Foto: Joe.ie

Beberapa waktu lalu, sempat muncul gerakan #UnfollowManUnited sebagai bentuk protes penggemar kepada perkembangan Manchester United. Baru-baru ini, muncul sebuah surat dari salah satu penggemar United, Paul Rowles, yang ia tulis dalam situs Strettynews. Surat tersebut ia tulis untuk Ed Woodward sebagai bentuk rasa prihatinnya terhadap United.

Surat ini sudah mendapat lebih dari 6 ribu retweet dan 5 ribu likes setelah pertama kali diunggah di twitter hampir sepekan yang lalu. Paul berharap surat ini bisa menjadi viral sehingga pihak klub bisa menanggapi keluh kesah dari Rowles tersebut.

Baca juga: #UnfollowManUnited, Aksi Perlawanan Suporter pada Manajemen United

***

Surat terbuka untuk Ed Woodward, wakil ketua eksekutif Manchester United

Tuan Edward Woodward
Manchester United Football Club
Old Trafford
Manchester
M16 0RA

Yang terhormat Mr Woodward,

Terima kasih telah meluangkan waktu Anda untuk membaca surat ini di tengah rutinitas Anda mengurus klub. Dalam kegelisahan, kkekecewaan yang amat dalam, saya menulis surat ini untuk Anda. Sebetulnya saya yakin bahwa apa yang saya sampaikan di sini mewakili sebagian besar penggemar Manchester United.

Manchester United sudah mendarah daging dalam DNA saya sejak bocah hingga dewasa. Diawali dari menonton mereka melalui televisi, menjadi pemegang tiket terusan di Stretford End, hingga menempuh jarak bermil-mil home dan away dari Old Trafford hingga Wembley. Bersama yang lain, saya sudah menyaksikan kemenangan terbesar hingga kekalahan pahit yang membuat cinta saya begitu abadi bagi klub ini.

Namun, ketika musim 2018/19 berakhir, ada perasaaan ketidak pastian yang terus tumbuh. Perasaan ragu yang besar, diiringi frustrasi, bahkan amarah yang tidak hanya tertuju terhadap penampilan tim di atas lapangan tetapi juga diperparah dengan kejayaan dua rival terbesar kita yaitu Liverpool dan Manchester City yang mampu mengakhiri musi dengan cemerlang, meninggalkan kita di belakang, sementara mreka melesat dan berhasil bangkit dengan caranya sendiri.

Melihat sejarah, United masih unggul dari Citu, tetapi jaraknya kini sudah terpisah beberapa langkah sejak Sheikh Mansour datang mengambil alih Manchester City. Hal itu telah mencapai taraf yang mengkhawatirkan dan kini saya akan menjabarkannya dalam beberapa poin.

Sejak musim 2015/2016, dalam poin akhir di klasemen, City mengungguli kita dengan selisih 9, 19, dan yang terbaru, yang memalukan dan menghancurkan United yaitu 32 poin. Angka-angka ini seharusnya menjadi cambuk yang menyadarkan United kalau jarak tersebut harus dipangkas. Saya menambahkan, hanya itu yang perlu kita kejar dari mereka, itulah yang harus kita lampaui dan kita harus kembali ke level tertinggi yang dulu mampu kita raih dengan mudah.

Sejak Sir Alex Ferguson pensiun, Manchester United sudah mengganti empat manajer. Di bawah kepemimpinan Anda, belum pernah ada yang bisa memenangi Premier League. Hanya dua kali finis empat besar yang seharusnya menjadi pencapaian minimal bagi klub hebat ini. Ditambah lagi, kita melewai empat musim tersebut dengan rata-rata poin akhir 70. Nilai yang terakhir kali didapat pada 1991.

Kemampuan Anda dalam hal meningkatkan keuangan dan pendapatan klub tidak perlu diragukan. Hal ini ditandai dengan pertumbuhan mengejutkan sebesar 62%. Angka itu harus diapresiasi. Namun hal itu menanadakan kebanyakan penggemar United adalah kelas pekerja, yang penghasilan mereka digunakan untuk menghidup dan memberi napas bagi klub sepakbola ini.

Merekalah yang sebenarnya tertarik pada bisnis sepakbola di lapangan, yang peduli soal memiliki pemain top dan menyaksikan klub bersaing untuk mendapatkan beberapa penghargaan. Bukan orang-orang yang takut untuk menyaksikan Liverpool atau Manchester City mengangkat trofi setinggi-tingginya. Inilah sesungguhnya definisi dari mimpi terburuk para penggemar Manchester United.

