Belum genap setengah musim menangani United, kapasitas Ole Gunnar Solskjaer dalam menangani sebuah kesebelasan kini mulai dipertanyakan. Hal ini tidak lepas dari hasil minor yang diraih Setan Merah selepas ia mendapatkan kontrak permanen selama tiga tahun. Dalam empat pertandingan terakhir, Ole sudah menderita kekalahan tiga kali.

Hal ini yang menguatkan anggapan kalau Ole bukan sosok yang tepat untuk Setan Merah. Tidak ada lagi permainan menarik yang ditampilkan seperti ketika ia pertama kali mengambil alih kursi kepelatihan. Bulan madu Ole bersama United kini sudah berakhir dan mereka kembali menjadi kesebelasan medioker.

Meski mendapat sorotan negatif, namun ada beberapa yang optimis kalau Ole bisa sukses bersama mantan klubnya tersebut. Salah satu yang paling utama mendukungnya adalah Gary Neville. Bek kanan yang pensiun pada 2011 ini menceritakan betapa seriusnya sosok Ole ketika memulai kariernya sebagai juru racik setelah pensiun pada 2007.

“Saat saya masih bermain, saya duduk di sebelah Solskjaer di bangku cadangan dan melihatnya berpikir seperti seorang pelatih. Dia selalu memikirkan permainan, dan dia berbicara tentang menonton pertandingan dari bangku cadangan dengan saksama, jadi dia tahu bagaimana kelemahan tim lawan hanya dengan menontonnya dari bangku cadangan,” kata Gary dalam kolom terbarunya di Sky Sports.

“Ketika Ole pensiun, ia menjadi pelatih tim muda dan cadangan United. Itu terjadi ketika saya masih bermain dan dia kadang-kadang melatih para pemain yang cedera atau baru saja kembali dari cedera. Dia adalah orang yang selalu ingin bicara.”

“Dia tidak cocok jadi pundit, dan dia tidak akan pernah mau melakukan pekerjaan itu. Sama seperti Michael Carrick. Mereka semua mencurahkan segalanya untuk menjadi pelatih. Menjadi pelatih terbaik yang mereka bisa.”

“Ia melakukan banyak pekerjaan bersama Rene Meulensieen. Mereka selalu mencatat banyak hal dengan papan taktik di sekitar mereka. Saya pikir, ketika Anda sudah memiliki pola pikir itu, Anda layak berada di lapangan latihan. Dia akhirnya mendapatkan kesempatan itu dalam 10 tahun terakhir.

Gary sendiri adalah orang yang ingin sekali melihat Ole sukses di Manchester United. Dalam twitternya, ia bahkan pernah berkata kalau Ole akan selalu ia dukung meskipun statusnya sedang diambang pemecatan. “Apabila Anda menanyakan soal pemecatan Ole pada suatu hari, saya akan mendukungnya dan mengecewakan kalian semua.”

Pengalaman di Cardiff Membantu Ole

Satu hal yang memberatkan Ole adalah pengalamannya yang terbilang kurang dalam mengelola sebuah kesebelasan. Jika Ferguson punya modal yang bagus bersama Aberdeen, atau Zidane dan Pep Guardiola yang tetap bertahan bersama klubnya masing-masing, Ole hanya memiliki pengalaman menangani klub gurem yaitu Cardiff dan Molde.

Bersama Molde, Ole memang sukses memberikan gelar juara. Namun Molde adalah kesebelasan Norwegia. Liga yang bahkan tidak masuk dalam 10 besar liga terbaik di Eropa. Ketika ia menangani Cardiff, Bluebirds bahkan terdegradasi dan Ole dipecat beberapa bulan kemudian. Meski begitu, Gary tetap optimis dan menganggap kegagalan di Cardiff sebagai sebuah batu loncatan untuk Ole meraih kesuksesan.

“Pengalaman bersama Cardiff akan membuatnya menjadi sukses di masa depan. Pada saat itu, saya ingat media-media mengatakan kalau dia buang-buang waktu, dia bukan manajer yang baik. Kita semua sudah melihatnya sebelum ia menjadi manajer.”

“Kenyataannya adalah dia kembali memanfaatkan peluang yang ada. Dia pantas mendapatkannya karena saya tidak percaya bahwa ketika Anda dipecat dari klub, maka itu akan menjadi akhir dari karier Anda. Bahkan Anda mungkin lebih bisa bekerja dengan baik setelah merasakan pemecatan ketimbang tidak sama sekali. Itulah yang dilakukan Ole.”

Ole Akan Menjadi Dirinya Sendiri

Sebelum tren buruk menyerang, Ole membuat beberapa rekor yang bahkan tidak bisa dilakukan oleh guru sekaligus orang terdekatnya, Sir Alex Ferguson. Hal ini yang membuat Ole disebut-sebut mirip seperti Fergie. Apalagi permainan atraktif yang dimainkan sebelum mereka kalah untuk pertama kalinya melawan PSG.

Namun Ole dan Sir Alex adalah dua orang yang berbeda. Semirip-miripnya Ole dengan Fergie, Ole tetaplah Ole. Ada beberapa hal yang tidak akan bisa ia lakukan sebaik Sir Alex Ferguson ketika menangani sebuah kesebelasan.

Ia justru mendapat tantangan. Sudah banyak pemain-pemain United yang katanya bisa seperti Fergie jika menjadi pelatih. Namun banyak dari mereka yang tidak menunjukkan kapasitasnya sebagai pelatih hebat.

“Tidak ada yang bisa menyaingi Sir Alex Ferguson. Ketika saya menjadi pelatih, saya tidak pernah dibandingkan dengan Fergie. Dalam 20 tahun terakhi, kita sering mendengar mantan pemain yang katanya bisa menjadi Fergie berikutnya seperti Robson, Bruce, Hughes, Ince, Keane, dan Giggs.”

“Ole juga demikian. Namun ia kini punya waktu, punya sedikit keberuntungan, kerja keras, dan usaha. Begitu juga dengan kredibilitas serta kepribadiannya bersama klub. United butuh orang yang bisa menyatukan semua orang yang ada di klub. Orang itu adalah Ole. Tidak ada satu pun yang berkata buruk tentangnya. Dia akan selalu didukung selama tiga tahun ke depan.”

Rekrutmen dan Etos Kerja Pemain yang Akan Menjadi Kuncinya

Hal itu sudah terbukti ketika United mulai sering kalah beberapa pekan terakhir. Jarang ada yang mengkritik Ole. Namun kritikan ditimpahkan kepada para pemain United yang bermain ogah-ogahan. Gary menginginkan para pemain United saat ini untuk tidak terlalu santai ketika membela United. Ole bisa menjadi sosok yang tegas apabila para pemainnya tidak bermain sesuai etos kerja yang ia inginkan. Hal ini yang membuat Ole memiliki nilai tambah di mata penggemar United. Selain itu, rekrutmen juga menjadi kunci. Saat ini, perekrutan pemain menjadi sesuatu yang vital apabila sebuah kesebelasan ingin memenangi kompetisi.

“Anda perlu memastikan kalau Ole didukung oleh orang-orang di sekitarnya. Perekrutan pemain menjadi kunci kesuksesannya. Saya pikir Manchester United dalam beberapa tahun terakhir cukup buruk dalam hal rekrutmen.”

“Ini adalah pekerjaan besar dalam beberapa bulan ke depan untuk memastikan dia mendapatkan pemain yang dia inginkan sehingga mereka bisa menantang gelar musim depan menghadapi kesebelasan seperti Liverpool dan Manchester City.”