Foto: Squawka

Bayangkan jika Anda berada di pertengahan musim di liga (dari 34 pertandingan). Lalu tim Anda telah mencetak 51 gol dan hanya kebobolan empat gol. Apa yang bakal Anda pikirkan?

Mungkin itu semua terlihat sangat tidak masuk akal. Atau bahkan kedengarannya seperti dongeng yang ada di dalam permainan carier FIFA atau Master League PES. Akan tetapi tidak bagi Ajax, karena semuanya telah mereka lakukan di Eredivisie.

Bagaiamana bisa? Begitulah buah dari tangan dingin Erik Ten Hag. Meskipun capaian itu belum mengantarkan mereka ke puncak klasemen. Karena mereka masih tertinggal satu poin di belakang PSV Eindhoven. Ajax hanya unggul tiga poin dari Feyenoord di klasemen Eredivisie.

Tiga dari gol yang berhasil masuk ke gawang Ajax di liga terjadi hanya dalam dua kekalahan mereka. Selain itu, mereka mencatatkan 14 clean sheet dalam 15 pertandingan lainnya. Mereka rata-rata mencetak tiga gol dalam satu pertandingan. Dan untuk membuktikan betapa bagusnya tim Ajax musim ini, mereka berhasil raih poin sempurna sebagai pemuncak grup di Liga Champions.

Tim Ibukota Belanda itu menjadi tim pertama dari Belanda yang memenangkan semua pertandingan dari enam pertandingan grup kompetisi Liga Champions. Mereka mencetak 20 gol dalam enam pertandingan melawan tim dari empat negara seperti Sporting, Besiktas dan Borussia Dortmund.

Kecemerlangan semacam inilah yang menyebabkan Ten Hag dikaitkan dengan Manchester United. Bahkan banyak rumor yang sudah mengatakan kalau sang pelatih akan direkrut pada musim panas nanti. Bahkan juga media yang sudah mengabarkan kalau pelaih asal Belanda itu memang akan pergi pada akhir musim.

Tapi rasanya, enam bulan ke depan bisa menjadi penentu bagi pria berusia 51 tahun itu. Ia masih punya pilihan dalam mengambil masa depannya. Karena Ten Hag memiliki CV yang cukup potensial sebagai pelatih. Seperti pengalaman dua tahun yang baik dengan Bayern Munich II di bawah Pep Guardiola, lalu capaian yang baik di Utrecht dan kemudian di Ajax.

Tiga musim penuh Ten Hag di Ajax berhasil menghasilkan finis di tempat pertama (musim 2019/20 dibatalkan karena pandemi) klasemen Eredivisie. Dan musim ini, Ten Hag mencetak tim kedua yang punya kualitas sangat mengesankan. Sebelumnya ia punya tim pertama yang memenangkan liga pada 2018/19 dan mencapai semi final Liga Champions.

Di sisi lain, Ajax sendiri nanti bakal menghadapi Benfica di babak 16 besar Liga Champions. Tempat di perempat final mungkin merupakan ambisi minimum mereka di tengah capaian fantastis di musim ini. Kendati margin antara “kesuksesan yang gemilang” dan “kegagalan yang tidak terduga” dapat menjadi sangat tipis pada kondisi seperti itu.

Ajax Amsterdam mendekati kejayaan Eropa sekali lagi berkat kualitas Ten Hag, dan mungkin sang pelatih akan memiliki lebih banyak klub peminat selain United. Jika PSV Eindhoven malah menahan diri untuk juara liga, maka tekanan kepada Ajax akan memicu mereka untuk maksimal di Liga Champions. Dan mereka harus mengalahkan Benfica.

Namun, Manchester United seharusnya tidak membuat penilaian cepat pada pelatih yang telah menunjukkan kemampuannya di musim ini. Klub harus mampu melihat bias antara kesuksesan dan kecocokan. Terutama ketika menganalisa CV Ten Hag yang hanya melingkupi klub besar dengan liga yang terbilang kurang ketat.

Selain itu, pandemi masih dapat mempengaruhi berbagai peristiwa apapun yang ada di sepakbola. Pada 2019/20, Eredivisie tidak memulai Kembali liga dan setelah 25 pertandingan, Ajax memiliki poin yang sama dengan AZ Alkmaar. Maka tidak ada gelar yang diberikan di musim itu.

Sejauh ini pertandingan telah berlangsung secara tertutup di Belanda, dan jika mau melihat aksi Ajax di Eropa harus menunggu sampai Februari nanti. Hal ini tidak mungkin dapat diprediksi. Juga tidak ada jaminan bagi Ten Hag akan langsung direkrut ke Old Trafford. Apalagi jika ia menghabiskan enam bulan ke depan dengan kondisi yang tidak optimal.

Sejauh ini Mauricio Pochettino masih memiliki banyak pengagum di ruang dewan petinggi klub Manchester United. Tetapi jika Ajax asuhan Ten Hag melaju lebih jauh dari PSG asuhan Pochettino di Liga Champions, kemungkinan realistisnya akan bergeser. Maka Ten Hag akan mengungguli Pochettino perihal pemilihan manajer baru.

Tentu ada spekulasi bahwa Ralf Rangnick akan membantu Setan Merah dalam menemukan penggantinya di akhir musim. Dan jika melihat latar belakangnya, nama Ten Hag kemungkinan akan menjadi terdepan. Untuk saat ini, yang bisa dilakukan pelatih asal Belanda itu hanyalah fokus pada tugas yang ada. Yakni membawa Ajax meraih hasil gemilang.

Karena musim ini bisa menjadi musim emas bagi Ajax. Meskipun argumen yang satu ini juga bisa salah, dan malah menghasilkan realita yang sebaliknya.