foto: skysports

Banyak yang terheran-heran dengan penampilan Paul Pogba yang belum menunjukkan kalau ia layak dihargai senilai 84 juta paun. Menjadi pemain dengan nilai transfer termahal di dunia menghadirkan beban bagi Pogba untuk menunjukkan betapa spektakulernya dirinya.

Di awal-awal penampilannya bersama Manchester United, banyak yang merasa kalau penampilan Pogba begitu biasa. Analisis pun bermunculan mulai dari Pogba yang tidak berlatih sepanjang pramusim sampai posisi Pogba yang kini menjadi lebih dalam. Namun, nada-nada optimis pun tak berhenti terdengar. Akan ada satu masa di mana Pogba telah beradaptasi dan menunjukkan bahwa ia adalah gelandang terbaik di dunia saat ini.

Masa itu ternyata tidaklah terlalu jauh seperti yang dibayangkan. Kalau kehebatan dinilai dari sebuah gol, maka gol Pogba untuk United hadir 24 September silam kala menang 4-0 atas Leicester City. Sementara golnya untuk timnas Prancis, hadir Selasa (12/10) petang kala Les Blues mengalahkan Belanda 1-0.

Satu gol Pogba tersebut menjadi satu-satunya gol yang tercipta pada pertandingan babak kualifikasi Piala Dunia tersebut. Di akhir pertandingan, Pogba pun dituliskan sebagai Man of the Match.

Apa yang dilakukan Pogba pun diapresiasi oleh gelandang Prancis, Dimitri Payet. Ia pun berharap kalau Pogba bisa meneruskan penampilan terbaiknya.

“Dia seperti biasa di ruang ganti setelahnya, bahagia, dan sebagai tambahan, dia mencetak gol,” kata gelandang West Ham United tersebut, “Ini bagus buatnya.”

“Ada banyak harapan terkait dirinya, tapi itu tidak membantunya. Dia sering diserang tapi dia tetap kuat dan tenang, dan dia bermain seperti seorang hebat.”

Apa yang terjadi pada Pogba pun diceritakan ulang kolumnis ESPNFC, Julien Laurens. Ia menulis bahwa Pogba tidak ikut bis tim Prancis yang meninggalkan Amsterdam Arena usai pertandingan. Di sisi lain, ia sedang berjoget bersama kedua saudara kembarnya, Mathias dan Florentin, serta sejumlah rekannya di tempat parkir stadion milik Ajax Amsterdam tersebut.

Saat bus yang mengangkut rekan-rekannya melintas, Pogba hanya melambaikan tangan pada mereka yang akan segera menaiki pesawat pribadi yang terparkir di Bandara Schipol menuju kesebelasannya masing-masing.

Pogba diizinkan untuk tidak pulang bersama. Tim pelatih punya alasan untuk membiarkannya tetap ceria dan merayakan kemenangan seperti yang ia inginkan. Julien pun menjabarkan bahwa dalam pertandingan melawan Belanda merupakan permainan Pogba yang paling komplet. Selain mencetak gol, Pogba pun bermain sederhana dengan fokus untuk mengumpan.

“Saat Pogba menunjukkan apa yang ia lakukan pada Senin kemarin, Anda tak mendengar kritik, hanya pujian,” tulis Julien.

Sementara itu, Pogba bilang begini seusai pertandingan, “Bukan hal yang bagus untuk selalu dikritik. Aku mencoba untuk membuat peluang, melakukan dribel, tapi terkadang terlalu banyak, tapi aku selalu tumbuh dan belajar. Aku masih muda, dan orang-orang melupakan itu.”

Banyak yang bilang kalau Pogba telah beranjak dewasa. Hal ini pun bukan sekadar opini yang terlontar dari satu orang, tetapi diucapkan Hugo Lloris, Moussa Sissoko, Raphael Varane, dan Blaise Matuidi. “Tim ini lebih dewasa, yang membuatnya terus melakukan perbaikan, terus tumbuh, dan itu sangat menarik,” kata mereka.

Menurut Julien, kedewasaan adalah sesuatu yang tidak bisa dilakukan oleh manajer. Mereka bisa meningkatkan kemampuan fisik pemain, tapi tidak dengan kedewasaan, karena itu ditentukan oleh pemain itu sendiri.

“Pogba begitu hebat sebagai bagian dari grup; seperti Matuidi, dia amat sempurna di lini tengah di mana Laurent Koscielny juga begitu impresif di lini pertahanan dan Lloris hanya membuat satu penyelamatan tapi kelas dunia untuk mengamankan kemenangan,” tulis Julien.

Seiring dengan semakin dewasanya Pogba, Julien pun merasa kalau hal itu menyebar ke timnas Prancis. Semoga saja hal senada bisa menular ke Manchester United untuk musim ini.