Penyerang Manchester United Anthony Martial akhirnya mengakhiri puasa gol internasionalnya selama lima tahun. Di mana ia berhasil menyamakan kedudukan untuk timnas Prancis dalam hasil imbang 1-1 dengan Ukraina di laga Kualifikasi Piala Dunia.
Martial yang saat ini berusia 25 tahun memimpin lini depan tim Didier Deschamps setelah absennya Kylian Mbappe karena cedera. Sementara Karim Benzema sengaja ditaruh di bangku cadangan sebelum akhirnya ia dimasukkan saat babak kedua.
Sebelum laga tersebut, Martial hanya mencetak satu gol dalam 28 pertandingannya untuk Prancis. Rekornya ini mirip seperti rekornya di level klub yang juga tidak terlalu bagus akhir-akhir ini. Ia hanya berhasil mengoleksi dua gol saat United menang 9-0 atas Southampton pada Februari lalu. Dan itu jadi dua gol terakhir yang ia cetak.
Setelah gol di laga vs Ukraina, Martial sedikit mengatakan kepada media berita Prancis L’Equipe tentang kegembiraannya. Ia merasa senang akhirnya bisa mencetak gol lagi untuk Prancis. “Sudah lama sejak saya mencetak gol di timnas, jadi itu sangat membuat saya senang,” ujarnya.
Meskipun menyelamatkan satu poin untuk tim Deschamps, penampilan penyerang United itu tetap mendapat banyak kritik keras. Martial hanya memiliki 26 sentuhan bola dalam 64 menitnya berada di lapangan, sebelum kemudian ia digantikan oleh Benzema.
Martial mungkin berharap bahwa gol yang ia cetak ini dapat berfungsi sebagai batu loncatan untuk menyalakan kembali kariernya di Old Trafford. Namun, agaknya peluang semacam itu sangat jauh, dan bahkan bisa dibilang kemungkinannya jauh lebih kecil dari sebelumnya.
Pasalnya Anthony Martial telah diberi kesempatan untuk mengukuhkan posisinya sebagai pemain nomor sembilan pilihan pertama United di awal musim lalu. Tetapi ia gagal memanfaatkan kesempatan itu. Sekarang, ia malah harus menghadapi persaingan ketat dari pemain seperti Edinson Cavani, Mason Greenwood dan Cristiano Ronaldo.
Selama musim 2019/2020, karier Martial di United tampaknya akan menanjak setelah ia berhasil membantu tim Ole Gunnar Solskjaer finis di peringkat ketiga dengan torehan 23 gol 12 asis. Namun, sejak itu justru kariernya di United mengalami hambatan dan terbilang menurun. Dan pasti banyak yang bertanya, mengapa bisa begitu?
Beberapa pundit menyimpulkan bahwa meningkatnya persaingan untuk mendapatkan tempat di tim utama United hampir pasti menjadi sebab utamanya. Seperti yang bisa dilihat di beberapa tahun terakhir, di mana Martial bersinar ketika ia tahu kalau ia adalah pemain starter yang dijamin jam terbangnya.
Maka dengan kondisi seperti itu, pemain asal Prancis tersebut jelas menjadi pemain yang memiliki percaya diri tinggi dan ia mampu menghasilkan permainan sepakbola terbaiknya. Karena ia sangat tahu betul, bahwa ia sudah memiliki rasa kepercayaan dari manajernya.
Namun di musim lalu, Solskjaer tampaknya menurunkan kepercayaannya pada Martial dan itu mengakibatkan penampilannya menurun. Jadi itu sudah pasti secara otomatis membuat kita semua bertanya-tanya bakal seperti apa masa depan Martial sekarang. Apalagi dengan ditambah sebuah kondisi di mana ia memiliki pesaing kuat seperti Ronaldo. Maka sulit sekali membayangkan bahwa Martial bisa punya posisi di lini depan United.
Solskjaer mungkin akan memilih Ronaldo sebagai striker utama karena ia adalah salah satu pencetak gol terhebat yang pernah ada di dunia sepakbola. Pun dengan Cavani, meski sudah berusia 34 tahun, ia juga tidak bisa diabaikan karena ia berhasil tampil luar biasa setiap kali ia bermain. Ditambah lagi ia mampu mencetak beberapa gol penting untuk Setan Merah musim lalu.
Menjadi wajar tampaknya, mengapa sebagian besar suporter United telah menerima kenyataan bahwa Martial tidak akan pernah berhasil di klub. Meski ketika ia tiba di Old Trafford pada tahun 2015, semua suporter sangat mengharapkan Martial bisa berkembang di United. Terutama setelah gol debutnya melawan Liverpool.
Tapi ternyata yang terjadi tidaklah sesuai ekspektasi mereka semua. Solskjaer sendiri bahkan malah memilih opsi penyerang lain setelah ia melewati dua jendela transfer terakhir United. Maka sulit sekali dibayangkan, dan mungkin tidak terpikirkan bahwa Martial akan dipilih lagi sebagai opsi di antara Ronaldo dan Cavani.
Jadi, apakah karier Martial di United sudah berakhir? Atau adakah tempat lain di tim yang bisa ia tempati dan membuatnya punya potensi dalam membuat perbedaan?
Pertandingan terakhir United di liga kala melawan Wolverhampton Wanderers mungkin bisa jadi sedikit bahan penilaian. Karena di sana memperlihatkan performa terakhir Martial yang datang dari bangku cadangan. Di mana ia bermain di sisi kiri di antara tiga pemain depan United –sebuah posisi yang biasa ia mainkan di awal kariernya.
Gol debutnya ke gawang Liverpool pun adalah output terbaik dari posisinya di kiri. Maka itu bisa disimpulkan betapa efektifnya mantan penyerang AS Monaco itu di pos sayap kiri. Ia bisa melakukan cut inside dan mengikat Martin Skrtel –di laga debutnya vs Liverpool– sebelum memasukkan bola ke sudut gawang.
Dengan begitu, jelas kalau Martial memiliki kemampuan untuk bermain di sayap kiri. Hanya saja masalahnya, ia tidak bisa bermain di sana secara reguler. Apalagi saat ini United memiliki banyak pilihan di posisi kiri. Di sana ada pemain seperti Marcus Rashford, Paul Pogba dan Jadon Sancho. Dan semuanya dapat mengisi peran tersebut dengan maksimal.
Beberapa suporter United mungkin saat ini ada yang masih menyimpan harapan kepada Martial. Dan mungkin juga mereka masih berkeinginan melihat Martial memiliki peran besar dalam kesuksesan tim. Tapi sekali lagi, kemungkinan itu sangat kecil. Karena Martial harus beradaptasi serta membuat Solskjaer kembali percaya dengan perubahan posisinya.
Anthony Martial tentu saja memiliki bakat yang potensial dan akan sangat disayangkan jika melihat seorang pemain sepertinya pergi dari United dengan status tidak terpakai. Hanya saja saat ini, rasanya semua itu bergantung pada apakah Solskjaer dapat menemukan formula khusus untuknya atau tidak. Dan jika jawabannya adalah “tidak”, maka mau tidak mau, opsi terbaik bagi Martial adalah pergi dari United.