Sebuah akselerasi Ashley Young di sisi kiri berhasil melewati dua penjagaan pemain Huddersfield. Young kemudian mengirimkan bola kepada Juan Mata yang berada di kotak penalti sebelum pemain asal Spanyol ini mengecoh Jonass Losll dan memasukkan bola ke gawang.

Seketika gol ini mengubah kedudukan menjadi 2-0 untuk United. Sayangnya, di tengah-tengah perayaan Mata dkk, wasit Kevin Friend terlihat diam dan memegangi earphone yang terpasang di telinganya. Butuh dua menit sebelum akhirnya Friend menganulir gol ini menjadi offside.

Laga menghadapi Huddersfield Town di John Smith Stadium pada babak kelima Piala FA menjadi pertandingan yang spesial bagi Manchester United. Di laga yang dimenangkan United 2-0 tersebut, anak-anak asuh Jose Mourinho ini menjalani pertandingan pertama mereka yang melibatkan VAR atau Video Assistant Referee.

Banyak pro kontra yang terjadi pada penggunaan VAR ini. Dalam laga Piala FA kemarin, pihak VAR salah menempatkan garis batas offside di layar televisi sehingga mereka kemudian mengklarifikasi sekaligus meminta maaf. Setelah direvisi, baru diketahui kalau setengah lutut Juan Mata berada dalam posisi offside.

Mata dan Lukaku bahkan tertawa keheranan ketika melihat rekaman gol ini saat wawancara pasca laga. Meski dirugikan, pemain asal Spanyol ini terlihat sudah menerima keputusan tersebut. Dalam blognya, Mata mengakui VAR sangat berguna untuk membantu wasit meski ia juga menginginkan adanya batasan.

“Ketika Anda merayakan gol lalu dianulir maka Anda akan kecewa. Saya pikir teknologi seperti ini akan membantu wasit di masa depan dan sepakbola akan menjadi lebih adil. Dan VAR akan sangat membantu karena hasil telah menjadi patokan dari klub sepakbola sekarang ini. Namun, ada batasan juga untuk menjalani teknologi seperti ini agar tidak memakan waktu lama,” ujarnya kepada Sky Sports.

Senada dengan Mata, Jose Mourinho selaku manajer United mengeluarkan pandangannya terkait kejadian Sabtu lalu. Mou merasa senang VAR bisa digunakan untuk membantu wasit meminimalisir kesalahan yang kerap dilakukan dalam sebuah pertandingan meski ia juga merasa sedikit terganggu.

“VAR telah menghasilkan hasil yang menakjubkan meski sebenarnya pertandingan melawan Huddersfield diganggu oleh ketidaksempurnaan. Butuh waktu lama, tapi saya ingin para pemain saya menerima keputusan tersebut dan terus maju. Mungkin kita harus sabar dan berhasil mendapat gol kedua dan menang.”

Manajer asal Portugal ini sebelumnya sudah mengatakan sebelum laga kalau dia mendukung VAR. Sama seperti Mata, Mou beralasan teknologi ini akan membuat pertandingan menjadi lebih adil. Hanya saja butuh penyesuaian bagi wasit untuk bisa mengaplikasikan teknologi ini kedepannya.

“Dari sudut pandang saya, saya menyukai kehadiran VAR. Mereka (wasit) tentu ingin melakukan yang terbaik karena mereka tidak suka melakukan kesalahan. Terkadang, mereka membuat kesalahan tapi itu adalah kesalahan manusia dan anda tidak bisa mengatasinya kecuali ada bantuan beberapa teknologi. Jadi, jika para wasit senang dengan teknologi tersebut, maka ayo kita gunakan.”

“Mereka (wasit) butuh penyesuaian. Mereka perlu mematiskan bahwa mereka tidak terlalu mengubah dinamikan permainan terlalu banyak. Emosi setiap penonton akan terganggu karena harus menunggu beberapa menit untuk mengetahui apakah mereka bisa merayakan gol atau tidak,” ujarnya menambahkan.

Di Inggris sendiri, VAR pertama kali digunakan pada pertandingan babak ketiga Piala FA antara Brighton and Hove Albion menghadapi Crystal Palace, 8 Januari lalu. Selanjutnya VAR dipakai dalam semifinal Piala Liga antara Arsenal menghadapi Chelsea. Akan tetapi, kedua laga tersebut tidak memunculkan situasi yang membuat wasit memakai VAR.

VAR sendiri baru terpakai di kompetisi Inggris ketika West Bromwich Albion menghadapi Liverpool pada babak keempat Piala FA. Saat itu, ada dua keputusan yang membuat wasit Craig Pawson memutuskan untuk memakai VAR. Yang pertama, adalah gol Craig Dawson yang dianulir karena offside. Yang kedua adalah ketika Mohamed Salah dijatuhkan di kotak penalti.

Penggunaan VAR di beberapa kompetisi piala domestik di Inggris ini sebagai persiapan dari penggunaan teknologi tersebut untuk Premier League musim depan. Perlu diketahui, dari enam liga top Eropa (Inggris, Spanyol, Italia, Jerman, Prancis, dan Belanda), baru Serie A (Italia), Bundesliga (Jerman), dan Eredivisie (Belanda) saja yang sudah menggunakan VAR.

Jika merunut regulasi yang dikeluarkan International Football Association Board (IFAB), ada empat tipe keputusan yang bisa diambil saat menggunakan VAR. Empat keputusan itu adalah gol, keputusan penalti, kartu merah, dan kesalahan identitas yang dilakukan wasit.

Penggunaan VAR di Premier League memang sedang digalakan mengingat munculnya kontroversi yang kerap muncul beberapa pekan terakhir. Dalam laga Watford melawan Southampton, wasit luput untuk menganulir gol Abdoulaye Doucore yang dibuat menggunakan tangan. Yang terbaru tentu saja saat Chris Smalling mengganjal Dwight Gayle di kotak penalti dalam laga United melawan Newcastle dua pekan lalu.

Akan tetapi, kehadiran VAR juga mulai menghadirkan cerita lucu. Dalam sebuah pertandingan di kompetisi Portugal yang mempertemukan Aves menghadapi Boavista, wasit dibuat sulit dalam membuat keputusan apakah gol dari Aves sah atau tidak karena saat kejadian, kamera VAR tertutup bendera besar yang dibawa oleh suporter.