Foto: Give Me Sport

Mewakili rekan-rekannya, Marcus Rashford, Harry Maguire, David de Gea, Bruno Fernandes, hingga Scott McTominay, meminta maaf kepada penggemar United setelah kekalahan 1-6 kemarin atas Spurs. Kekalahan yang membuat mereka berada dalam titik terendah selama bermain untuk Setan Merah. Kekalahan yang membuat mereka ikhlas menerima hujatan dan tertawaan dari semesta.

Kekalahan telak sebenarnya bukan barang baru bagi United. Sebelum-sebelumnya mereka sudah pernah merasakannya. Mereka pernah kalah 5-0 atas Newcastle, 5-0 atas Chelsea, 4-0 atas Chelsea, hingga 6-3 dari Southampton. Masih banyak kekalahan-kekalahan telak lain yang pernah mereka dapat termasuk 4-0 dari West Ham pada 2011 dan skor yang sama ketika bertemu MK Dons tiga tahun kemudian.

Namun, kekalahan 1-6 di kandang sendiri rasanya sudah pasti berbeda. Rumah yang seharusnya menjadi tempat yang indah untuk bernaung justru diacak-acak oleh mereka yang bertamu. Naas, si pemilik rumah tidak berdaya karena gol yang bersarang ke gawang mereka juga hadir karena keteledoran mereka sendiri.

Kekalahan telak ini sudah pasti menghancurkan mental mereka. Terlihat dari pemilihan kata pada setiap unggahan dari pemain yang berani pasang badan demi menenangkan suasana penggemar United yang penuh dengan rasa marah.

“Saya menyesal. Anda pantas mendapat yang jauh lebih baik. Saya menjauh dari media sosial tetapi Anda pantas mendengar kabar itu dari saya. Saya tidak enak tapi saya berjanji kami akan melakukan yang lebih baik,” kata Rashford.

Beruntung mereka memiliki jeda internasional. Ada jeda dua minggu bagi mereka untuk pulih dan melupakan hasil buruk tersebut. Bagi yang tidak dipanggil negara, santai bersama keluarga menjadi pilihan karena mereka belum bisa liburan karena pandemi. Penggemar United berharap ketika melawan Newcastle nanti, raut wajah mereka menunjukkan aura kemarahan yang positif untuk membayar permainan buruk mereka.

Masalahnya, cedera di sektor mental itu sulit sekali diidentifikasi kapan dia bisa sembuh. Mengendap di otak dan tidak mudah untuk diatasi. Jika ke depannya perjalanan United memburuk pada sisa musim ini, maka kekalahan ini akan terus menghantui mereka.

Apalagi mereka tidak punya pemimpin yang benar-benar punya karisma seperti Roy Keane, Gary Neville, hingga Eric Cantona. Orang-orang macam ini yang bisa membuat United di masa lalu keluar dari keterpurukan. Ketiganya memiliki standar yang masing-masing mereka jaga agar ketika mereka membuat kesalahan, maka mereka tidak perlu waktu lama untuk bangkit.

Situasi ini yang harus diatasi oleh Harry Maguire. Pemain yang musim lalu menjadi pemain penting United di lini belakang. Banyak yang merasa kalau United sia-sia membakar 80 juta pounds untuk Maguire. Namun, jangan lupa, Maguire adalah pemain yang membawa Inggris tampil luar biasa pada Piala Dunia 2018. Status yang menunjukkan kalau dia bukan pemain sembarangan.

Ketika performanya jatuh, kritikan datang. Musim ini belum berjalan baik. Banyak yang bilang kalau semuanya dikarenakan tragedi yang ia alami saat liburan ke Yunani. Kelayakan mendapat jabatan kapten dipertanyakan bahkan oleh mantan kapten klubnya sendiri, Patrice Evra.

Maguire bahkan tidak bisa menjaga ruang ganti United. Menurut beberapa sumber, ia justru ditegur oleh Bruno Fernandes. Pemain Portugal ini bahkan menyerang semua rekan satu timnya bahkan termasuk Ole Gunnar Solskjaer yang juga ditegur oleh si pemain karena taktiknya. Maksud Bruno mungkin bagus, namun ketika segala sesuatunya sudah melewati batas, hingga berani mempertanyakan kapasitas sang manajer, maka tugas kapten untuk membuat suasana menjadi tenang.

Ole juga berada dalam situasi terpojok. Menurut The Athletic, ada beberapa pemain yang mulai mempertanyakan kualitasnya sebagai manajer mereka. Jika memang ini benar terjadi, maka ruang ganti United ternyata belum benar-benar kondusif meski sudah dipegang oleh orang dalam.

Yang bisa dilakukan United saat ini adalah bersatu. Setelah kembali ke Carrington, ada baiknya Ole mengajak seluruh pemainnya untuk bicara. Kalau perlu empat mata. Selain itu, Ole juga perlu ketegasan untuk berani mengistirahatkan siapa saja yang penampilannya mulai menurun. Bukan karena kejam, namun ini untuk menunjukkan kalau pemain-pemain United tidak akan aman dan dituntut untuk selalu tampil bagus.

***

Bangkit dari kekalahan telak itu sulitnya minta ampun. Saya teringat ketika musim 2011/12 United kalah dengan skor yang sama, di tempat yang sama, namun kekalahan itu datang dari rival sekotanya. Kekalahan yang memukul siapa pun termasuk saya yang bukan orang asli Manchester. Kekalahan yang membuat Sir Alex menyebut 23 Oktober 2011 sebagai hari terburuknya selama menjadi manajer Setan Merah.

Saya ingat betul apa yang terjadi sesudahnya. United langsung kehilangan kepercayaan diri pada pertandingan berikutnya. Mereka tampak belum bisa melupakan tragedi itu. Padahal, lawan yang dihadapi adalah tim antah berantah Aldershot Town. United menang 3-0, tapi tidak ada senyuman tiap kali mereka mencetak gol.

“Kami sadar betapa kerasnya hujatan dari para penggemar kami yang membuat para pemain ini begitu menderita karena sakit yang mereka rasakan,” kata Darren Fletcher saat itu.

Butuh waktu yang lama bagi United untuk pulih. Setelah kalah 1-6, United menjadi tim yang begitu pragmatis. Tidak ada lagi kemenangan telak seperti ketika mengalahkan Spurs, Arsenal, dan Chelsea. Setelah unggul 1-0, Fergie akan meminta pemainnya untuk lebih banyak menjaga penguasaan bola. Rooney yang superior di lini depan diminta untuk menjadi playmaker dan lebih banyak mengisi lini tengah. Butuh satu bulan untuk melihat United kembali menjadi tim yang berani di atas lapangan.