Pengambilalihan oleh keluarga Glazer, yang Anda bantu fasilitasi, telah menguras habis keuangan klub ini lebih dari 1 miliar paun dalam bentuk bunga pinjaman, biaya pengeluaran, gaji dan bonus sejak tahun 2005. Angka tersebut kira-ira setara dengan apa yang telah diinvestasikan Sheikh Mansour dalam membangun sebuah kesebelasan penakluk bernama Manchester City.

Dengan pendapatan yang sangat besar, saya bisa bilang pada Anda kalau Manchester United sebenarnya mampu menggaet pemain kelas dunia dari tahun ke tahun, terlepas dari apakah klu ini mampu menjamin untuk selalu masuk ke Liga Champions yang diidam-idamkan seluruh pemain.

Alih-alih mendatangkan pemain kelas dunia, tiga dari empat pemain belakang (Young, Jones, Smalling) yang bermain sebagai starter pada laga terakhir melawan Cardiff City adalah pemain yang sama yang pernah bermain bersama klub saat tersingkir dari babak grup Liga Champions 2011/2012 oleh FC Basel. Jika memang ada tanda-tanda kalau klub telah memasuki kondisi stagnan, sudah pasti hal itu merupakan sebuah indikasi besar.

Saya hanya ingin menekankan kalau semua ini bukanlah reaksi yang spontan, melainkan semuanya sudah terjadi dalam kurun waktu enam tahun. Saya yakin mayoritas penggemar akan tetap senang menerima tahun-tahun tanpa gelar juara selama tim ini ada kejelasan dan memiliki perkembangan, memikirkan soal masa depan, punca perencanaan dan struktur yang jelas dari level atas sampai yang paling bawah.

Saya rasa mayoritas pengamat sepakbola akan mengakui bahwa kualitas inilah yang kurang dimiliki oleh klub. Sudah jelas bahwa ada kebutuhan akan sebuah filosofi dan budaya sepakbola pada inti klub ini, sesuatu yang akan menggema dari ruang dewan (jajaran manajemen) hingga menembus tim muda.

Semua itu yang membentuk era Sir Alex Ferguson menjadi tidak tertandingi. Saat semua orang, dari David Gill hingga staf kantin tahu apa yang dibutuhkan Manchester United menjadi yang terbaik dalam kompetisi sepakbola Inggris.

Perbandingan dua klub ini (United dan City) sangat sulit untuk dijabarkan, tetapi lihat bagaimana Begiristain, Soriano, dan yang lainnya membawa kesatuan serta filosofi Barcelona ke Manchester City. Mereka menunjuk Pep Guardiola sebagai target nomor satu mereka selama ini dan sekarang kerja keras mereka membuahkan hasil. Pendekatan yang dilakukan Director of Football (DoF) telalu membawa budaya mereka menjadi budaya menang dengan cetak biru yang tidak diragukan lagi seperti gaya bermain hingga perekrutan pemain yang cocok.

Saya mohon kepada Anda untuk mendukung Ole Gunnar Solskjaer tanpa syarat dalam upayanya untuk membangkitkan kembali klub hebat ini. Sekarang, klub ini telah mempekerjakan dan memecat manajer untuk menjamin kestabilan. Solskjaer adalah orang orang yang dalam nadinya mengalir jiwa klub ini dan tidak diragukan lagi dia pasti terluka dengan keterpurukan ini. Dia paham klub ini dan perlu diberi waktu untuk membangun sesuatu yang dianggap mampu untuk dilakukan Manchester United yaitu kembali memperuangkan kehormatan dan tampil konsisten seperti sebelumnya.

Dengan struktur yang tepat, DoF yang punya visi sepakbola yang jelas, yang mengizinkan Solskjaer untuk membuat keputusan akhir perihal sepakbola yang selaras dengan filosofi sang Dof, apabila ini semua dijalankan secara berkesinambungan, saya yakin suatu hari nanti United akan kembali ke jajaran lube lit Eropa. Jika Anda bisa memberikan jaminan bahwa ada rencana yang jelas, baik di dalam maupun di luar laapngan, untuk mengembalikan kejayaan klub, tentu ini akan memberikan rasa percaya diri kepada para penggemar United di seluruh dunia.

Rasa bangga ini mulai runtuh oleh para penggemar di luar sana setelah musim ini berakhir. Perlu adanya rasa tanggung jawab atas apa yang sudah terjadi selama ini. Tanggung jawab atas apa yang terjadi dalam enam tahun terakhir saat hembusan angina perubahan telah membuat United tergusur dair puncak tertinggi.

Sekali lagi, terima kasih telah meluangkan waktu Anda untuk membaca surat ini dan saya menantikan balasan Anda.

Salam sejahtera,

Paul Rowles – Penulis Stretty News