Foto: Marca

“Tiap kali mereka kalah, mereka akan bilang ‘kami akan bangkit’ atau ‘kami akan bersatu’. Mana hasilnya, tidak terlihat,” kata Roy Keane kepada Sky Sports setelah melihat Manchester United luluh lantak di tangan Liverpool dengan skor 4-0.

Memang hebat Manchester United musim ini. Performa mereka di atas lapangan sanggup membuat seorang Roy Keane yang dikenal arogan dalam berkomentar tiba-tiba mendadak kehabisan kesabaran. Sang mantan kapten ini bahkan mengaku sudah tidak bisa lagi marah dan bahkan sudah masuk dalam fase sedih melihat United bermain.

Roy Keane bahkan dengan berani berkata kalau ini bukanlah Manchester United tempat dirinya dulu pernah menghabiskan 12 tahun karier sepakbolanya. Singkatnya, dia sudah kehabisan kata-kata.

Lagian, mau marah-marah terus juga percuma. Beberapa kali dia dan rekannya sesama legend macam Gary Neville dan Paul Scholes menyindir performa United ketika bermain, tapi hasilnya nihil. Tidak ada perubahan yang konsisten ke depannya. Itulah kenapa dia kesal banget ketika mendengar kata-kata manis para pemain Setan Merah setelah mereka mengalami kekalahan.

Keane adalah representasi dari kita, fans United di seluruh dunia, yang muak dengan kata-kata sok puitis dari pemain. Beberapa kali kalimat “Comeback stronger”, “We must unite”, “We must regroup”, atau “We must stick together” muncul tiap kali United mengalami kekalahan dan bermain buruk.

Satu dua kali okelah asal mereka ada perubahan. Tapi ketika kalimat ini terus-terusan muncul, lama-lama kuping kita semua jadi enek mendengarnya. Saking keseringan diutarakan, lama-lama kita bersikap apatis karena sudah tahu ke depannya pemain ini kembali berulah. Macam kekasih kita yang akan terus meminta maaf karena ketahuan selingkuh tapi kemudian perbuatan itu diulangi lagi keesokan harinya.

Atau bagi yang sedang proses PDKT, kalimat puitis pemain United ini laksana sebuah harapan yang dimunculkan oleh si dia, tapi kemudian padam karena si dia tidak benar-benar menyukai Anda.

Lama kelamaan kalimat tersebut bukan dipakai sebagai motivasi para pemain untuk bermain jauh lebih bagus melainkan hanya sebagai tameng para pemain untuk berlindung dari banyaknya hujatan yang mereka terima.

Terpantau ada dua pemain United yang bereaksi di depan media setelah kekalahan telak melawan Liverpool tersebut. Dia adalah Bruno Fernandes dan Jesse Lingard. Bruno menyebut kalau semua orang di United harus berkaca dari atas hingga bawah lalu memahami apa yang salah. Dia juga berkata kalau ia dan rekan setimnya harus berjuang karena membela klub besar. Di sisi lain, Lingard berjanji kalau ia dan rekannya akan bekerja keras untuk bisa mendapat hasil baik di laga berikutnya.

Kita semua sudah enek dengan ucapan-ucapan lip service tersebut. Apalagi Bruno yang sempat berkata kalau Liverpool bertarung untuk titel, sedangkan timnya bertarung tidak untuk apa-apa. Entah apakah Bruno baca koran atau tidak karena peluang United ke Liga Champions masih terbuka dan empat besar adalah titel bagi United.

Ada baiknya para pemain United ini melakukan Silenzio Stampa, sebuah terminologi asal Italia yaitu menolak segala bentuk wawancara kepada media baik sebelum atau sesudah laga. Hal ini dilakukan semata-mata agar mereka fokus untuk latihan, bermain, dan mendapat kemenangan.

Di Italia, hal seperti ini lazim digunakan untuk meredam susasana. Alih-alih berkomentar yang membuat fans semakin berang, mereka memilih untuk diam, tidak melayani segala bentuk wawancara apa pun. Yang ada di pikiran pemain hanyalah berlatih, berlatih, dan berlatih.

Sayangnya, sulit untuk melakukan hal seperti ini di Inggris. Premier League mewajibkan mereka untuk melayani wawancara setidaknya kepada media yang bekerja sama dengan mereka. Jika tidak, maka akan ada denda yang menanti. Ferguson sempat melakukannya saat ia memboikot BBC beberapa tahun lalu. Hal ini memaksa United untuk menyisihkan anggaran mereka setiap tahun hanya untuk membayar denda.

Sebenarnya saya menunggu Keane untuk menelepon kedua pemain ini lalu berteriak ‘BACOT’ di telepon mereka. Sayangnya, saya tidak tahu apakah Keane akan melakukannya atau tidak. Lagipula, Keane bukan orang Indonesia dan saya juga kurang tahu apakah ada kata bahasa Inggris yang memiliki arti sama dengan bacot karena bagi saya kata ‘bacot’ lebih menohok dari kata lain macam ‘Shut up you mouth’ atau yang lainnya.

Karena kita semua sudah tahu next match nanti seperti apa. United akan melawan Arsenal yang kepercayaan dirinya sedang bagus setelah mengalahkan Chelsea. Hasil imbang di Emirates akan menjadi kemenangan bagi United meski tidak akan mengerek posisi mereka. Jika kalah, maka siapkan telinga kalian untuk mendengarkan kalimat-kalimat manis lainnya yang keluar dari mulut pemain ini.