Foto: United In Focus

Bukan rahasia umum lagi, gelandang Donny van de Beek mengalami musim pertama yang tampak frustrasi sebagai pemain Manchester United. Meskipun di sisi lain, masih ada alasan untuk percaya bahwa ia akan kembali ke keadaan yang lebih baik dengan pengalaman yang dimilikinya.

Tapi untuk saat ini, pemain berusia 23 tahun itu pasti sedang termenung. Bisa-bisanya, ia untuk ke-12 kalinya di Premier League musim ini hanya menghabiskan satu pertandingan sebagai pemain pengganti yang tidak digunakan.

Ia, lagi-lagi, harus menyaksikan rekan-rekan setimnya di United bekerja keras dan bermain penuh dalam hasil imbang tanpa gol di kandang Chelsea. Ya, agaknya Van de Beek sudah terbiasa dengan pemandangan semacam itu. Mungkin terbesit di pikirannya sebuah ungkapan: “Ah, here we go again…”

Padahal, Van de Beek adalah pemain yang mencetak 41 gol dan menciptakan 34 asis sebagai pemain Ajax. Tapi kenapa, justru ketika pindah ke United dengan biaya 35 juta paun, ia malah jarang bermain. Apalagi mencetak gol atau asis. Parahnya lagi, meski ia lagi-lagi tidak dimainkan, sudah tidak ada orang yang terkejut dengan keputusan itu.

Eks pemain Ajax itu mungkin bermain di kedua leg babak 32 besar Europa League melawan Real Sociedad. Namun karena masalah cedera dan ketidakpercayaan, ia hanya bermain dua kali dari 26 pertandingan di Premier League. Salah satunya ketika ia bermain sebagai pemain inti melawan West Ham.

Kalau dijadikan angka persentase, dikutip dari Manchester Evening News, Van de Beek hanya bermain 13,8% dari menit United di Premier League musim ini. Dan dalam 11 pertandingan, rata-rata ia hanya 17 menit bermain per pertandingan sebagai pemain pengganti. Dengan tambahan catatan satu gol dan nol asis di semua kompetisi, tampaknya jelas ia memang masih belum dipercaya untuk memperoleh kesempatan rutin bermain sebagai starter.

Pun mustahil rasanya jika memainkan Van de Beek untuk menggantikan Bruno Fernandes di babak kedua saat United menghadapi Chelsea di Stamford Bridge akhir pekan lalu. Meski faktanya playmaker asal Portugal itu sedang dalam kondisi yang kurang baik.

Selain itu, dari para pemain yang tampil untuk United di Premier League musim ini, ada beberapa di antaranya hanya mendapatkan kesempatan yang sedikit. Lebih sedikit dari Van de Beek. Para pemain itu adalah Dean Henderson, Axel Tuanzebe, Timothy Fosu-Mensah, Odion Ighalo, Brandon Williams dan Shola Shoretire.

Kalau dipikir-pikir, situasi pelik Van de Beek tidak seharusnya terjadi ketika United mengkonfirmasi kedatangannya musim panas lalu. Apalagi jika mengingat, pemain asal Belanda itu sebelumnya sedang dikejar oleh Real Madrid lantaran bersinar di Liga Champions. Tapi ia justru harus mengalami kesulitan di musim ini.

Sama halnya dengan Chelsea. Mereka menghabiskan lebih dari dua kali lipat biaya transfer Van de Beek untuk mengontrak Kai Havertz dari Bayer Leverkusen. Namun karena The Blues juga berjuang untuk menciptakan peluang ke gawang United pada akhir pekan lalu, Havertz sama terpakunya di bangku cadangan.

Cuma bedanya, Havertz telah bermain 42,1% dari menit Chelsea di Premier League musim ini. Setidaknya, pemain asal Jerman itu hanya enam kali harus merasa puas datang dari bangku cadangan. Itupun sebabnya karena ia pernah terjangkit virus corona dan beberapa kali mengalami cedera.

Walaupun secata keseluruhan, pemain berusia 21 tahun itu hanya memiliki satu gol dan dua asis. Dan banyak penilaian negatif tentang bentuknya di musim ini. Bahkan, perubahan manajer yang dilakukan oleh Chelsea, yaitu mengganti Frank Lampard dengan Thomas Tuchel, tidak sepenuhnya akan mengubah nasib Havertz.

Hanya saja, situasi ini memang persis dengan hubungan kepercayaan United kepada Van de Beek. Chelsea juga tidak akan mengibarkan bendera putih dalam hal mendapatkan bentuk terbaik dari Havertz. Kedua gelandang ini telah terbukti dalam karier singkat mereka, dan mereka adalah pemain berbakat secara teknis. Intinya, kemampuan kedua pemain muda itu berada di level tinggi.

Kendati begitu, sebetulnya ada keadaan yang meringankan di sekitar kesulitan Van de Beek ataupun Kai Havertz. Salah satunya adalah jadwal padat di setiap pekannya. Manchester United misalnya, mereka masih belum mendapatkan waktu luang pada pertengahan minggu sejak dimulainya musim ini pada bulan September tahun lalu.

Itu berarti, hampir setiap sesi latihan selama ini telah didedikasikan untuk pemulihan atau persiapan untuk pertandingan berikutnya. Tidak ada waktu untuk mengerjakan skema taktis yang lebih luas demi memudahkan Van de Beek ke dalam sistem baru. Itu juga terjadi pada pramusim, ketika United memiliki sedikit waktu untuk mempersiapkan awal musim.

Jadi, apakah tidak mengherankan mengapa Van de Beek kadang-kadang terlihat sedikit tidak bermain sesuai ritme? Terutama ketika ia dipindahkan dari peran lini tengahnya (sebagai gelandang serang).

Selain itu, ada juga fakta bahwa seluruh kariernya di United sejauh ini dihabiskan dalam sebuah gelembung. Ia seperti terkurung dan tidak bisa memfasilitasi dan memuaskan sisi psikologinya. Karena faktanya, ia memang belum memiliki kesempatan nyata untuk mengenal rekan tim baru atau kota baru sejak kepindahannya.

Ditambah lagi, pertemuan tim dan waktu di area lathan telah dibatasi. Sehingga sulit untuk memberi kesempatan seorang pemain berinteraksi atau mengelilingi kota sekelilingnya. United mungkin menginginkan lebih banyak dari Van de Beek musim ini, tetapi dalam situasi tersebut, tidak mengherankan kalau ia sedang berjuang. Ia bukan satu-satunya pendatang baru di Premier League yang merasa sulit untuk beradaptasi.