Foto: Mirror

Pernah dalam suatu momen, Ryan Giggs terlanjur percaya diri kalau Manchester United bisa terus sukses bahkan sepeninggal Sir Alex Ferguson. Kenyataannya, ucapan tersebut tidak relevan jika melihat kondisi tim ini sekarang.

Sejak Sir Alex Ferguson turun takhta pada 2013 lalu, saat itu juga Manchester United mulai memasuki gerbang yang bernama perubahan. Perubahan ini terjadi di banyak hal. Mulai dari manajemen, dalam hal ini dewan direksi, manajer, pemain, yang kemudian semuanya berpengaruh kepada prestasi.

Makin hari Manchester United seperti tidak menunjukkan diri mereka sebagai kesebelasan sepakbola yang berprestasi. Sekarang, pemberitaan tim ini justru lebih banyak dihiasi dengan drama. Khususnya drama pemain ngambek yang dalam beberapa pekan ini terus bermunculan.

Kekecewaan demi kekecewaan terus datang beriringan. Dulu, saat United lagi hebat-hebatnya, tim ini masih suka diterpa kekecewaan. Namun, yang membedakannya dengan situasi saat ini adalah kekecewaan itu datang terlampau sering dan itu sudah terjadi sejak Sir Alex Ferguson meninggalkan tim ini 2013 lalu.

Inilah yang membuat masalah United sedikit lebih kompleks jika dibandingkan dengan tim-tim lain macam Chelsea atau bahkan Manchester City. Baik dari manajemen, manajer, dan para pemain sama-sama ada andil dari mediokernya tim ini. Sayangnya, bobot mengenai siapa yang lebih banyak bertanggung jawab atas kemerosotan inilah yang kemudian menjadi tumpang tindih.

Mundur jauh pada 2011 ketika United bersiap bertarung menghadapi Liverpool dalam lanjutan babak ketiga Piala FA. Ketika itu, United masih berada di atas, diambang kesuksesan untuk menjungkalkan mereka dari singgasana sebagai tim tersukses di Inggris. Di sisi lain, Liverpool menjalani musim yang penuh masalah. Mereka sempat mendekati zona degradasi, dan Roy Hodgson dipecat.

Liverpool ketika itu memasuki musim ke-21 tanpa gelar juara liga domestik. Sedangkan United menjalani tahun-tahun penuh kesuksesan. Rentetan kesuksesan dan visi yang dibangun Ferguson sejak gelar liga pertama tahun 1993 inilah yang membuat salah satu pemainnya, Ryan Giggs, yakin kalau Setan Merah tidak akan mengalami kejatuhan seperti Liverpool yaitu puasa gelar yang sangat panjang.

“Manajer kami tidak hanya mencari pemain untuk satu musim saja. Dia membeli pemain dengan pandangan ke masa depan yang dilakukan selama beberapa tahun terakhir. Dia membeli pemain muda macam Ronaldo, Rooney, Nani, Anderson yang punya kemampuan terus maju dan lebih baik,” ujarnya.

“Sekarang kami punya generasi berikut seperti Hernandez, si kembar Da Silva, Gabriel Obertan, dan Smalling. Pemain ini akan menjadi lebih baik dalam beberapa tahun ke depan,” kata Giggs menambahkan.

Lebih lanjut Giggs ketika itu menyebut kalau Liverpool masih dipandang sebagai tim bagus dengan segudang pemain berkualitas. Hanya saja, mereka selalu bernasib apes dengan terus kalah dalam pertandingan-pertandingan mudah. Kekalahan ini yang kemudian seperti menjadi sebuah kebiasaan bagi klub berjuluk The Reds itu.

Pada akhirnya, seiring berjalannya waktu, Liverpool mulai sembuh dari kebiasaan buruknya tersebut. Masuknya Jurgen Klopp seperti mengubah angin bagi mereka dan gelar Liga Inggris setelah 30 tahun, lalu gelar Liga Champions sejak 14 tahun berhasil mereka raih. Dari segi permainan juga mereka mulai stabil.

Sebaliknya, United kini menjadi tim pesakitan. Dari nama pemain yang disebut Giggs itu saja tidak ada yang benar-benar bersinar. Giggs lupa kalau selera Ferguson belum tentu sama dengan manajer lainnya. Buktinya, Hernandez dan Rafael dibuang Van Gaal karena tidak disukai gaya permainannya. Obertan juga tidak bersinar baik di United maupun Newcastle, sedangkan Smalling juga tidak bagus-bagus amat.

Bahkan, apa yang dilakukan United saat ini selalu menemui hasil yang tidak tepat. Beli pemain bintang salah, menunjuk manajer berkualitas juga salah. Membeli pemain yang non bintang juga belum membuahkan hasil, sedangkan manajer dengan CV yang belum mentereng juga tidak bisa melakukan apa-apa.

Liverpool butuh 30 tahun untuk bisa memutus puasa gelar Liga Inggris yang mereka rasakan. Saat ini, United sudah memasuki tepat 10 musim tanpa gelar juara liga sejak gelar terakhirnya. Masih ada 20 musim lagi bagi Setan Merah untuk menghindari ucapan Giggs tersebut untuk menjadi kenyataan.