Biasanya, ketika klub memecat manajer, maka rombongannya akan ikut pergi. Ini yang terjadi ketika Sir Alex Ferguson pensiun. David Moyes lebih memilih membawa staf pelatihnya dari Everton, Steve Round, Chris Woods, dan Jimmy Lumsden. Akibatnya, Mike Phelan dan Eric Steele yang merupakan orang kepercayaan Fergie ikut terdepak.
Pelatih sekaliber Mike Phelan saja bisa terdepak. Padahal, ia sudah “dititipkan” Fergie pada Moyes. Karena Phelan adalah orang yang paling tahu di tim, sementara Moyes dan orang bawaannya orang-orang baru yang tak tahu budaya di klub. Namun, posisi pelatih adalah kewenangan sepenuhnya manajer yang memimpin. Seperti halnya pemilihan kiper, pemilihan pelatih juga ada faktor like and dislike.
Hal senada juga mestinya terjadi pada Emilio Alvarez yang merupakan pelatih kiper Manchester United saat ini. Alvarez didatangkan saat saga transfer David De Gea ke Real Madrid batal. Didatangkannya Alvarez menjadi penting karena ia adalah pelatih kiper yang pernah bekerja sama dengan De Gea di Atletico Madrid.
Sebelum Alvarez datang, De Gea sudah memenangi tiga penghargaan pemain terbaik Manchester United selama tiga tahun beruntun. Kehadiran Alvarez dianggap memupus kekhawatiran De Gea soal hadirnya stagnansi dalam pengembangan dirinya sebagai kiper. De Gea merasa kalau Alvarez punya pemikiran maju dan persiapan yang baik jelang musim dimulai, dan itu adalah nilai yang penting buatnya.
Selain masalah taktik, Alvarez juga menjadi perekat utamanya antar-pemain berbahasa Spanyol, yang paling utama tentu David De Gea, Juan Mata, dan Ander Herrera. Keempatnya bahkan sering berangkat bersama ke tempat latihan United di Carrington. Alvarez yang “menjaga” ketiganya agar tidak “aneh-aneh” di Manchester.
Misalnya saja, beberapa pesepakbola dikenal karena kehidupan malamnya. Akan tetapi De Gea, Mata, dan Herrera, biasanya berkumpul bersama Alvarez untuk makan-makan dan membawa serta keluarga mereka. Keempatnya juga punya kesebelasan kesukaan masing-masing. Herrera misalnya, adalah penggemar garis keras Real Zaragoza. Juan Mata mendukung mantan klubnya, Real Oviedo, sementara kesebelasan kesukaan De Gea adalah Alcoron. Di sisi lain, Alvarez mendukung mantan klubnya Extremadura. Uniknya, semua kesebelasan kesukaan mereka bermain di Segunda Division.
Karier Emilio Alvarez
Emilio Alvarez awalnya adalah pesepakbola. Namun, ia pensiun muda di usia 30 tahun. Pasalnya, ia sudah tiga kali naik ke meja operasi untuk urusan yang sama: lutut. Gara-gara lututnya itu, ia tak bisa menampilkan permainan terbaik.
Setelah memutuskan pensiun, Alvarez kemudian mengambil dua kursus, yang satu kursus kepelatihan, dan satunya lagi kursus sports directorship. Ia pun kembali ke Real Madrid, kesebelasan masa kecilnya, sebagai pelatih tim muda. Di Madrid ia bertemu Quique Sanchez Flores yang nantinya akan membawa Alvarez ke Valencia.
Salah satu pemain yang pernah dilatih Alvarez adalah Jordi Codina ketika ia bermain di Real Madrid Castilla selama dua tahun. Selama dua tahun itu, keduanya menjalin hubungan baik. Ada yang unik dari Alvarez karena ia membawa sesi latihan baru yang belum pernah dilakukan sebelumnya.
“Dia membantu kami meningkatkan di berbagai aspek secara fisik dan teknik, dengan pendekatan pada kecepatan, lompatan, dan reaksi. Sesi latihannya benar-benar baru dan original. Dia punya reputasi yang bagus di Spanyol. Semua orang yang bekerja dengannya cuma punya hal baik tentangnya. Diego López, Kiko Casilla, Santi Cañizares, semuanya memberikan review yang bagus,” tutur Codina.
“Tidak mengejutkan bagiku [kini dia bekerja di United]. Sejak awal sudah jelas kalau dia akan menjadi pelatih top. Dia mengajari kami banyak hal. Kiper-kiper yang bekerja denganku merasakan benefit yang besar darinya.”
Setelah dari Valencia bersama Sanchez Flores, Alvarez kemudian bergabung dengan Atletico pada 2009. Di sana ia bertemu dengan David De Gea muda yang ia siapkan untuk masuk ke tim utama.
“Dia bersama De Gea di Atletico ketika De Gea debut di La Liga. Mereka punya hubungan baik dan berlanjut di Manchester. Alavarez amat dekat dengan kiper yang ia latih. Dia selalu memberi opininya tentang apa yang ia pikirkan dan apa yang ia pikir harus dilakukan. Anda akan membuat keputusan sendiri, tapi Alvarez memberikan saran atas kualitas apa yang bisa ditingkatkan,” tutur Codina.
Codina menyebut kalau Alvarez layaknya rekan setim. Dia menempatkan banyak rasa percaya pada kiper ddidikannya. Ia juga membantu para pemain dalam urusan sehari-hari. Saat masa-masa sulit, misalnya, para pemain bisa bicara padanya seperti bicara pada psikologis. Ia membantu sebisanya agar si pemain bisa melewati masa sulit itu.
Kehadiran Alvarez setidaknya membantu De Gea tinggal dengan nyaman di Manchester. Apalagi De Gea masih punya ambisi untuk memenangi Liga Champions. Diperlukan kesabaran yang luar biasa untuk bertahan, ketika ada kesebelasan yang lebih difavoritkan juara, mengetuk pintu De Gea untuk mengajaknya bergabung.
Kehadiran Alvarez bukan cuma meningkatkan kenyamanan, tapi juga kualitas De Gea utamanya usai ditinggalkan Eric Steele. Ia juga bisa membantu kehidupan para perantau utamanya yang berbahasa Spanyol di Manchester. Jadi, sudah mengerti mengapa Alavarez tak dibuang dari staf kepelatihan United?
Sumber: Manchester Evening News.