Foto: SportsBible

Musim 1998/1999 menjadi musim yang spesial bagi Manchester United. Tiga piala bergengsi diraih hanya dalah satu musim yaitu Premier League, Piala FA, dan Liga Champions. Ini menjadi sejarah yang sangat berharga bagi perjalanan klub karena sampai sekarang mereka belum bisa lagi mengulang prestasi tersebut.

Tidak mudah meraih itu semua. Sepanjang sejarah sepakbola Eropa, hanya ada enam klub yang bisa meraih tiga gelar sepanjang satu musim. Selain United, ada Celtic, Ajax, PSV, Barcelona, dan Internazionale Milano. Untuk mencapai itu semua, tim-tim ini harus melewati beberapa pertandingan yang sangat sulit untuk dimainkan. Itu juga yang dialami United pada 7 April 1999.

Setan Merah berambisi untuk mendapatkan titel Piala Champions Eropa kedua mereka setelah terakhir kali mendapatkannya pada 1968. Gelar terakhir Eropa mereka hanya Piala Winners 1991 dan itu jelas tidak cukup. Mereka ingin mendapatkan lebih dari itu. Meski begitu, United harus melewati langkah Juventus terlebih dahulu pada leg pertama semifinal Liga Champions 1998/1999.

“Juventus memiliki pengalaman yang begitu fantastis dan telah melalui perjalanan yang begitu luar biasa,” kata Sir Alex Ferguson sebelum laga.

Duel ini berjalan sangat menarik mengingat kedua kesebelasan sama-sama diisi oleh para pemain terbaiknya. Status mereka juga sama yaitu sama-sama tim terbaik di kompetisinya masing-masing. Akan tetapi, perjalanan mereka untuk sampai ke babak ini bisa dibilang cukup terjal.

Juventus misalnya. Meski finis sebagai juara grup B dan tidak terkalahkan, namun mereka hanya menang satu kali dari enam laga. Lima laga sisanya berakhir seri. Juventus, Galatasaray, dan Rosenborg sama-sama memiliki delapan poin. Yang membedakan adalah selisih gol Juve yang jauh lebih baik.

United pun demikian. Mereka hanya satu kemenangan lebih baik dari Juventus. Mereka bahkan finis sebagai salah satu dari dua runner-up terbaik. Beruntung, baik Juve maupun United bisa melangkah mulus setelah menang atas lawannya masing-masin pada babak perempat final.

Bermain di Old Trafford seharusnya memberi keuntungan bagi Manchester United. Namun yang terjadi saat itu justru sebaliknya. United kepayahan pada babak pertama. Laporan pertandingan BBC menyebut kalau United inferior sepanjang laga. Pada menit ke-25, mereka tertinggal melalui gol Antonio Conte. Pria yang sekarang menjadi pelatih Inter Milan ini tidak terkawal diantara Keane dan Stam sehingga ia begitu mudah mencetak gol ke gawang Peter Schmeichel.

United bahkan nyaris tertinggal dua gol ketika Gianluca Pessotto mendapatkan ruang tembak yang cukup luas untuk mengalahkan Schmeichel. Beruntung sepakannya saat itu masih melebar beberapa inci saja dari gawang United.

Meski mencoba beberapa kali untuk menyerang, namun permainan United tidak terlalu efektif. Duet Cole dan Yorke mati kutu di lini depan. Yorke bahkan hanya membuat satu percobaan hingga ia harus diganti Teddy Sheringham pada babak kedua. Begitu juga dengan sayap-sayap mereka yang tidak bisa mengepak. Sebaliknya, Juve beberapa kali mengancam United melalui serangan balik.

Pada paruh kedua, intensitas serangan United semakin meningkat. Mereka jelas harus melakukan itu karena waktu semakin lama semakin menipis. Pada menit ke-74, mereka protes kepada wasit Manuel Vega karena tidak memberikan penalti setelah sepakan Giggs menyentuh tangan Mark Iuliano. Wasit Vega tampaknya memberikan advantage kepada United saat itu, karena bola jatuh ke kaki Scholes yang sepakannya melebar tipis.

Tiga menit jelang pertandingan berakhir. Andy Cole yang sedang membelakangi gawang, memberikan bola kepada Roy Keane agar dia bisa melakukan tendanga jarak jauh. Sepakan dilepaskan dan dibelokkan oleh kepala Teddy Sheringham. Bola masuk ke gawang Juve yang disambut gemuruh dan perayaan Teddy yang berlutut di depan Stretford End.

“Gol offside? Saya tidak tahu, tapi saya merasa dia sangat terlambat untuk mengangkat benderanya,” kata Ferguson mengkritik kinerja asisten wasit yang bertugas.

Akan tetapi, gol dianulir karena Teddy dianggap sudah offside. Keputusan yang membuat beberapa pemain United melancarkan protes. Beberapa menit kemudian, Scholes kembali mendapat peluang melalui sundulan yang bisa ditangkap oleh Peruzzi.

United harus menunggu hingga menit 90+2 untuk menyamakan kedudukan. Beckham melepaskan crossing yang membuat kemelut di kotak kecil Juventus. Bola kemudian jatuh ke kaki Giggs yang langsung diselesaikan dengan baik oleh pemain Wales tersebut. United akhirnya bisa mencetak gol sekaligus terhindar dari kekalahan.

Hasil 1-1 tentu tidak menguntungkan bagi United karena pada leg kedua mereka harus bertandang ke Turin. Akan tetapi, Ferguson memilih untuk santai karena kedua kesebelasan masih punya peluang yang sama pada pertemuan berikutnya.

“Saya harap gol Giggs bisa menyelamatkan United. Saya merasa kita masih memiliki peluang yang cukup besar. Tetapi, jika kami bisa tampil layaknya babak kedua pada babak pertama, mungkin itu akan lebih baik lagi,” kata Ferguson.

Pesan Ferguson tersebut kenyataannya tidak dijalankan para pemainnya dengan baik pada leg kedua. United tertinggal 1-2 yang membuat langkah mereka ke final menjadi tertutup. Meski begitu, kita semua tentu sudah tahu apa yang terjadi pada babak kedua.