United sehingga butuh sosok pahlawan yang bisa menyelamatkan mereka dari kesulitan.

United datang ke Anfield dengan modal kemenangan dramatis di kandang Fulham sepekan sebelumnya. Cristiano Ronaldo menjadi pahlawan berkat golnya pada menit ke-88. Melalui aksi individu di sisi kiri penyerangan, CR7 melepaskan sepakan mendatar yang tidak bisa diantisipasi penjaga gawang. Namun di Anfield, ia tidak berkutik. Pergerakannya terisolasi oleh kuatnya lini belakang Liverpool.

United menjalani hari yang sangat sulit pada saat itu. Duet Rooney dan Henrik Larsson tidak tampil menawan. Begitu juga Louis Saha yang masuk menggantikan Larsson. Bahkan pada menit ke-73, Rooney mengalami cedera karena ditekel Jamie Carragher. Segalanya makin runyam ketika Paul Scholes hilang kesabaran dan berusaha meninju Xabi Alonso yang membuatnya diusir dari lapangan.

Bermain dengan 10 orang membuat Ferguson harus mengubah struktur timnya. Rooney yang cedera justru digantikan oleh O’Shea. Satu poin tampak cukup bagi Fergie karena yang penting adalah tidak kalah dari rivalnya.

Namun, United justru nyaris kebobolan. Peter Crouch terbebas di kotak penalti dan punya ruang tembak yang luas untuk menghukum Van der Sar. Sang penjaga gawang asal Belanda ini tampil heroic ketika menepis sepakan pemain jangkung tersebut yang membuat skor 0-0 saat itu masih terjaga.

Pertandingan memasuki menit ke-90 ketika manuver Ryan Giggs di sisi kiri diganggu oleh Steve Finnan sehingga wasit Martin Atkinson memberi tendangan bebas. Cristiano Ronaldo mengambil tendangan bebas tersebut. Ia melepaskan sepakan kencang yang diharapkan bisa disambar Louis Saha namun justru bisa diblok oleh Pepe Reina. Bola rebound kemudian disambar oleh O’Shea ke pojok atas gawang yang membuat The Kop terdiam. Gol yang dirayakan meriah oleh para pemain, staf, dan tentu saja suporter.

“Oleh manajer, saya diminta bermain di tengah dan menguasai bola sebanyak mungkin lalu Giggs mendapat tendangan bebas dan Ronaldo menendang bola ke sudut yang bagus dan sulit dikontrol oleh penjaga gawang. Gol itu adalah salah satu momen terbaik saya,” kenang Sheasy.

Ketika majalah Inside United merayakan satu dekade O’Shea di United, ia menyebut kalau golnya ke gawang Liverpool saat itu bukanlah gol yang indah namun itu adalah gol yang penting. Menurutnya, gol ini sama pentingnya dengan yang ia buat di semifinal Liga Champions melawan Arsenal.

“Saya hanya menendangnya keras-keras ke atas. Saudara saya ada di area fan tim tamu jadi saya memilih untuk merayakannya ke tempat fan kami menonton. Saya melihat Rooney merayakan gol saya. Ia lari keluar dari ruang ganti sambil nyeker untuk bergabung merayakan gol itu. Itu adalah pukulan telak bagi rival kami dan dua bulan kemudian kami juara,” tuturnya.

Setelah pertandingan, Ferguson menyebut kalau United beruntung bisa selamat melalui gol menit akhir dalam dua laga berturut-turut. Namun, United butuh momen-momen seperti ini, kemenangan jelek, untuk bisa bertahan di puncak klasemen.

“Liverpool beranggapan kalau mereka tidak beruntung dan itu memang benar. Terkadang, sepakbola adalah soal keberuntungan terutama merebut gelar. Saya rasa kami beruntung dalam dua pekan terakhir. Meski begitu, Anda tetap harus berhati-hati ketika melawan tim sebaik United,” kata Ferguson.

Hasil tersebut membuat United tetap menjaga jarak sembilan poin dengan Chelsea yang terus mengejar mereka. Meski muncul beberapa hasil minor, namun sebisa mungkin United tetap menjaga jarak dengan The Blues. Pada akhir musim, United akhirnya mengangkat trofi Premier League pertama mereka setelah absen selama tiga musim.