Selamat Tahun Baru semuanya. Semoga di tahun 2018 ini kita semua bisa memperbaiki kekurangan serta mewujudkan impian kita yang belum terwujud selama 12 bulan terakhir. Sebagai penggemar sepakbola, khususnya Manchester United, kita juga ingin sekali melihat tim favorit kita ini berada dalam performa yang bagus di tahun yang baru ini.

Sayangnya bekal United di 2018 ini terbilang buruk. Empat kali bermain, tidak ada satupun yang diselesaikan dengan kemenangan. Parahnya, United justru kalah dari tim sekelas Bristol di piala Liga. Hal serupa juga terjadi di pertandingan terakhir ketika melawan Southampton. Skor 0-0 menunjukkan bagaimana kesebelasan ini tampil tanpa determinasi dan seperti orang yang kebingungan.

Kita semua tentu menginginkan United memperbaiki performanya. Apa yang kita keluhkan dari permainan mereka sudah disampaikan oleh 75ribu penonton di Old Trafford yang menyoraki Mou ketika laga melawan Soton berakhir. Namun untuk meminta Mou keluar dari Old Trafford secepat mungkin, saya rasa itu adalah keputusan yang paling tidak masuk akal dan terburu-buru.

Bayangkan seandainya jika Mou memang dipecat sebelum akhir musim. Bisakah United mencari pengganti yang dianggap sepadan dan bisa membalikkan kejayaan United seperti dulu? Sangat aneh rasanya ketika melihat sebuah kesebelasan yang berada di posisi tiga besar lalu masih punya peluang dalam dua ajang lain namun mengganti manajer di tengah jalan.

Faktanya, di tangan seorang Mourinho lah United berada di peringkat ketiga saat ini dengan 44 poin dan memiliki selisih gol 27. Bandingkan dengan tahun 2016 dimana United hanya memiliki 40 poin dan selisih gol 12 serta masih berada diperingkat enam. Terdapat peningkatan yang kontras bukan.

Selain itu, United masih berada di perdelapan final Liga Champions sebagai pemenang Grup A dan berkesempatan bertemu lawan-lawan kelas berat. Musim lalu, United hanya bertemu dengan tim yang jarang didengar bernama Zorya Luhansk. Kita mungkin kecewa dengan hasil imbang pada tiga laga terakhir, namun kita masih punya banyak laga yang bisa dimenangkan.

Kita sebagai fans seolah lupa bahwa tempat United berada sekarang ini adalah tempat tertinggi yang pernah dipijak selama lima tahun pasca sepeninggal Sir Alex Ferguson. Hal itu sebenarnya sudah menunjukkan bahwa ada perbaikan di kubu United. Lantas mengapa masih banyak yang sulit menghargai perbaikan tersebut.

Kebanyakan para penggemar United merasa bahwa selisih poin dengan Manchester City menjadi masalah. Superiornya penampilan mereka justru membuat kesebelasan lain (tidak hanya United) menjadi kecil di mata mereka. Lantas kalau itu semua membuat kita beranggapan Mou gagal, apakah kita juga berani mengatakan dia gagal kalau yang berada di posisi pertama bukanlah City melainkan Tottenham, Chelsea, atau Arsenal misalnya.

City dengan Pep Guardiola nya memang tampil sangat mengejutkan. Mereka adalah tim terhebat sepanjang sejarah Liga Primer jika hanya berbicara rekor kemenangan. Namun, soal piala mereka masih terlalu jauh dari United.

Hal itu bukan berarti United menganggap remeh City. United sudah melakukan beberapa perbaikan sejak pensiunnya Sir Alex. Hanya saja, hasilnya masih membutuhkan waktu. Namun, bukankah itu membuat kita sebagai fans United untuk belajar kalau roda itu pasti berputar, serta melatih kita semua bahwa mengatasi rasa rindu itu membutuhkan jarak dan waktu.

Menyalahkan Mou dengan menyebut kalau United menjadi kesebelasan dengan taktik ‘Parkir Bus’ pun sebenarnya tidak beralasan karena ada beberapa laga dimana United mendominasi permainan secara penuh. Sedangkan ‘Parkir Bus’ memiliki arti kalau kesebelasan tersebut tidak berniat untuk menyerang sama sekali.

Saya yakin kalau Mou sebenarnya ingin United bisa tampil menyerang selayaknya ketika masih di tangan Sir Alex Ferguson. Mereka sebenarnya ingin bermain dominan di setiap pertandingannya. Tapi, apakah skuad United bisa melakukannya setiap pertandingan? Belum tentu.

Namun, jika kamu menganggap bahwa nama Manchester United menjadi besar hanya karena permainan menyerangnya, maka sempit sekali anda memaknai rasa cinta kepada Manchester United.

Klub ini punya motto yang sangat khas yaitu “Believe” atau Percaya. Kepercayaan ini tentu dibutuhkan karena klub ini dibangun atas dasar percaya. Jika anda mengenal kata tersebut, lantas mengapa kita tidak percaya kepada Mou setidaknya hingga kontrak Pria Setubal ini berakhir pada musim panas 2019 mendatang.

Mourinho adalah seorang pemenang. Kalau memang dia adalah manajer gagal, tidak mungkin dia bisa memenangi Liga Champions dengan dua kesebelasan berbeda. Di tangan orang inilah, klub yang mulai jarang menjadi juara Liga bisa menarik pemain berkelas macam Zlatan Ibrahimovic dan Nemanja Matic. Dua pemain yang akrab dengan tim-tim pemenang.

Sisakanlah rasa optimisme dan kepercayaan anda kepada Mourinho para fans United. Dia sedang berada dalam masa memperbaiki tim ini. Jika memang klub ini kembali tidak bisa meraih Piala hingga 2018/2019, barulah anda bisa mengambil kesimpulan bahwa seorang Jose Mario dos Santos Mourinho Felix telah gagal mengangkat Setan Merah ke arah yang lebih baik.