Satu gol dan dua asis yang dibuat Marcus Rashford ke gawang Sergio Rico sedikit meredam kritikan yang ia terima dalam beberapa minggu terakhir. Sebelumnya, Rashford kerap mendapat sorotan karena suka membuang-buang peluang yang seharusnya bisa mencetak gol.

Namun sejak laga melawan Southampton, penampilan Rashford mulai membaik. Dalam tiga pertandingan terakhir, ia berkontribusi dalam lima gol United (1 gol dan 2 asis) dengan puncaknya adalah sepakan kencangnya pada pertandingan pekan lalu.

Sejak debut pada 2016 lalu, konsistensi memang menjadi masalah pemain berusia 21 tahun tersebut. Penampilan apik dalam satu pertandingan, belum tentu bisa diulangi pada pertandingan berikutnya. Padahal, konsistensi sangat penting untuk pemain muda seperti Rashford. Selain untuk membuktikan kepantasannya memakai nomor 10, Rashford juga kudu menunjukkan kalau dia tidak seperti seniornya sesama striker yang gagal ketika naik ke tim utama.

Striker dari Akademi Tidak Pernah Beruntung

Akademi Setan Merah kerap melahirkan pemain-pemain yang kemudian menjadi tulang punggung tim ketika dewasa. Sebut saja rombongan Class of 92, Darren Fletcher, Jonny Evans, Wes Brown, John O’Shea, Paul Pogba, dan Jesse Lingard. Akan tetapi, hanya sedikit lulusan akademi United yang berposisi sebagai penyerang.

United bukannya tidak memiliki striker bagus dalam tim akademi mereka. Beberapa nama yang pernah mencicipi tim utama adalah mereka-mereka yang begitu ditakuti ketika remaja. Akan tetapi, mereka kerap dinaungi ketidakberuntungan saat menjalani kompetisi yang sesungguhnya bersama pemain-pemain yang lebih tua dan kompetisi yang jauh lebih sengit.

Terakhir kali United mengandalkan striker dari akademi adalah Danny Welbeck. Namanya mencuat setelah Sir Alex terpukau dengan penampilannya saat dipinjam oleh Sunderland. Akan tetapi, Welbeck hanya bermain sebentar saja dan tidak bisa tampil memukau. Jumlah golnya tergolong sedikit yaitu 29 gol dari 142 penampilan atau enam lebih sedikit dari Rashford.

Welbeck sebenarnya punya tubuh yang atletis. Dia juga pekerja keras dan asli Manchester. Akan tetapi, ia kerap mengalami cedera yang kemudian berdampak dalam performanya. Nasib Welbeck juga mirip dengan Rashford. Oleh Fergie, ia digeser menjadi pemain sayap sebelum akhirnya Van Gaal menganggap Welbeck tidak pantas disebut striker sehingga melepasnya ke Arsenal.

Selepas Welbeck, United punya striker asli akademi lain dalam diri James Wilson. Ia punya prospek yang bagus mengingat penampilannya gemilang bersama tim akademi. Debut tim utamanya pun berlangsung bagus dengan mencetak dua gol. Namun, cedera lutut parah membuat kariernya berjalan biasa-biasa saja yang membuat namanya kerap dipinjamkan ke klub lain.

Ketidakberuntungan juga menghinggapi Will Keane. Ia adalah cerminan striker sesungguhnya yaitu tenang, cepat, dan punya naluri gol yang cukup baik. Siapa yang bisa melupakan lob indahnya dalam pertandingan tim cadangan melawan Norwich. Ia menemui nasib yang sama dengan Wilson yaitu kandas karena cedera. Bahkan dalam lima tahun, ia hanya sanggup membuat enam gol saja.

Naiknya para pemain depan dari tim akademi lebih sering terjadi saat era Sir Alex Ferguson. Akan tetapi, tidak ada dari pemain-pemain tersebut yang bersinar di United ketika tumbuh dewasa.

Saat Cristiano Ronaldo dan Wayne Rooney mengalami cedera pada musim panas 2008, Fergie memainkan Fraizer Campbell sebagai striker. Ia bermain baik saat itu dan membuat satu peluang emas. Akan tetapi, pertandingan melawan Newcastle United tersebut menjadi satu-satunya highlights dari karier seorang Campbell.

Selain Campbell, Fergie juga mengorbitkan Federico Macheda, Mame Biram Diouf, Giuseppe Rossi, Danny Webber, David Healy, Terry Cooke, Jon Macken, Sylvain Ebanks Blake, Joshua King, dan beberapa nama lainnya. Akan tetapi, dari semua itu hanya King yang mungkin sanggup bermain di level tertinggi dan itupun bukan bersama United.

Kesuksesan akademi United melahirkan pemain bagus di posisi depan justru terjadi sebelum era Ferguson. Beberapa nama seperti Norman Whiteshide, Brian Kidd, Mark Hughes, Bobby Charlton dan George Best adalah segelintir nama striker subur United yang melejit dari tim akademi.

Sikap Instan Membeli Pemain Depan

Ada sebuah pepatah dalam sepakbola yang berbunyi, Seorang penjaga gawang akan diingat karena satu kesalahannya, sementara seorang penyerang akan diingat melalui gol-golnya. Dari anggapan tersebut, terlihat jelas bahwa gol adalah patokan apakah seorang penyerang bisa dinilai baik atau tidak. Oleh karena itu, sebuah kesebelasan akan berlomba-lomba mencari pemain depan yang bisa memberi garansi berupa gol demi gol.

Performa para pemain muda kerap tidak konsisten membuat United seolah enggan menjadikan striker dari akademi sebagai tumpuan lini depan mereka. Selain itu, kebutuhan prestasi yang harus diraih serba cepat juga membuat beberapa kesebelasan dituntut harus memiliki pemain terbaik. Sejak dulu United sudah dikenal memberikan tumpuan lini depan kepada pemain mahal. Andy Cole, Dwight Yorke, Robin van Persie, Ruud van Nistelrooy, Wayne Rooney, dan Eric Cantona adalah contoh nyata kalau striker jebolan akademi United memang tidak terlalu banyak mendapat kesempatan.