Manchester United kembali mengalami kekalahan. Kali ini mereka ditaklukkan dengan skor 3-1 dari Arsenal. Dan hasil ini mengakhiri harapan pasukan Setan Merah untuk lolos ke Liga Champions musim depan. Situasi tim saat ini sedang panas, dan seperti biasa, mulai mencuat isu lingkaran setan tentang keadaan pemain di ruang ganti.
Kabarnya isu ini datang sendiri dari Jesse Lingard, yang berbicara kepada Paul Scholes bahwa ruang ganti Manchester United saat ini adalah sebuah bencana. Dan gelandang legenda United tersebut kemudian mengonfirmasinya ke media setelah pertandingan vs Arsenal semalam.
“Saya mengobrol singkat dengan Jesse Lingard tempo hari ini. Saya yakin waktu itu dia tidak merasa keberatan saat mengatakan kalau ruang ganti Manchester United adalah sebuah bencana,” ujar Paul Scholes kepada DAZN.
Jesse Lingard sendiri kontraknya akan habis pada 30 Juni nanti. Ia diperkirakan akan meninggalkan United setelah 22 tahun hidup bersama klub. Tepatnya sejak pertama kali ia bergabung dengan Setan Merah pada usia tujuh tahun. Ini mungkin akan menjadi momen menyedihkan bagi Lingard.
Tapi secara otomatis, jika apa yang dikatakan Lingard (soal ruang ganti) benar, maka ia akan berpisah dengan Setan Merah dalam keadaan yang kurang mengenakkan. Kita semua tahu pemain asal Inggris itu bukanlah pemain bintang akademi United yang mencolok. Tapi kesan perpisahan yang baik tetap harus diberikan.
Sementara itu manajer sementara Ralf Rangnick juga turut menanggapi isu panas yang sedang mencuat ini. Ia sebetulnya tidak tahu menahu soal klaim Jesse Lingard yang menggambarkan ruang ganti Manchester United sebagai bencana. Namun ia mengakui jika para pemainnya belakangan ini memang sedang merasa kecewa.
“Saya tidak tahu, Anda harus bertanya langsung kepada Jesse Lingard apakah informasinya benar atau tidak. Jelas setelah pertandingan seperti hari ini, atau setelah laga melawan Liverpool dan Everton, ada kekecewaan besar di ruang ganti. Tentu saja, hal ini normal. Justru memang kondisinya bermasalah. Bagi saya, hal ini juga normal,” ungkap Rangnick dikutip dari MEN Sports.
“Tapi saya pikir seluruh pemain saling memahami satu sama lain. Saya tidak berani mengatakan kalau mereka rukun satu sama lain. Tapi saya juga tidak berani mengatakan hal yang sebaliknya. Karena saya tidak melihat ada masalah apapun dalam ruang ganti.”
Bagi Rangnick, pukulan terberat para pemainnya adalah kegagalan di Liga Champions. Ia mengakui ketika United tereliminasi oleh Atletico Madrid, itu sangat menghancurkan kepercayaan diri para pemainnya. Karena kompetisi Liga Champions adalah satu-satunya kesempatan terakhir mereka untuk meraih trofi di musim ini.
Bayangkan saja, saat ini United sendiri hanya memenangkan empat dari 15 pertandingan terakhir mereka di semua kompetisi. Dan mereka hanya meraih satu kemenangan dari enam pertandingan terakhir mereka sejak kekalahan leg kedua babak 16 besar Liga Champions dari Atletico Madrid di Old Trafford.
Menyedihkannya lagi peluang United untuk lolos ke Liga Champions musim depan sudah berakhir. Dengan kekalahan dari pesaing mereka di posisi empat besar yakni Arsenal sudah menambah beban yang akan sulit ditopang hingga akhir musim. Jadi bisa dibilang saat ini sudah sulit bagi Rangnick untuk memotivasi para pemainnya di sisa pertandingan ke depan.
“Jelas, kekalahan dari Atletico sangat menghancurkan banyak harapan, dan itu juga memunculkan emosi dari beberapa pemain. Itulah yang bisa saya pahami. Kami seharusnya bisa memiliki kesempatan untuk melanjutkan leg kedua dengan baik karena modal leg pertama (1-1), tapi kami malah kalah 1-0,” pungkas Rangnick.
“Kami kemudian meraih hasil seri dengan Leicester, kalah dari Everton dan Liverpool. Maka jelas saat ini sulit untuk memotivasi mereka (pemain United) dan menjaga level energi tetap tinggi. Kami juga kalah di pertandingan hari ini (vs Arsenal). Walau sebetulnya kami bisa menang jika Bruno tidak gagal dalam mengonversi penalti.”