Bagi Rio Ferdinand, apa yang dilakukan Ralf Rangnick adalah sesuatu yang tidak patut dilakukan oleh manajer klub sekelas Manchester United. Di sisi lain, ia juga meminta maaf kepada Jose Mourinho, orang yang pernah ia kritik dengan keras sama seperti yang dialami Rangnick sekarang.
Sekarang ini, Manchester United tidak lebih dari sebuah klub dengan banyak intrik di dalamnya. Nyaris pemberitaan yang menguasai halaman depan hanya soal drama-drama yang terjadi di internal tim. Inkonsistensi, hasil buruk, pergolakan-pergolakan dalam susunan manajemen tim, hingga layak atau tidaknya Ralf Rangnick berada dalam posisinya sekarang sebagai interim.
Nama terakhir memang mendapat banyak spotlight dalam beberapa hari terakhir. Hal ini tidak lepas dari kebiasaan Ralf yang mulai sering mengeluarkan pemberitaan tentang internal tim. Mulai dari komentarnya yang menyebut kalau tim ini butuh 8-9 pemain baru, sampai ketika ia berkata kalau dirinya tidak diberikan pemain depan pada bursa transfer Januari lalu.
Kebiasaan Ralf ini sebenarnya banyak mendapat pujian. Tidak sedikit dari para suporter yang memberi dukungan untuk terus berkata jujur tentang kebobrokan tim. Hal ini bisa menjadi senjata untuk menyerang manajemen tim yang memang tidak disukai oleh para suporternya.
Buktinya, ucapan Ralf ini secara tidak langsung sudah membuahkan korban. Aksi blak-blakannya ini sudah membuat beberapa orang lama di dalam manajemen klub satu demi satu mengundurkan diri. Dari mulai pencari bakat sampai yang terbaru orang-orang yang mengurus United dalam hal keuangan juga memilih minggat beberapa saat setelah Ralf mengeluarkan sindirannya.
Ada yang pro, sudah pasti ada yang kontra. Ada yang mendukung, sudah pasti akan ada yang tidak suka. Rio Ferdinand datang sebagai sosok yang tidak suka dengan sikap Rangnick tersebut. Menurutnya, kejujuran Ralf hanya akan membuat gaduh dan terkesan cuci tangan atas performa klub yang tidak ada perkembangan bersamanya.
“Saya tidak suka cara penyampaiannya, karena seperti cuci tangan atas keterpurukan tim saat ini. Mungkin penggemar suka tapi dia harus menghormati orang di sekitarnya. Rangnick harusnya tidak berkata seperti itu di depan media, harusnya dia berbicara pada internal klub,” tuturnya.
Ia menambahkan, “Jika mau berbicara seperti itu maka harus dilakukan saat Anda tidak lagi bekerja layaknya Mourinho. Menyalahkan klub atas pemain yang gagal direkrut juga tidak etis. Jika saya ada di dalam jajaran klub, saya tidak akan mengizinkannya lagi datang melakukan konferensi pers.”
Kita semua tidak tahu tujuan Ralf berkata seperti itu. Bisa jadi dia memang ingin membongkar kejelekan tim ini yang pada dasarnya memang sudah jelek semenjak dipegang oleh Glazer. Lagipula, ia juga tidak akan menjadi manajer lagi pada musim depan. Posisi Ralf memang sangat kuat. Ia sudah dikontrak sebagai konsultan dan apabila manajemen tidak suka dengan sikapnya, maka mau tidak mau United harus memberi pesangon seandainya dia dipecat.
Meski begitu, Ferdinand juga tidak salah karena berkaca dari hasil akhir United memang tidak banyak mendapatkan kemenangan meski telah mengganti manajer. United semakin inkonsisten. Ferdinand ingin Rangnick hanya fokus ke hal-hal yang sifatnya teknis dan mencari jalan keluar. Bukan dengan mengeluh lalu mencari pembenaran.
Jika dipikir kembali, apa yang dilakukan Rangnick ini sebenarnya sudah sering dilakukan oleh Jose Mourinho saat masih menjabat sebagai manajer United. Beberapa kali ia mengucapkan hal-hal yang sifatnya mengkritik manajemen klub pada saat itu. Memang, bobot blak-blakannya tidak setara dengan Rangnick.
Sama seperti yang dialami Rangnick, Mourinho pun beberapa kali diserang oleh Ferdinand. Ia pernah menyebut kalau perayaan Mourinho membanting krat air minum saat melawan Young Boys periode 2018 lalu membuat peran 11 pemain di atas lapangan tertutupi.
Namun baru-baru ini Rio meminta maaf kepada mantan manajer Chelsea tersebut khususnya tentang ucapan Mou yang menyebut kalau prestasi terbaiknya sebagai manajer adalah saat membawa Setan Merah finish pada posisi dua musim 2017/2018 lalu. Ketika itu, Mou menyebut orang-orang tidak akan tahu apa yang terjadi di belakang kamera sehingga membuatnya merasa membawa United menjadi runner-up Liga Inggris di bawah Man City saat itu menjadi prestasi terbaik.
“Kutipan Mouriho tidak lekang dimakan waktu dan terbukti jitu. Aku minta maaf dalam cara pandang saya menilainya. Kita bisa melihat kalau memang ada yang keliru di balik layar tim ini.