Roy Keane setelah melakukan tekel kepada Haaland (Foto: Telegraph)

Roy Keane menyebut kalau dirinya tidak bermaksud untuk mencederai Alf Inge Haaland. Akan tetapi, dia senang telah menerjang kaki pemain asal Norwegia tersebut. Nah lho, maksudnya gimana sih, Roy!

Pada tanggal 21 April 2001, Manchester United bersiap melawan Manchester City, saat itu tim promosi, di stadion Old Trafford. Laga ini sudah tidak berarti lagi bagi Setan Merah karena mereka sudah memastikan diri menjadi juara liga. Bagi tim tamu, poin di laga ini berharga karena bisa membuka jalan mereka untuk tidak terdegradasi.

City menjadi pihak yang cukup puas dalam laga tersebut. Mereka sukses menahan imbang United 1-1. Meski gagal menang, namun target United untuk menjadi juara sudah terpenuhi dan sifat laga ini cenderung menjadi sebuah formalitas karena mereka tinggal menunggu momen saja untuk mengangkat piala.

Tim tamu mungkin puas, namun tidak dengan pemainnya yang bernama Alf Inge Haaland. Pada laga tersebut, ia merasakan kengerian yang luar biasa sepanjang kariernya sebagai pemain sepakbola.

Laga ini akan selalu dikenang pendukung United karena insiden yang terjadi pada menit ke-85. Alf saat itu sukses mendahului Keane dalam perebutan bola 50:50. Namun apes bagi dirinya karena kaki kanannya mendapat terjangan dari pria asal Irlandia tersebut yang membuat dia terpelanting jatuh ke tanah. Keane mendapat kartu merah dari wasit David Elleray.

Tidak ada protes dari Keane. Ia sadar kalau aksinya tersebut akan membuatnya diusir dari lapangan. Raut wajahnya menunjukkan kalau ia tidak merasa bersalah. Sebelum keluar lapangan, Keane menghampiri Haaland dan mengucapkan beberapa kalimat yang sayangnya tidak bisa diketahui secara jelas.

Selepas kejadian ini, Keane mendapat hukuman larangan bertanding sebanyak tiga laga dan denda 5 ribu paun. Hukuman kemudian bertambah menjadi larangan main sebanyak lima pertandingan dan denda senilai 150 ribu paun.

Haaland saat memaki Keane pada 1997. Foto: The42

Anggapan Balas Dendam

Dalam buku otobiografinya yang pertama pada 2002, Keane diceritakan kalau ia sengaja mengincar Alf untuk balas dendam. Hal ini terkait dengan kejadian di Elland Road pada musim kompetisi 1997/1998. Saat itu, Keane baru menjadi kapten United menggantikan Cantona dan Alf masih bermain untuk Leeds United.

Keane ketika itu mengejar bola kiriman dari Ronny Johnsen dan sedang berada dalam kawalan ketat dua pemain Leeds yang salah satunya adalah Alf. Keane mencoba untuk mengganggu Alf dengan cara mengaitkan kakinya untuk menahan laju larinya. Naas, upaya tersebut justru membuat Keane merusak ligamen lututnya.

Alf yang marah menghampiri Keane dan mengeluarkan umpatan karena menganggap mantan pemain Nottingham Forest tersebut pura-pura cedera untuk menghindari hukuman karena tekelnya kepada Alf. Kenyataannya musim Keane memang berakhir selepas kejadian tersebut. Hal ini yang dianggap banyak orang membuatnya ingin balas dendam hingga kemudian terjadilah momen di Old Trafford pada 2001.

“Saya sudah menunggu sejak lama. Saya hantam dirinya keras-keras dan saya berkata ‘rasakan itu, bajingan’ dan jangan coba ejek saya kalau diri saya tidak cedera. Saya tidak menunggu wasit mengeluarkan kartu merah. Saya langsung berbalik dan berjalan ke ruang ganti,” kata Keane dalam buku otobiografinya yang pertama.

Akan tetapi, Keane membantah segala yang dituliskan dalam otobiografinya yang pertama. Ia kemudian menyalahkan tim penulis buku tersebut yang dianggap melebih-lebihkan cerita tersebut. Keane menyebut kalau ia memang sengaja melakukan tekel seperti itu kepada Alf, naun itu semua tidak ada kaitannya dengan cedera yang terjadi empat tahun sebelumnya.

Maksud dari ucapan Keane adalah momen tersebut dianggap merupakan bagian dari sepakbola yang lekat dengan benturan fisik dan bukan merupakan sesuatu yang sengaja ia rancang. Hal itu ia ungkapkan lagi ketika mengeluarkan otobiografinya yang berjudul The Second Half pada 2014 sekaligus sebagai revisi dari pernyataan dia pada buku sebelumnya.

“Saya tidak punya maksud untuk membuatnya cedera. Itu adalah tindakan biasa yang menjadi bagian dalam sepakbola. Layaknya anjing makan anjing. Saya sudah banyak menendang pemain dan saya tahu perbedaan menyakiti seseorang dan membuat orang tersebut. Saya tidak ada maksud untuk membuat Haaland cedera.”

