Nemanja Matic kini sudah menjelma menjadi salah seorang gelandang bertahan terbaik di dunia. Dia turut berperan penting membantu Chelsea dalam meraih gelar juara Premier League Inggris musim 2016/2017 lalu, pada musim debut pelatih Antonio Conte. Alhasil, Manchester United pun akhirnya rela melepaskan dana yang diyakini mencapai 40 juta paun untuk menebus banderol mahal pemain internasional Serbia tersebut pada musim panas 2017 lalu. Sekarang, dia juga menjadi aktor utama di lini tengah The Red Devils, dalam menjaga gerbang pertahanan hingga membantu serangan tim.

Namun, perjalanan Matic hingga kini menjadi salah seorang gelandang bertahan terbaik di dunia, ternyata cukup panjang. Pada awal karirnya, pemain berusia 29 tahun itu ternyata pernah bermain sebagai gelandang serang. Matic mengawali karir profesionalnya di klub kecil Serbia, FK Kolubara, pada musim 2005/2006 ketika masih berusia 17 tahun; namun tak pernah dimainkan dalam laga resmi. Setahun kemudian, pemain yang pernah menimba ilmu di salah satu klub raksasa Eropa Timur, Red Star Belgrade, jawara Liga Champions 1990/1991 ini hijrah ke FC VSS Kosice di Slovakia.

Bersama klub inilah Matic mulai mendapat banyak pengalaman bertanding di laga-laga resmi selama hampir tiga musim. Perkembangan positif yang diperlihatkannya, akhirnya membuat Chelsea tertarik dan merekrutnya pada awal musim 2009/2010 dengan kontrak selama empat musim.

Ketika itu, dia masih berusia 21 tahun. Sayang, selama dua musim Matic lebih banyak menghuni bangku cadangan, dan hanya mencatatkan tiga penampilan saja. Pemain kelahiran Yugoslavia, 1 Agustus 1988 tersebut kalah bersaing dengan Joe Cole dan Deco yang menempati posisi gelandang serang pada masa itu.

Hingga pada musim keduanya, Matic dipinjamkan ke klub Belanda Vitesse Arnhem, dan kemudian ‘diselamatkan’ klub Portugal Benfica yang merekrutnya pada Januari 2011. Awal karirnya di klub itu sebenarnya juga tak berjalan baik. Namun, manajer Benfica saat itu, Jorge Jesus memberinya saran, dengan mengubah posisi Matic dari seorang playmaker jadi gelandang bertahan.

Pemain bertinggi badan 1,94 meter itu sendiri mengakui peran penting sang pelatih yang kini membesut klub Portugal lain, Sporting Lisbon tersebut dalam kariernya, yang sekarang membawa dirinya ke puncak tertinggi.

“Ketika saya mulai bermain sepakbola, impian saya adalah bermain sebagai gelandang serang dan mencetak gol. Ketika saya tumbuh dengan pesat, saya mulai mundur ke belakang, dan ketika saya datang ke Benfica, pelatih Jesus memberi tahu saya bahwa saya tidak punya peluang untuk bermain sebagai gelandang serang,” ungkap Matic bercerita kepada Inside United baru-baru ini, soal awal mula perpindahan posisinya jadi gelandang bertahan.

Dua gelandang serang andalan Benfica saat itu, Pablo Aimar dan Javier Saviola menjadi pesaing jika dirinya tetap bertahan di posisi tersebut.

“Kami memiliki banyak pemain yang jauh lebih baik ketimbang saya di posisi tersebut, seperti Aimar dan Saviola. Jadi hal tersebut sulit bagi saya, dan pelatih mengatakan, ‘Jika saya masih ingin bermain, kemudian posisi nomor ‘6’ sebagaio gelandang bertahan cocok untuk saya dan saya bisa menjadi salah satu yang terbaik di dunia’. Saya mulai berlatih dan mendengarkan pelatih, dan selangkah demi selangkah, saya terus berkembang. Seperti yang bisa kalian lihat hari ini, saya sekarang di United, dan saya sendiri senang karena telah mengubah posisi saya,” tambah Matic melanjutkan ceritanya.

Pemain yang mengenakan jersey bernomor punggung ‘31’ di tim Setan Merah itu pun menyinggung soal tubuhnya yang tinggi, yang kemungkinan menjadi salah satu penyebab perubahan posisinya itu.

“Ya, saya pikir begitu. Dengan tinggi tubuh saya, ini sulit untuk bermain di depan, namun saya tidak tahu. Mungkin pelatih bilang bahwa tinggi saya merupakan masalah, padahal [yang jadi masalah] sebenarnya adalah kualitas saya,” kata Matic lagi sembari tertawa. “Aimar dan Saviola sangat mungil namun sangat bagus secara teknik, dan mereka punya kualitas yang sangat mumpuni,” pungkasnya.

Matic menjalani masa-masa terbaik di Benfica selama hampir tiga musim, dengan menjuarai Piala Portugal 2011/2012 dan liga domestik musim 2013/2014, sebelum kembali direkrut Cheslea pada Januari 2014. Manajer Jose Mourinho adalah sosok yang membawa Matic kembali ke Stamford Bridge, markas Chelsea, pada periode kedua kariernya di klub itu.

Tapi, dia datang bukan lagi sebagai ‘anak ingusan’, karena Matic jadi andalan sang pelatih di timnya, hingga membantu memenangkan Premier League dan Piala Liga Inggris 2014/2015. Musim ini, tentu saja sang gelandang bertahan juga ingin bisa kembali merasakan kerja sama yang manis bersama Mourinho, kali ini di Old Trafford.