Foto: Indo & NY

Setahun yang lalu, tepatnya tanggal 21 April 2019, Manchester United pernah mengalami salah satu kekalahan memalukan mereka dalam beberapa musim terakhir. Ya, mereka kalah 4-0 dari Everton di Goodison Park. Ketika itu, Ole Gunnar Solskjaer memperlihatkan wajah berbeda di depan layar TV dan wawancara pers. Ia seolah merasa semakin sulit untuk menyembunyikan amarahnya.

Para pemain United pun dengan rasa malu berjalan keluar dari lapangan. Bahu mereka tampak merosot, kepala tertunduk, dan tak satu pun dari mereka berhenti untuk mempertanyakan pemikiran mereka sendiri tentang apa yang baru saja terjadi. Kepala dan mulut mereka bergerak seraya berkata, “tidak, saya tidak bisa menerima hasil ini.”

Pasti sulit menemukan kata-kata untuk menggambarkan apa yang baru saja terjadi selama 90 menit di kandang klub Merseyside biru itu. Minggu Paskah yang cerah di Goodison Park berubah menjadi mimpi buruk bagi Setan Merah. Jiwa “setan” mereka terlihat dipadamkan oleh “setan” yang lain, yang jauh lebih kuat.

Di samping itu permainan dan kinerja United juga memang melakukan. Everton seolah diperbolehkan meronta-ronta untuk membantai mereka dengan skor 4-0. Padahal di saat yang sama, Everton adalah tim yang sedang tidak konsisten. Sampai-sampai Scott McTominay tampak kecewa berat karena ia menjadi bagian dari pemain yang ada di tim United saat itu.

Bagaimana dengan Solskjaer? Jelas ia pasti merasa lebih kecewa dari anak asuhnya. Setahun yang lalu ia berjalan ke ruang pers di Goodison Park dan mengakui bahwa dirinya memang terlalu baik dan terlalu lunak dalam menangani timnya. Manajer asal Norwegia itu tampak pasrah kalau ia akan kehilangan pekerjaannya.

Solskjaer tampak hancur karena ia harus menjadi manajer yang bertanggung jawab atas hasil kinerja United yang begitu hina di mata lawannya. Ketika diwawancara, ia hanya mengatakan bahwa dirinya tidak tahu apa-apa dan yang bertanya harus mencari jawabannya sendiri. Terlihat jelas sekali kalau ia sangat kecewa dengan hasil nista tersebut.

“Saya tidak tahu apa-apa. Anda harus mencari jawabannya sendiri. Atau Anda bertanya saja kepada mereka (para pemain). Saya sudah bertanya kepada mereka, tapi Anda tidak akan mendapatkan jawaban dari saya. Tetapi tentu saja jika Anda ingin bermain di klub ini, Anda harus bisa melakukan lebih banyak,“ ungkap Soslkjaer saat itu dilansir dari MEN Sports.

“Saya sudah mengatakan ini juga. Saya ingin mereka menjadi yang paling baik seperti ketika masih di bawah Sir Alex. Itulah United yang sesungguhnya. Saya pernah bermain dengan Giggsy, Becks, Gary Neville, dan Denis Irwin. Siapa pun Anda, bakat yang Anda miliki lebih daripada yang seharusnya diperlihatkan. Anda harus saling paham dengan rekan tim Anda dan Anda harus tetap bersama sebagai satu tim.”

“Saya tidak dapat mengubah seluruh tim ini. Tetapi perubahan harus ada selangkah demi selangkah. Saya sudah mengatakan selama ini saya akan sukses di sini. Karena saya punya pemain yang harus dipaksa melakukan segalanya. Pertandingan ini (melawan Everton) sangatlah sulit untuk dijelaskan karena itu sangat buruk. Kami dipukuli di semua lini, dan yang saya butuhkan adahal harus menambah kekuatan di semua lini.”

Pernyataan ini adalah sebuah pesan dari Solskjaer yang sedang ingin mencoba menarik garis positif di bawah keterpurukan yang secara dramatis menghancurkan mood-nya. Ia juga tidak membuat banyak perbedaan dengan segera di musim lalu. Ada kekalahan di kandang dari Manchester City dan Cardiff serta satu hasil imbang di kandang Huddersfield. Akhir musim United dinilai berada di garis merah. Bisa dibilang mereka mengalami musim yang celaka.

Namun, setahun setelah pernyataannya itu, Ole Gunnar Solskjaer ternyata telah perlahan berubah dan menepati janjinya. Ya, ia berhasil mencatatkan 11 pertandingan tak terkalahkan di semua kompetisi. Mood-nya agak berbeda di musim ini. Ditambah lagi, ia berhasil memperoleh serangkaian penampilan mengesankan. Ada tanda-tanda positif bahwa ia memang bisa sukses setelah semua performa naik turun timnya di Old Trafford.

Selain itu, saat ini sudah ada jenis pemain yang disebut Solskjaer sebagai “kekuatan di semua lini.” Pemain-pemain –seperti Harry Maguire, Daniel James dan Aaron Wan-Bissaka– yang juga telah memberikan banyak kontribusi untuk tim asuhannya itu. Walaupun di lain sisi, manajer berusia 47 tahun tersebut harus mengorbankan pemain lainnya seperti Romelu Lukaku dan Alexis Sanchez.

Mungkin memang agak berlebihan jika bereuforia dengan hal ini. Namun Solskjaer benar-benar menepati janjinya. Ia berpikir jauh ke depan, dan bertekad untuk memuluskan semua rencana jangka panjangnya. Bahkan sejak hari itu, hari di mana United dibantai Everton, Solskjaer juga sudah cukup berani untuk menggunakan sisi tegasnya kepada para pemain yang tidak tampil cukup baik.

Meskipun memang, ia tidak sampai membuang atau menjualnya. Tapi setidaknya pemain-pemain seperti Phil Jones, Jesse Lingard dan Andreas Pereira, mereka semua sudah agak dipinggirkan dari tim utama. Ya semoga saja ke depannya, Solskjaer bisa kembali memberikan yang terbaik lebih dari apa yang sudah ia raih di tahun ini.