“Tidak ada rencana. Saya bermain tiga sampai empat kali melawan Haaland di Leeds dan mengalami cedera parah pada 1997 dan kejadian saya menendang dia terjadi pada 2001 ketika ia sudah di City. Jika saya adalah orang gila yang ingin balas dendam, kenapa saya harus menunggu sampai empat tahun untuk mencederainya?”

“Apakah saya mengejarnya selama bertahun-tahun? Tentu tidak. Apakah dia ada dalam pikiran saya sebagai sasaran? Tentu saja ada. Tapi dia setara dengan pemain seperti Rob Lee, David Batty, Alan Shearer, dan Patrick Vieira. Semua pemain ini adalah sasaran saya. Jika saya dapat kesempatan untuk menghajarnya, maka saya hajar dia. Heran kenapa insiden tahun 1997 terus dikait-kaitkan dengan kejadian 2001 dan terus menjadi kutipan kekal selama lebih dari 20 tahun,” tutur Keane.

Spekulasi Dibalik Terjangan Keane

Yang menarik dari kejadian ini adalah munculnya beberapa spekulasi setelah kejadian tersebut. Timbul berita yang simpang siur mengenai akibat dari kejadian yang disebut-sebut sebagai salah satu tekel paling brutal yang pernah terjadi sepanjang sejarah sepakbola.

Salah satu yang viral adalah munculnya anggapan kalau Alf langsung pensiun akibat terjangan Keane. Sekilas, tekel tersebut memang mengerikan karena kaki kanan Keane langsung mengarah ke lutut Alf. Akan tetapi, hal itu tidak langsung membuatnya pensiun. Alf sendiri ternyata bisa melanjutkan pertandingan hingga selesai.

Empat hari kemudian, Alf membela negaranya yaitu Norwegia ketika melawan Bulgaria pada sebuah pertandingan persahabatan. Bahkan sepekan setelah melawan United, Alf kembali membela City saat mereka menang tipis 1-0 atas West Ham.

Alf ternyata masih bisa bermain meski performanya di atas lapangan tidak sebaik sebelumnya. Pada September 2002, Haaland mengungkapkan kalau dirinya sudah menderita beberapa cedera pada lutut kiri yang membuatnya absen sangat panjang sehingga absennya dia saat itu bukan karena Keane yang menerjang lutut kanannya.

“Aku masih sedikit lega karena kakiku tidak sedang menginjak tanah. Kalau tidak, tekel dia mungkin memberikan banyak kerusakan terhadap lutut saya,” kata Alf.

Alf sendiri pada akhirnya pensiun pada tahun 2003. Setelah sempat menampik kabar kalau tekel brutal Keane yang menjadi penyebabnya pensiun, Alf bercerita kepada Daily Mail pada tahun 2008 kalau tekel Keane memberi pengaruh kepada lutut kirinya yang membuatnya pensiun pada usia 30 tahun.

“Lutut saya masih sakit dan rasa itu tidak kunjung pergi. Apakah tekel itu mengakhiri karier saya? Bagaimana ya, bisa dilihat kalau saya tidak bermain lagi secara penuh sejak saat itu, kan?” kata Haaland.

Tetapi enam tahun kemudian, Alf mengubah kembali pernyataannya dengan menyebut kalau Keane tidak bersalah.

“Saya tidak menyalahkan dirinya karena sudah menendang saya. Saya hanya menekankan poin pada buku pertamanya ketika ia bercerita kalau tekel brutal itu dilakukan karena ingin balas dendam kepada saya,” ujarnya.

Pemain kelahiran Stavanger ini juga sudah melupakan insiden mengerikan tersebut. Ia bakan memuji karier gemilang Keane yang bergelimang gelar bersama Manchester United.

“Saya tidak menganggap dia bersalah. Ia pemain sepakbola yang baik dan bermain untuk tim yang bagus. Saya tidak merasa karier saya berakhir karena dia, faktanya saya sudah bermain terlalu banyak di Inggris,” tutur Alf menambahkan.

***

Keane sendiri mengaku kecewa karena sering dituduh sengaja mencederai Alf. Tuduhan yang ia sebut sengaja dibuat tim penyusun bukunya untuk meningkatkan penjualan. Hal ini bahkan nyaris membuatnya diseret ke pengadilan oleh Alf karena dianggap sengaja merancang kejadian tersebut.

Meski begitu, Keane tetaplah Keane. Salah satu pemain yang bisa disebut pemain ‘mengerikan’ dalam sejarah Premier League. Ia memang tidak punya maksud untuk sengaja melukai Alf Inge Haaland, namun ia tetap tidak menyesal telah mengeluarkan tekel brutal itu kepadanya.

“Ada sejumlah penyesalan dalam hidup saya. Tapi insiden saya dengan Haaland tidak termasuk ke dalamnya,” kata Keane.