Selain membuat United tersingkir dari kompetisi Liga Champions, kekalahan 0-3 Setan Merah dari Barcelona pada Rabu lalu menegaskan kalau bulan madu Manchester United bersama Ole Gunnar Solskjaer tampak sudah berakhir pada musim ini. Hasil di Camp Nou membuat United kini menderita lima kekalahan dalam tujuh pertandingan terakhirnya.
Sialnya, kejadian tersebut terjadi setelah Ole resmi dipermanenkan. Ia dianggap sebagai sosok yang bisa mengembalikan performa United. Namun setelahnya, performa mereka justru melorot setelah Ole menerima kepastian sebagai manajer tetap.
Padahal, ia memulai kariernya bersama United dengan baik. Hanya menderita satu kekalahan dalam 17 pertandingan pertamanya. Namun setelah malam luar biasa di Paris, performa mereka jeblok. Yang paling terlihat jelas adalah penurunan rataan poin yang sebelumnya menghasilkan 2,32 poin per laga, kini United hanya menghasilkan 1,2 poin saja setelah dipermanenkan.
Kritikan kini mulai menerpa Ole. Apalagi ditambah fakta kalau Setan Merah tidak mengalami kemajuan dari segi peringkat. The baby faced mulai dianggap miskin taktik dan terus disorot soal pemilihan pemain yang harus bermain di setiap pertandingannya.
Yang menarik, ada beberapa penggemar yang kini mulai bersimpati kepada manajer sebelumnya, Jose Mourinho. Entah mendapat pencerahan dari langit atau penerawangan dari Roy Kiyoshi, namun yang pasti, ada beberapa pihak yang merasa kalau Mourinho tidak pantas dipecat pada Desember lalu.
Bersimpati kepada nasib Mourinho sih sah-sah saja. Namun mengharapkan Mourinho untuk tidak dipecat dan masih berada di pinggir lapangan Old Trafford jelas sebuah kesalahan. Tidak bisa dibantah kalau penurunan yang terjadi pada paruh pertama musim ada andil dari The Special One.
Ole sudah bekerja dengan baik terlepas dari hasil yang ia dapat dalam tujuh pertandingan terakhirnya. Seandainnya Mourinho masih ada di United, bukan tidak mungkin perform tim tidak kunjung membaik dan justru semakin membenamkan posisi Setan Merah keluar dari top six. Malam di Paris mungkin tidak akan pernah terjadi dan United tidak memiliki peluang untuk bermain di Eropa pada musim depan jika dia masih memimpin.
Bersama Mourinho, kemenangan akan lebih terasa seperti kekalahan. Pola permainannya tidak cocok sama sekali dengan United. Apalagi banyaknya konflik yang mengiringi dirinya dengan pemain sehingga membuat suasana tim menjadi tidak kondusif.
Namun sebenarnya, baik Solskjaer ataupun Mourinho adalah korban. Mereka adalah korban dari performa para pemainnya yang penuh tanda tanya setiap pekannya. Paul Pogba, Jesse Lingard, Marcus Rashford, dan Anthony Martial, mengalami kemajuan ketika ia pertama kali menanganti tim. Namun setelahnya, penampilan mereka tidak konsisten dan kembali terjebak dalam permainan buruk.
Menyalahkan Mourinho yang meninggalkan warisan pemain seadanya untuk Solskjaer juga tidak tepat. Toh, keduanya juga mendapat para pemain peninggalan para manajer sebelumnya. Hal ini yang juga menimpa manajer lain sehingga menjadi sebuah siklus. Moyes mendapat pemain warisan Fergie, Van Gaal mendapat pemain peninggalan Moyes, Mourinho mendapat pemain dari Van Gaal, dan Solskjaer mendapat pemain warisan dari keempat manajer tersebut dengan mayoritas kualitas pemainnya biasa-biasa saja. Bahkan Solskjaer masih menggunakan tenaga Ashley Young, Chris Smalling, dan Phil Jones, pemain yang seolah menjadi sebuah pusaka antik sehingga harus dijaga turun-temurun kepada siapa saja yang datang menangani klub.
Hal ini yang kemudian membuat Solskjaer bisa memainkan 11 pemain yang isinya adalah campuran dari pemain sisa Ferguson hingga pemain milik Mourinho. Jika membandingkan susunan pemain utama milik Liverpool, City, dan Tottenham, maka wajar apabila United tertinggal jauh di belakang mereka. Namun setidaknya, Solskjaer sudah membuat tim yang buruk ini menjadi tim yang sedang-sedang saja. Jauh lebih baik dari Mourinho yang membuat United semakin memburuk.
Masalah United sebenarnya lebih rumit dari sebatas gonta-ganti pelatih dari Mourinho ke Solskjaer. Pergerakan klub yang lebih fokus ke bisnis alih-alih sepakbola, menandakan kalau tim ini tidak punya rencana yang serius. Salah satu bukti tidak seriusnya manajemen klub tercermin dari masalah kontrak David De Gea, Ander Herrera, dan Matteo Darmian.
Bagaimana bisa tim seperti United baru melakukan negosiasi kepada dua pemain terbaiknya disaat kontraknya sudah habis. Selain itu, apakah ada tim seperti United yang memberikan kontrak jangka panjang kepada pemain cadangannya hanya untuk menahannya tidak pergi secara gratis? Jika hal seperti ini terus terjadi, maka United akan selalu kesulitan mengarungi kompetisi.
Mourinho dan Solskjaer juga korban dari tuntutan para penggemar United yang menginginkan dampak instan. Mereka khawatir cepat atau lambat United akan tergusur dari rivalnya sekaligus kehilangan status sebagai tim yang ditakuti di Inggris. Namun hal ini juga tidak lepas dari peran manajemen klub yang tidak memberikan kepercayaan penuh kepada para manajer yang mereka pilih sendiri.
Jika hal seperti ini terjadi terus menerus, maka bukan tidak mungkin pemecatan kepada Ole Gunnar Solskjaer tinggal menunggu waktu saja dan United kembali jalan di tempat di saat tim-tim lainnya mulai melangkah maju.