Foto: Thesun.co.uk

Nuansa suka cita muncul dari bangku cadangan Manchester United sesaat setelah Anthony Martial mencetak gol ke gawang Petr Cech. Ole Gunnar Solskjaer, Kieran McKeena, Emilio Alvarez, dan Michael Carrick saling berpelukan satu sama lain. Sementara Mike Phelan bersikap santai dan seolah menganggap gol itu biasa-biasa saja.

Jalan United begitu mulus sejak dipegang oleh The Baby Faced Assasin. Di saat David Moyes, Jose Mourinho, dan Louis van Gaal butuh 14 serta 16 pertandingan untuk meraih delapan kemenangan, maka Ole hanya membutuhkan delapan pertandingan saja. Apa yang dilakukan Ole bahkan tidak bisa dibuat oleh Sir Matt Busby dan Alex Ferguson. Bahkan Ferguson, yang menjadi manajer terbaik United sepanjang masa klub, butuh 16 pertandingan untuk meraih delapan kemenangan.

Ketika pertama kali datang ke United, Ole mengungkapkan kalau dirinya akan berusaha membawa United ke empat besar dan kembali ke jalur kemenangan. Namun, tidak ada yang menyangka kalau sejauh ini hasilnya begitu luar biasa. Ada perbedaan yang terlihat jelas dari penampilan United sebelum Ole dan setelah Ole datang. Seperti tugasnya sebagai pemain, kini perannya sebagai supersub di dunia kepelatihan berjalan dengan baik.

Girang di Manchester, lesu di London Utara. Bukan tentang Arsenal yang dikalahkan United, melainkan mengenai Tottenham Hotspur. Pelatih mereka, Mauricio Pochettino, sedang memasuki fase yang cukup buruk bersama The Lilywhites. Kurang dari sepekan, mereka kehilangan dua gelar yang bisa menambah megah CV Pochettino. Spurs kalah adu penalti dari Chelsea pada semifinal Piala Liga, sementara di Piala FA giliran Crystal Palace yang mengeliminasi mereka.

“Saya tidak setuju kalau pencapaian dinilai dari trofi. Trofi hanya akan membangun ego Anda. Yang paling penting untuk Tottenham sekarang adalah berada di top four,” kata pria asal Argentina tersebut.

Pochettino boleh memberikan alasan, namun faktanya Spurs bukan sekali ini saja kehilangan kesempatan untuk meraih gelar meski hanya Piala FA ataupun Piala Liga. Selisih yang cukup jauh dengan Liverpool serta persaingan Liga Champions yang sangat sulit, membuat Spurs kemungkinan besar akan kembali puasa gelar yang sudah berlangsung sejak 2008.

Tidak hanya kehilangan gelar, Pochettino juga kehilangan beberapa pemainnya. Harry Kane dan Dele Alli absen hingga bulan Maret. Son Heung Min mengaku kalau ia begitu kelelahan saat bermain bersama Korea Selatan di Piala Asia. Beberapa pemain yang baru pulih seperti Lucas Moura juga belum menunjukkan penampilan yang optimal.

Di sisi lain, United begitu percaya diri bersama kuintet Ole, Mike, McKeena, Carrick, dan Alvarez. Kemenangan atas Arsenal dan Spurs di kandang mereka masing-masing, membuat mereka kini tidak lagi takut menghadapi klub besar.

“Gaya main kami telah berubah banyak dari paruh pertama musim ini. Laga kedua menghadapi Liverpool? Kami yakin akan tampil jauh lebih baik dari pertemuan pertama saat kami kalah 3-1. Saya yakin kami akan memenangi laga,” kata Jesse Lingard.

Baik Ole dan Poche kini sedang berada dalam sorotan. Selain performa tim yang bertolak belakang, keduanya menjadi sorotan karena dijagokan sebagai manajer Manchester United berikutnya.

Hingga tulisan ini dibaca, manajemen Setan Merah masih berada dalam persimpangan apakah memilih tetap mempertahankan Ole atau terus menggoda Pochettino. Dilansir dari Mirror, manajemen tidak mau terburu-buru mengangkatnya sebagai pelatih tetap meski mendapat banyak sekali dorongan dari para penggemar untuk tetap mempertahankan Ole. Meski begitu, salah satu jurnalis Manchester Evening News, Duncan Castles, menyebut kalau Ole kemungkinan akan menjadi pelatih United berikutnya ketimbang Poche.

“Saya rasa Solskjaer opsi yang lebih masuk akal dan realistis ketimbang Pochettino. Solskjaer punya klausul rilis yang lebih murah daripada Pochettino. Saya yakin keluarga Glazers akan sangat tertarik dengan kondisi itu,” katanya.

Pochettino disebut-sebut memiliki klausul penebusan senilai 35 hingga 40 juta paun. Sementara Ole hanya memiliki klausul penebusan jauh dibawah nilai yang dimiliki Pochettino. Berbicara dari segi ekonomi, memilih Ole merupakan keputusan yang paling bijak. Ketimbang mengeluarkan 40 juta paun untuk menebus pelatih, uang tersebut bisa digunakan sebagai tambahan untuk membeli pemain.

Nama Pochettino lebih diincar karena pengalamannya di Premier League dan sudah menjalani ratusan pertandingan. Dia bisa mengangkat Southampton dengan tim yang mayoritas diisi pemain muda menjadi kuda hitam pada musim 2013/2014. Bersama Spurs, ia membawa klub ini menjadi langganan Liga Champions dalam beberapa musim terakhir.

Sementara Ole dinilai sebagai legenda klub yang tahu seluk beluk tentang tim ini sebagai pemain maupun pelatih tim cadangan. Ia juga sudah mengenal Pogba dan Jesse Lingard sehingga kedua pemain ini bisa tampil jauh lebih baik ketimbang bersama Mourinho.

Ole bahkan jauh lebih unggul dari Pochettino sejak dirinya datang ke Manchester. Dia punya poin yang lebih banyak (18 melawan 12), jumlah kemenangan yang lebih banyak (8 melawan 6), angka kebobolan sedikit (4 melawan 7), dan kemenangan liga lebih banyak (6 melawan 4). Dan yang paling utama, Ole punya kesempatan menutup musimnya sebagai caretaker dengan gelar juara.

Dengan segala pencapaian keduanya, lantas menurut Anda siapa yang paling cocok menangani United. Ole atau Pochettino? Atau akankah muncul poros ketiga dari nama-nama seperti Diego Simeone, Antonio Conte, hingga Massimiliano Allegri? Entahlah, namun yang pasti siapa yang layak menangani Setan Merah baru bisa dilihat ketika musim 2018/19 berakhir. Akan tetapi, pihak manajemen saat ini sedang mengalami kebingungan yang luar biasa untuk menentukan pilihan.