Di sela-sela Perang Dunia II yang bergejolak, Manchester United memilih manajer baru untuk mengarungi kompetisi apabila perang telah berakhir. Pilihan kemudian jatuh kepada mantan pemain Manchester City dan Liverpool, Matt Busby. Ia memilih United ketika kontraknya selesai bersama Liverpool yang hanya berjalan penuh setahun karena meletusnya Perang Dunia.

Diilustrasikan oleh Bob Bond dalam United: The Comic Strip History, saat itu Busby datang dalam kondisi klub yang serba sulit. Stadion hancur, kas yang kosong, serta utang yang menggunung, menjadi cerita yang saat itu mengiringi perjalanan Setan Merah. Namun, itu semua tidak menghalangi niatnya untuk membangun tim agar bisa berjaya kembali seperti di era Ernest Magnall.

Langkah awal Busby adalah mencari tangan kanan yang jatuh kepada Jimmy Murphy. Keduanya memiliki karakter yang sangat bertolak belakang. Busby cenderung kalem sementara Murphy dipenuhi semangat berapi-api. Tidak jarang apabila Murphy lebih sering memberikan instruksi kepada para pemain United alih-alih Busby.

“Jika kedua orang itu mendaki Everest maka mereka akan bersama-sama di puncak. Keduanya saling melengkapi,” ujar Harry Gregg dalam buku United Glory (2008).

Tidak adanya kompetisi membuat United era Busby mengikuti beberapa kompetisi regional macam Football War League. Busby saat itu diperkuat oleh pemain-pemain hebat macam Johny Carey, Jack Rowley, dan Berth Whalley.

Ketika liga bergulir pada 1946/1947, Busby langsung membawa Setan Merah finis di posisi kedua. Inilah pos tertinggi yang bisa mereka raih di Divisi Satu sejak terakhir kali menempati peringkat keempat pada 1913. Hingga 1951, duet Busby dan Murphy tidak pernah keluar dari peringkat empat besar dan finis empat kali sebagai runner-up. Meski demikian, Busby baru memberikan satu gelar saja saat itu yaitu Piala FA pada 1948 yang menjadi trofi pertama mereka sejak 1911.

Busby baru memberikan gelar liga pada 1952 dengan United mencetak 95 gol saat itu. Di tangan Busby-Murphy United memang terkenal sebagai tim yang kuat dalam hal mencetak gol. Beberapa skor besar kerap diraih. Jack Rowley menjadi pemain United pertama yang bisa membuat 30 gol dalam satu musim saat itu.

Meski saat itu berhasil meraih juara liga, namun Busby dipusingkan dengan semakin tuanya beberapa pilar United termasuk Rowley sendiri. Disinilah Busby berhasil meramu beberapa pilar akademi dengan rekrutan dari klub lain yang membuat mereka semua mendapat identitas baru bernama Busby Babes.

Busby menemukan nama-nama tersebut berkat beberapa bantuan orang kepercayaannya. Bert Whalley adalah kepala pemandu bakat, sementara Joe Armstrong, Billy Dehan, Bob Bishop, dan Bob Harper, adalah para pencari bakat yang saat itu mencari talenta hingga ke Skotlandia dan Irlandia Utara.

Nama-nama yang mereka dapat kemudian dilatih oleh Bill Inglis selaku pelatih tim kedua sebelum diberikan kepada Busby. Temuan-temuan mereka saat itu antara lain Bill Foulkes, Jackie Blanchflower, Dennis Viollet, David Pegg, serta dua pemain terbaik mereka saat itu Duncan Edwards dan Bobby Charlton.

Tidak ada yang instan saat itu di Manchester United. Butuh empat musim bagi para pemain muda tersebut untuk bisa memberikan gelar liga mereka yang keempat. Pada musim 1956/1957, Busby Babes berhasil mempertahankan gelar dengan membuat 103 gol di kompetisi liga. Jumlah yang sampai hari ini belum bisa dipecahkan bahkan oleh Sir Alex Ferguson sekalipun.

Tragedi yang Mencerai Beraikan Busby Babes

Belum genap satu dekade Busby Babes bermain, takdir dengan tega memisahkan mereka semua. Sebuah tragedi paling mengerikan sepanjang sejarah Setan Merah membuat tim yang diprediksi akan bisa merajai Eropa tersebut hilang dan menjadi sebuah kenangan.

Pasca bertandang dari Belgrade untuk menghadapi Red Star, pesawat yang membawa para pemain United gagal lepas landas pasca mengisi bahan bakar di Munich. Pesawat British European Airways dengan nama Elizabethan itu menghantam jalan dan menabrak sebuah rumah dan truk yang penuh dengan bahan bakar. Percikan api membuat pesawat tersebut meledak.

23 korban jiwa tercatat pada peristiwa itu dengan delapan diantaranya adalah pemain United yaitu Roger Byrne, Mark Jones, David Pegg, Liam Whelan, Tommy Taylor, Eddie Colman, Geoff Bent meninggal di TKP sementara Duncan Edward sempat sadar di rumah sakit sebelum meninggal dua pekan kemudian karena kerusakan parah di ginjalnya. Selain mereka, staf United macam Walter Crickmer serta otak dibalik Busby Babes Bert Whalley dan Tom Curry juga menjadi korban tewas. Selain mereka ada beberapa jurnalis dan suporter yang turut menjadi korban.

Beberapa pemain yang selamat memutuskan untuk tidak bermain lagi. Johny Berry dan Jackie Blanchflower tidak bisa bermain lagi karena cedera parah pasca kecelakaan. Ada pula yang membutuhkan waktu yang cukup lama untuk kembali sembuh sebelum kembali bermain seperti Harry Gregg dan Dennis Viollet yang harus istirahat selama dua bulan sebelum kembali ke lapangan. Matt Busby bahkan harus beristirahat selama tiga bulan.

Busby Babes Jilid II dan Kejayaan Eropa

Kehilangan pemain pilar membuat prestasi mereka melorot. United hanya satu kali mencicipi peringkat dua pasca tragedi yaitu di musim 1958/1959. Meski begitu, Busby tidak mau terus berkutat pada masa lalu dan fokus untuk memperbaiki United yang hancur. Salah satunya dengan membangun Busby Babes Jilid II.

Alex Stepney, Nobby Stiles, Paddy Crerand, serta Denis Law dan George Best adalah nama-nama yang menjadi pilar penting Busby untuk memperbaiki nama United yang mulai terpuruk. Gelar Piala FA 1963 menjadi awal mula dari bangkitnya nama United di sepakbola Inggris. Dua gelar liga berhasil mereka raih pada 1965 dan 1967.

Puncak dari kebangkitan Manchester United hadir ketika mereka berhasil menjadi raja Eropa pada 1968. Benfica yang diisi Black Panther, Eusebio, dikalahkan 4-1 di stadion Wembley. Inilah kali pertama kesebelasan asal Inggris menjadi juara di ajang tertinggi di Eropa.