Manchester United punya kesempatan untuk meraih kemenangan ketika melawan Wolverhampton Wanderers saat akselerasi Paul Pogba dijatuhkan oleh Conor Coady di kotak penalti pada menit ke-68. Akan tetapi, gelandang asal Prancis tersebut gagal menjalankan tugas tersebut. Sepakannya bisa dibaca dengan baik oleh Rui Patricio. Hasil seri membuat mereka gagal naik ke puncak.

Cerita ternyata tidak berhenti sampai di situ. Setelah menayangkan tayangan ulang gagalnya eksekusi penalti Pogba, kamera televisi juga menayangkan bagaimana Pogba dan Rashford sempat berdiskusi terlebih dahulu untuk menentukan siapa yang menjadi penendang.

Apa yang terjadi saat itu seperti memperlihatkan kalau kedua sahabat ini berebut untuk menjadi sebagai eksekutor. Namun setelah itu, Sky Sports melansir sebuah rekaman kalau hal serupa ternyata juga terjadi ketika United bertemu Chelsea pada pekan pertama lalu. Saat itu, Pogba, Rashford, dan Martial sempat berdiskusi soal siapa yang berhak mengambil jatah sebagai penendang.

Baik Rashford maupun Solskjaer sebenarnya sudah melupakan masalah tersebut. Rashford, yang dianggap penendang penalti terbaik United, menyebut kalau Pogba sudah meminta izin kepadanya untuk menjadi penendang dan dia mengizinkan karena sudah mengambilnya pada laga melawan Chelsea. Begitu juga dengan Solskjaer. Ia menyebut kalau kedua pemain ini adalah eksekutor penalti utama United. Soal siapa yang menjadi penendang adalah keputusan mereka berdua di atas lapangan.

“Kedua pemain memang eksekutor penalti utama United. Soal siapa yang mengeksekusi, terserah mereka untuk memutuskan. Kadang kala pemain merasa cukup percaya diri. Paul telah mencetak banyak gol dari penalti untuk kami, hari ini Rui Patricio melakukan penyelamatan dengan baik,” tutur Solskjaer.

Disemprot Para Legenda

Meski begitu tidak sedikit yang mempertanyakan kenapa harus ada diskusi dulu soal siapa yang menendang penalti. Hal ini diungkapkan langsung oleh legenda United, Gary Neville dalam acara Monday Night Football. Bek kanan legendaris Setan Merah ini habis-habisan mengkritik Pogba dalam pertandingan tersebut.

“Untuk apa ada perdebatan soal penendang penalti? Saya tidak menyukainya. Seharusnya tidak pernah ada perdebatan. Pogba sudah gagal menendang empat penalti dalam 12 bulan terakhir. Anda berpikir kalau dia masih ada kesempatan? Rashford mencetak gol dari sana pekan lalu melalui penalti,” tutur Gary.

Selain menyemprot Pogba, kakak kandung Phil Neville ini juga menyebut kalau perdebatan ini bisa terjadi karena United tidak punya list siapa saya yang harus menjadi eksekutor penalti pertama, kedua, atau ketiga. Selain itu, ia juga mengkritik United yang tidak lagi mempunyai sosok pemimpin sehingga hal-hal seperti ini bisa muncul.

“Tim ini seperti tidak punya pemimpin. Lihat di sana ada Daniel James dan Anthony Martial, mereka berdua tidak bisa membuat keputusan bagi mereka. Ada hal yang tidak beres di sana. Solskjaer harus menjelaskan soal penalti itu. Apa yang terjadi di lapangan seperti, ‘silahkan menendang teman’. Menurut saya hal itu tidak benar.”

“Mereka sudah harus memutuskan siapa yang menjadi penendang penalti pertama sebelum mereka datang ke stadion atau ketika di ruang ganti. Bukan saat bermain. Penalti ini membawa nama Manchester United. Bukan juga untung-untungan seperti main lotere. Ini bukan sepakbola di bawah umur yang dimainkan di taman bermain,” tuturnya dengan keras.

Tidak hanya Gary, Ryan Giggs juga memiliki pendapat yang sama meski tidak seagresif Gary. Menurut manajer timnas Wales ini, striker yang baru saja mencetak gol masih memiliki kepercayaan diri untuk mencetak gol pada pertandingan berikutnya. Ketika melawan Wolves, Rashford dinilai jauh lebih layak. Ia pun mengenang kembali betapa percaya dirinya seorang Ruud Van Nistelrooy yang tidak mau diusik rekannya ketika ingin menendang penalti.

