Dalam komentarnya di majalah United Review, Ole Gunnar Solskjaer begitu memuji skuat United yang ia miliki saat ini. Ia senang karena diberkahi pemain-pemain istimewa yang memiliki segudang talenta. Ole juga tidak lupa menambahkan kalau ia sangat percaya kepada para pemain yang ia miliki saat ini meski timnya dianggap tidak memiliki kedalaman skuat yang cukup.

“Para pemain yang ada di klub ini ada karena mereka sangat istimewa. Mereka datang dan mengenakan baju berwarna merah tersebut karena kualitas yang mereka miliki. Untuk itu mereka harus terus percaya diri. Kelompok pemain ini tidak perlu takut oleh lawan mana pun. Saya percaya kepada para pemain ini,” tuturnya saat itu.

Akan tetapi, ucapan yang ia keluarkan jelang melawan Fulham tersebut, langsung berubah 180 derajat. Setelah timnya dikalahkan oleh Paris Saint Germain Rabu dini hari kemarin, Ole mendadak pasrah ketika dimintai komentar mengenai salah satu pemainnya. Tidak ada lagi kesan percaya seperti yang ia utarakan beberapa waktu sebelumnya.

Pemain tersebut adalah Alexis Sanchez. Ole percaya dengan memainkan dirinya sebagai pengganti Jesse Lingard ketika babak pertama hampir berakhir. Diharapkan bisa menjadi pembeda sekaligus pengatur serangan, nyatanya Sanchez tidak bisa berbuat banyak selama 45 menit. Alexis mencatatkan nol sepakan, nol umpan kunci, nol dribel sukses, dan nol crossing. Padahal keempat aspek tersebut merupakan kelebihan dari mantan pemain Udinese ini.

“Saya tidak bisa berbuat banyak tentang Alexis Sanchez. Ketika dia bermain, dia harus menemukan dirinya sendiri,” kata Ole selepas pertandingan yang berakhir dengan kekalahan 0-2 tersebut.

Berkaca dari komentar Ole, pria asal Norwegia ini nampak tidak memiliki solusi untuk memaksimalkan peran Sanchez. Ole seperti tidak mau berurusan lagi. Hanya Sanchez sendiri yang bisa mengembalikan performanya karena setiap kali dimainkan, ujung-ujungnya selalu berakhir mengecewakan.

Sudah kita ketahui bersama kalau Sanchez memang bukan pilihan utama Solskjaer. Ia lebih memilih memasang Anthony Martial yang diletakkan di sisi kiri penyerangan United. Secara statistik, Martial memang lebih memukau ketimbang Sanchez. Akan tetapi, inkonsistennya Martial serta taktik Ole yang kerap merotasi pemain depannya pada babak kedua, tidak jarang membuat ia memainkan Sanchez untuk memperkuat serangan. Namun alih-alih menambah daya gedor, penampilan klub justru lesu ketika Sanchez main. Pertandingan melawan PSG dan Leicester adalah bukti nyata kalau Sanchez sudah habis.

“Kenyataannya adalah Jesse (Lingard) dan Anthony (Martial) adalah bagian dari skuat yang bermain bagus. Tapi pada babak kedua, kami tidak membuat pergerakan yang jauh lebih banyak dan semakin tertinggal,” kata Ole.

Penampilan Sanchez pun menjadi bahan olok-olok semua kalangan. Penggemar Arsenal tentu menjadi pihak yang tertawa paling keras. Beberapa dari mereka berterima kasih karena United sudah mau membawa Sanchez keluar London. Tentunya kata terima kasih disini bukan bermakna sebenarnya.

“Mereka (United) berpikir kami (Arsenal) memberikan Alexis Sanchez, padahal yang kami berikan kepada mereka adalah Yaya Sanogo,” tutur akun @ceo_nickk. “Sekarang United merasakan bagaimana berbisnis yang sebenarnya dengan Arsene Wenger. Mereka memberikan Silvestre, sedangkan kami memberikan Sanchez,” tambah @don_atngz.

Tidak hanya pendukung Arsenal, beberapa pundit juga mengkritiknya begitu keras. Paul Ince misalnya. Ia menyebut penampilan Sanchez kemarin adalah lelucon yang tidak sebanding dengan apa yang ia dapat di United.

“Penampilannya adalah lelucon dibanding gaji yang ia dapat dari sana. Ketika Anda memberikan uang banyak, maka Anda layak berharap lebih. Penggemar layak mendapat lebih, Ole layak mendapat lebih, dan pemain lain layak mendapatkan yang lebih dari sekadar Sanchez yang sekarang,” tuturnya.