Borussia Dortmund

Bos Liverpool, Juergen Klopp, mengklaim bahwa ia menolak kesempatan untuk melatih Manchester United ketika ia masih berada di Borussia Dortmund. Ia menolak bukan tanpa alasan. Pasalnya, Klopp beranggapan jika tim yang bermarkas di Old Traffrod itu tidak memahami kultur sepakbola secara keseluruhan.

Pria berkebangsaan Jerman itu bergabung dengan Liverpool pada Oktober 2015, menyusul pemecatan Brendan Rodgers karena membawa The Reds tampil buruk sejak awal musim 2015/2016. Sebelum kepindahannya ke Liverpool, mentor pembinaannya, Eckhard Krautzun, mengungkapkan bahwa diantara pilihan-pilihan klub yang menginginkan Klopp, peminat pertama eks manajer Dortmund itu justru Manchester United.

Krautzun, senior Klopp yang berusia 76 tahun, sempat melihat mimpi Klopp bakal terwujud. Pasalnya, pada 30 Juni 2015, Klopp memutuskan untuk mengakhiri karier kepelatihannya bersama Borussia Dortmund.

“Saat itu, Juergen Klopp mengatakan ingin pergi ke Inggris. Klub impiannya adalah Manchester United. Itu yang dikatakannya. Saya sempat berbicara kepada Ferguson (dewan kehormatan MU): ‘Klopp ingin ke luar negeri’. Jika dia ke Inggris, Manchester United akan menjadi pilihannya,” ucap Krautzun.

Namun, tampaknya Klopp merasa tidak senang dengan pernyataan itu. Juergen Klopp pun dengan cepat menceritakan serangkaian peristiwa yang sebenarnya terjadi menjelang kepindahannya ke Inggris ketika berbicara dengan tamu di sebuah acara amal di Cape Town.

“Saya memilih klub yang tepat. Jika Anda bertanya ‘mengapa Liverpool?’ Karena saya rasa mereka cocok dengan saya. Saya memang sempat mendapati tawaran dari klub historis Inggris lainnya (Manchester United) dua tahun lalu, tapi saya tidak pernah merasa nyaman dengan bagaimana mereka memahami sepakbola. Rasanya tidak enak. Saat Liverpool menelepon, saya tidak bisa menjelaskannya. Karena kedua klub yang menginginkan saya waktu itu adalah rival abadi, dan itu benar adanya,” pungkas Klopp.

Di sisi lain, pria nyentrik itu bisa dianggap sebagai manajer sepakbola ‘merakyat’ dan paling terkenal ketika menerapkan permainan taktisnya. Pun ketika ia sedang berbicara di sebuah acara, mungkin Klopp akan dianggap sebagai salah satu pemabuk yang datang untuk merusak acara tersebut. Tapi begitulah tampilannya. Ia juga sempat mengatakan banyak hal tentang kepribadiannya yang agresif.

Para penikmat sepakbola Inggris saat ini pun bisa memahami karakeristiknya. Hal itu bisa terbukti ketika melihat Klopp sedang ditanya awak media, dan meresponnya dengan sebuah pernyataan. Media Inggris sempat menilai, meski perkataan Klopp terdengar bagus, kemungkinan besar itu tidak benar-benar terjadi ataupun sama persis seperti apa yang telah ia lontarkan.

Pasalnya, beberapa manajer, khususnya di Inggris, saat ini memiliki kemampuan yang lebih dalam menyenangkan para media ataupun para fans, dengan membuat perkataan yang terdengar ‘menyenangkan’, dan menunjukkan banyak gairah positif. Sementara pada kenyataannya, mereka gagal menampilkan apa yang seharusnya dibutuhkan klub.

Meskipun begitu, bagaimanapun keadaannya, selama periode yang pernah dijalani Klopp, sebagian besar ditandai dengan minimnya raihan trofi dan kegagalan dalam lima final krusial terakhirnya. Dan jika melihat hal tersebut, apakah mungkin Juergen Klopp pantas disebut sebagai manajer yang lebih baik bagi Liverpool sejauh ini?