Beberapa waktu lalu, Jesse Lingard dan Marcus Rashford kompak mengunggah angka “0,012%” dalam instagram story mereka. Angka dengan font berwarna putih yang diikuti dengan latar belakang hitam tersebut dianggap sebagai cara mereka melawan kritik yang diterima keduanya pada akhir pekan lalu.
Dalam acara Treble Reunion yang berlangsung Minggu kemarin (26/5), Rashford dan Lingard diundang oleh MUTV sebagai tamu. Akan tetapi, sambutan para penggemar United, khususnya di dunia maya, kepada mereka cukup keras. Banyak dari mereka yang menyerang kedua pemain jebolan akademi tersebut.
Kecaman bahkan semakin keras setelah mereka mengunggah angka 0,012 tersebut. Lingard dan Rashford dianggap anti kritik dan arogan. Mereka tidak mau tahu kalau angka tersebut diposting Lingard dan Rashford sebagai bukti kalau mereka berhasil menembus kerasnya kompetisi Premier League disaat banyak sekali para pemain yang tidak seberuntung mereka.
Mayoritas para pengkritik masih kecewa terhadap penampilan kedua pemain ini sepanjang musim lalu. Rashford misalnya, ia tidak pernah mencetak gol dalam delapan pertandingan sebelum musim 2018/19 berakhir. Di sisi lain, Lingard dianggap belum menunjukkan kematangan sebagai seorang pemain sepakbola meski usianya sudah 27 tahun.
Selain tentang performa di atas lapangan, gaya pakaian mereka juga ikut menjadi sasaran. Khususnya ketika hadir pada laga treble reunion kemarin. Keduanya datang dengan mengenakan setelan mewah, terutama Lingard yang datang dengan memakai kacamata sehingga sisi fashionable dalam dirinya semakin menonjol. Kacamata yang membuat akun twitter Paddy Power berharap Jaap Stam mau menariknya dari wajah Lingard.
Ada yang kontra, namun ada juga yang membela Rashford dan Lingard. Mereka yang pro rata-rata menganggap kalau kedua pemain ini tidak melakukan kesalahan yang cukup fatal. Selain itu, musim lalu juga sudah selesai dan tidak perlu diungkit-ungkit lagi. Fokus mendukung United pada musim depan dianggap sebagai cara yang jauh lebih baik ketimbang mengkritik para pemain United yang sudah berjuang mati-matian di atas lapangan.
Liam Corless adalah salah satu yang membela Rashford dan Lingard. Jurnalis Manchester Evening News ini merasa kalau mengkritik Rashford dan Lingard hanya karena gaya berbusananya yang mewah adalah sesuatu yang tidak tepat sasaran dan berlebihan.
“Apakah Rashford dan Lingard harus muncul dengan pakaian compang-camping hanya untuk menunjukkan musim lalu yang buruk? Bisa dimengerti kalau para penggemar United frustrasi melihat keadaan klub tetapi kritik kepada mereka sangat berlebihan,” kata Corless dalam tulisannya di situs resmi MEN.
“Beckham dan Cristiano Ronaldo meluncurkan label fashion mereka selama berkarier di United tapi kritik yang mereka terima lebih sedikit ketimbang Lingard yang hanya datang ke sebuah acara dengan memakai kacamata. Kalau mau mengkritik mereka, kritiklah kinerja mereka saat bermain di atas lapangan.”
Meski begitu, Corless menambahkan kalau kritik sudah menjadi risiko yang harus diterima oleh Lingard dan Rashford sebagai pemain MU. Secara tidak langsung, ia juga memberi saran kepada keduanya. Alih-alih mengunggah angka 0,012% yang membingungkan, mereka sebaiknya memberi bukti ketika diberi kesempatan lagi pada musim depan.
“Masalahnya, para penggemar United tidak peduli dengan persentase keberhasilan pemain akademi bermain di Premier League. Yang lebih penting bagi mereka adalah sepakbola yang baik, kesuksesan, trofi, dan jika hal tersebut tidak bisa dipenuhi, maka ada masalah. Rashford dan Lingard harus menerimanya dan mereka harus bangkit musim depan,” tutur Corless menambahkan.
Makna yang tidak jauh berbeda diungkapkan oleh Andy Mitten. Penulis buku tentang Manchester United yang karyanya kerap masuk best seller ini berusaha melindungi kedua pemain tersebut dengan meminta mereka untuk tidak menggubris segala kritikan yang datang. Dalam tulisannya di South China Morning Post, Andy bahkan balik mengkritik para kritikus Rashford dan Lingard tersebut dengan sebutan idiot dan meminta mereka memakai media sosial dengan bijak.
“10 ribu orang idiot menyukai tweet tentang Jaap Stam yang ingin menampar Lingard agar kacamatanya terlepas. Niat tulus para pemain dirusak oleh penggemarnya sendiri. Mereka semua rata-rata mengaku suporter tapi tidak mengerti budaya mendukung dengan baik,” tutur Andy.
“Twitter adalah limbah yang bisa menghasilkan informasi salah dan kebencian. Saya khawatir akan kecerdasan umat manusia yang percaya kalau kutipan Roy Keane yang menyebut tendangan Rashford telah membunuh penggemar berkursi roda itu nyata. Reaksi-reaksi seperti ini berbahaya dan pemain harus menghindarinya”
“Pemain sepakbola kerap dianggap tidak melakukan pekerjaannya dengan benar. Ketika mereka bermain aman dan men-tweet positif dengan keinginan untuk bangkit lebih kuat, mereka pasti akan dikritik karena tidak sesuai dengan kenyataan. Ketika mereka bermain buruk, maka mereka akan tetap mendapat kritik yang mengarah ke pelecehan,” ujarnya.
Selain kedua jurnalis ini, ada beberapa pihak yang merasa kalau kritikan kepada Rashford dan Lingard adalah sesuatu yang berlebihan. Akun twitter @toccomotion misalnya. Ia merasa kalau kedua pemain ini tidak layak dikritik karena musim lalu mereka tampil tidak terlalu buruk.