Foto: ManUtd.com

Performa pemain Manchester United belakangan ini sering menjadi sorotan. Ia dinilai tampil jauh lebih baik, dan seperti menemukan bentuk terbaiknya di bawah Ole Gunnar Solskjaer. Dan ternyata, semua itu terjadi bukan tanpa sebab atau kebetulan semata.

Dalam sebuah wawancara eksklusif dengan Sky Sports, pemain asal Inggris itu bercerita tentang sumber kekuatan dari performanya. Ia juga mengungkapkan alasan serta latar belakang yang membuatnya kembali dipanggil kembali ke timnas Inggris.

Antara Solskjaer dan Mourinho

Hal pertama yang menjadi faktor performa bagi Luke Shaw, ternyata tidak jauh-jauh dari ruang ganti. Itu adalah sang manajer Ole Gunnar Solskjaer. Bagi Shaw, manajernya ini sudah berperan penting dalam memberikan motivasi untuk dirinya agar berjuang menemukan bentuk terbaik.

Peran Solskjaer dalam hal ini memang tidak bisa dilebih-lebihkan. Karena Shaw sendiri terbukti telah lumayan banyak diberikan kepercayaan untuk bermain di tim inti Setan Merah sejauh ini. Oleh sebab itu, menurut mantan pemain Southampton tersebut, cara Solskjaer dalam melatih tidak ada duanya.

“Cara dia (Solskjaer) melatih tidak ada duanya. Cara dia mengurusi dalam hal bagaimana dia berbicara kepada para pemain sangat baik. Para pemain bisa mendapatkan yang terbaik dari pembicaraannya. Anda bisa melihat itu. Dia menangani situasi dengan sempurna dalam hal apa yang dibutuhkan. Apalagi di klub besar seperti Manchester United,” tutur Shaw dilansir dari Sky Sports.

“Dia menghilangkan tekanan dari para pemain dan mengambil semuanya sendiri. Terkadang itu tidak adil, karena kami adalah orang-orang di lapangan dan kami juga perlu mengambil bagian yang adil. Bagi saya, dari apa yang saya dapatkan sebelum Ole masuk, saat ini saya merasakan perbedaan total. Dia telah mendorong saya ke level yang baru ”

Luke Shaw tidak menyebut nama Jose Mourinho dalam wawancara eksklusif ini. Walaupun sebetulnya ia memang tidak perlu menyebut namanya. Karena tidak dapat disangkal bahwa di masa kepemimpinan Mou, itu adalah masa yang sulit bagi Shaw.

Meski ia pernah dipuji oleh manajer asal Portugal itu, tapi tetap saja, hal ini tidak membantu. Meskipun, ia sangat menekankan bahwa tidak semua masa kepemimpinan Mou itu buruk. Setengah dari musim pertama di bawah asuhan Mourinho mungkin akan diingat olehnya. Tapi yang jelas, ia lebih merasa terpengaruh dan berubah dengan metode Solskjaer.

“Saya tidak ingin tampil seperti saya masih kecil yang tidak bisa menghadapi tekanan. Karena di klub besar seperti Manchester United, Anda akan selalu berada di bawah tekanan dan di bawah sorotan. Itu membuat mental Anda harus lebih kuat,” tandas Luke Shaw.

“Tapi saya tidak percaya diri saat itu –di masa kepemimpinan Mourinho. Saya kehilangan kepercayaan diri saya. Saya pikir itulah yang berubah ketika saya ditangani oleh Ole. Dia mengatur saya dengan benar, dan saya mendapatkan kepercayaan diri saya kembali. Saya sangat menikmatinya saat ini.”

“Kesenangan dan kepercayaan diri, bagi saya, itu adalah dua hal terbesar yang Anda butuhkan di lapangan. Anda membutuhkan keyakinan pada kemampuan Anda untuk tampil di level tertinggi. Saya merasa saya memilikinya sekarang.”