“Saat Anda mencetak gol melalui penalti pada pekan sebelumnya, maka kepercayaan diri itu pasti ada. Bahkan Anda sendiri yang harus mengambilnya. Jika saya mencoba mengambil penalti dari Ruudtje (Van Nistelrooy), maka dia akan memasukkan bola ke dalam bajunya agar rekannya tidak merebut bola itu. Hal seperti ini yang harus diharapkan dari sebuah tim, seorang striker yang mencetak gol dari penalti yang terus melanjutkan mandatnya selagi dia bisa. Saya melihat Rashford lebih layak untuk mengambilnya hari ini,” tutur Giggs.

Polemik Eksekutor Penalti di Manchester United

Manchester United sebenarnya sangat jarang memiliki masalah soal siapa dan siapa yang harus menjadi eksekutor ketika mereka mendapatkan penalti. Namun ada kalanya United mengalami masalah soal penentuan penendang penalti pertama mereka. Hal seperti ini sempat hadir dan membuat pusing Sir Alex Ferguson.

Pada 2009, United secara mengejutkan dikalahkan oleh Burnley dengan skor 1-0. Saat itu, United punya kesempatan untuk menyamakan kedudukan melalui penalti. Namun eksekusi Michael Carrick gagal. Satu hal yang membuat Ferguson terkejut saat itu adalah keputusan memberikan penalti kepada Carrick disaat Wayne Rooney masih berada di atas lapangan.

Jelang akhir kompetisi, United juga mendapat penalti ketika melawan Tottenham Hotspur. Saat itu, Nani bersiap untuk menjadi penendang. Akan tetapi, Ryan Giggs mengambil alih tugas tersebut karena dia bertindak sebagai kapten. Bagi Giggs, penalti itu sangat bersejarah karena sepanjang 18 tahun, ia tidak pernah menjadi penendang penalti.

“Siapa pun yang merasa layak menjadi penendang tidak ada yang boleh merusak kesempatan saya. Nani memang siap tapi saya adalah kapten dan pemain senior sehingga saya harus mengambilnya,” tuturnya.

Musim selanjutnya, United kehilangan kesempatan meraih kemenangan ketika mereka mendapat penalti pada menit-menit terakhir melawan Fulham. Saat itu, Nani yang menjadi ekskutor gagal menjalankan tugas. Ferguson menyebut kalau Ryan Giggs seharusnya yang mengambil jatah tersebut karena laga melawan Spurs musim sebelumnya.

Seolah tidak pernah belajar, United mengalami situasi serupa pada musim 2012/2013. Dalam tiga pertandingan beruntun, Robin van Persie, Javier Hernandez, dan Nani gagal menendang penalti dengan baik. Kejadian ini sampai membuat Fergie kebingungan soal siapa yang harus menjadi penendang penalti United saat itu.

“Jujur saya tidak tahu kalau Nani yang akan mengambil penalti tersebut. Saya pikir dia hanya berlari dan meraih bola dan memberikan kepada Robin karena dialah yang seharusnya mengambil tendangan tersebut. Saya pikir kedepannya kita harus menentukan siapa penendang penalti utama tim ini. Apa yang terjadi sekarang (tiga penendang gagal) adalah kesalahan saya,” ujar Fergie.

United baru benar-benar memiliki daftar penendang penalti secara terstruktur ketika ditangani oleh Louis van Gaal. Secara berurutan, Wayne Rooney, Robin van Persie, dan Juan Mata menjadi tiga penendang utama penalti Setan Merah pada musim 2014/15. Yang menarik, LVG memakai sistem promosi-degradasi. Siapa yang gagal dalam menendang penalti, maka dia tidak boleh menendang pada laga berikutnya dan harus memberikan pada eksekutor yang kedua atau ketiga.

Pada musim 2015/2016, daftar penendang penalti berubah. Hengkangnya RVP dan menurunnya Wayne Rooney membuat Juan Mata naik sebagai penendang penalti utama disusul kemudian Ander Herrera dan Wayne Rooney sebagai penendang ketiga.