Manchester United kalah dari Villareal di final Europa League lewat adu penalti. Semua penendang Villareal berhasil membobol gawang David De Gea. Pun dengan Manchester United, kecuali De Gea sendiri.
Usai pertandingan, kekecewaan para penggemar Manchester United terpusat pada kiper berkebangsaan Spanyol tersebut. Masalahnya adalah ia tak bisa menahan satupun tendangan pemain Villareal. Sialnya lagi, cuma ia yang gagal saat menendang penalti!
Ole Gunnar Solskjaer mengklaim kalau dirinya terpikir untuk mengganti David De Gea dengan Dean Henderson jelang tendangan penalti tersebut. Ini berangkat dari catatan buruk De Gea sepanjang menghadapi penalti. Sampai semalam, ia selalu kebobolan dalam 40 penalti terakhir baik untuk Manchester United maupun timnas Spanyol.
Terakhir kali De Gea menyelamatkan penalti terjadi pada semifinal Piala FA 2016. Ketika itu, De Gea menahan tendangan striker Everton, Romelu Lukaku. Sementara itu, Dean Henderson terakhir kali melakukannya saat menahan tendangan Gabriel Jesus pada musim lalu, ketika masih berkostum Sheffield United. Henderson juga menahan penalti ketika bermain di Piala Eropa U-21 2019 dan final play off League One pada 2018.
Pergantian kiper yang paling dikenang terjadi pada Piala Dunia 2014. Saat itu, Louis van Gaal mengganti kiper utama Belanda, Jasper Cillesen dengan Tim Krul. Dalam laga menghadapi Kosta Rika tersebut, Belandag menang 4-2, dengan Krul menyelamatkan dua penalti.
Solskjaer sendirimemasukkan Alex Telles dan Juan Mata pada menit-menit akhir babak kedua perpanjangan waktu. Keduanya menjadi pergantian terakhir buat United, dan sengaja ditujukan untuk mengambil penalti.
“Anda melalui setiap skenario, tentu saja. Dan itu terlintas di kepalaku sebelum pertandingan, tapi kami percaya pada David dan sudah bersiap,” kata Solskjaer.
“Segalanya bisa terjadi dalam adu tendangan penalti. Aku tertahan dengan ‘kiper yang main di semua pertandingan.’ Aku bisa bilang adu penaltinya menampilkan kualitas tinggi, tapi kami tak cukup melakukannya di 120 menit untuk mencetak lebih banyak gol dan itu cukup mengecewakan.”
Sebelum adu penalti dilakukan, Bruno Fernandes maju ke hadapan wasit bersama dengan Raul Albiol. Sebagai kapten, keduanya memilih tempat dan penendang penalti. Rupanya, Bruno memilih sebagai penendang kedua. Padahal, penendang pertama punya peluang menang lebih besar.
“Aku belum bertanya pada Bruno siapa yang menang undian koin. Aku membiarkannya, kami punya pengambil penalti dengan percaya diri, kami membuat sejumlah perubahan untuk memasukkan mereka dan menendang penaltinya.”