Luke Shaw telah melakukan perjalanan karier yang cukup lama, terutama sejak bermain di Piala Dunia 2014 saat usia remaja. Ia kemudian menjadi bek termahal keempat dalam sejarah sepakbola Inggris di musim panas kala itu. Walaupun ia harus mengalami pasang surut ketika bergabung ke Manchester United (di bawah Louis van Gaal dan Jose Mourinho).

Keluarga adalah harta yang paling berharga

Namun, pembicaraan yang menyentuh masalah-masalah dirinya saat di bawah Mourinho dan masa sulitnya di timnas Inggris sudah hilang dalam dua tahun terakhir. Justru, perubahan yang ia rasakan juga sampai menyentuh kehidupan pribadi dan keluarganya.

Ada sedikit perasaan dramatis yang dialami Shaw dari perubahaan yang satu ini. Termasuk soal perubahan dirinya menjadi seorang ayah. Matanya bahkan berbinar saat ia menceritakan subjek ini (keluarga) sebagai faktor kedua di balik peningkatan performanya.

“Kehidupan pribadi saya berubah dalam dua tahun ini. Saya menjadi seorang ayah. Dan dia (Reign, anak laki-laki Shaw) telah benar-benar mengubah seluruh hidup saya. Jelas, saya menjadi lebih baik. Dia brilian dan tumbuh dengan sangat cepat. Dia menjadi emosional sekarang, apalagi ketika saya harus pergi. Tapi dia menyenangkan,” ungkap pemain bek kiri tersebut.

“Masa lockdown telah menjadi tantangan, tetapi itu bermanfaat. Tidak ada yang bisa keluar dari penjara ini. Tapi saya beruntung bisa menghabiskan begitu banyak waktu bersama anak saya. Pacar saya juga berbaik hati membiarkan saya tidur dengan begitu banyak karena jadwal padat pertandingan.”

***

Bisa dinilai sendiri, semua perubahan yang dialami Luke Shaw ini apakah merupakan keberuntungan, kerja keras, atau keduanya. Tapi yang jelas, ia sudah jauh lebih berbeda dari sebelumnya. Apalagi, ia sempat memenangkan penghargaan Pemain Terbaik Manchester United pada tahun 2019 lalu. Meskipun di satu sisi, ia merasa bahwa ia tidak cukup baik di tahun itu.

“Saya tidak berada dalam kategori bermain baik saat itu. Jika saya boleh jujur, itu adalah musim yang cukup buruk 2018/2019. Mungkin saya hanya salah satu dari pemain yang sedikit lebih menonjol. Tetapi saya tidak istimewa. Jelas, sekarang adalah periode terbaik yang saya rasakan,” pungkas Luke Shaw.

“Saya telah berhasil mempertahankan serangkaian permainan terbaik, dan terus bermain di tim. Saya menikmatinya, dan saya pikir itu adalah hal terpenting yang ingin saya dapatkan kembali, yaitu kenikmatan sepakbola. Saya selalu ingin mendapatkan kembali apa yang saya sukai.”

Di musim yang ketujuhnya ini, momen yang mungkin berkesan bagi Luke Shaw adalah ketika ia mencetak gol ke gawang City di Etihad Stadium. Beberapa orang mengatakan gol itu lahir dari serangan balik yang ciamik. Sebabnya adalah, karena saat itu Shaw mampu memanfaatkan lemparan jauh Dean Henderson dengan sempurna.

Maka ketika menyikapi hal ini, Shaw menjelaskan bahwa waktu itu ia hanya memfokuskan penglihatannya pada ruang kosong di barisan belakang City. Yang di mana setelah itu, Shaw mampu menciptakan momentum yang pas untuk menembakan bola ke gawang rival sekota United tersebut.

“Segera setelah saya melakukan sentuhan pertama dari lemparan itu, saya tahu ada ruang di sana. Saya hanya melihat ruang kosong, dan fokus saya hanya pada titik itu. Maka saya pun menggunakan insting saya. Kadang-kadang ketika saya melakukan hal seperti itu, saya merasa tidak ada yang bisa mencegah saya,” kata Shaw dikutip dari Sky Sport News.