Harapan mendapatkan posisi empat besar bagi Manchester United telah pupus setelah bermain imbang 1-1 dengan Huddersfield. Hasil ini benar-benar meninggalkan pekerjaan-pekerjaan yang berat untuk sang manajer Ole Gunnar Solskjaer. Apalagi ditambah dengan persoalan-persoalan baru yang muncul, kian menunjukkan bahwa klub sedang berada dalam kondisi yang sangat krisis.

Maka yang jadi pertanyaan, apakah bisa Solskjaer menyelesaikan semua pekerjaan tersebut dan membalikkan nasib United “ke tempat semula”?

Musim ini pasukan Setan Merah betul-betul mencapai titik terendah. Mereka juga seolah tidak bisa merealisasikan ekspektasi besar mereka ketika harus ditahan imbang 1-1 oleh Huddersfield. Hasil ini pun telah dinilai memalukan, dan menjadi hasil yang menggarisbawahi skala kesuksesan yang dimiliki Ole Gunnar Solskjaer sejak ia menjabat sebagai manajer United.

Di sisi lain, sebenarnya Pogba dan kawan-kawan punya peluang besar saat bertanding di laga terakhir mereka. Karena lawan United hanyalah Huddersfield, tim yang telah kehilangan 23 dari 25 pertandingan terakhir mereka di semua kompetisi. Dalam enam pertandingan terakhir mereka saja, mereka sudah kebobolan 21 gol. Bahkan, Huddersfield sudah dipastikan terdegradasi sejak Maret, dan mencatatkan poin terendah dalam sejarah Premier League.

Maka, jika melawan tim sekelas Huddersfield saja mendapat hasil kurang memuaskan, itu berarti memperjelas bahwa Manchester United saat ini sangat butuh sebuah perbaikan. Kendati memang, Solskjaer sendiri sempat memiliki peluang untuk mengakhiri musim yang suram dengan catatan baik, namun pada kenyataannya, ia gagal. Tiket untuk masuk ke Liga Champions musim depan pun harus terhenti di tangan Huddersfield.

Padahal sebelumnya, kebangkitan tim The Red Devils di bawah Solskjaer sempat menunjukkan tanda-tandanya. Di mana ketika itu mereka berhasil memenangkan 14 dari 17 pertandingan di semua kompetisi. Mereka juga selalu tampil mirip seperti saat masa-masa gemilang Manchester United di tiap pekannya. Namun sekarang, hal-hal seperti itu tampak terasa menguap kembali.

Sekarang, banyak indikasi-indikasi soal penyebab mengapa United harus mengalami penurunan performa seperti itu di detik-detik akhir musim 2018/2019. Hal ini kemudian memunculkan sebuah persoalan baru yang menanti Ole Gunnar Solskjaer kedepannya. Ya, persoalan itu adalah pekerjaan berat untuk melakukan sebuah perbaikan di United.

Kelemahan lini pertahanan

Berkat Solskjaer, United sempat masuk ke dalam persaingan untuk perebutan posisi empat besar setelah Jose Mourinho dipecat dan meninggalkan klub pada Desember lalu. Namun, pria asal Norwegia itu perlahan mendapati skuadnya berada dalam kondisi yang tidak seimbang, terutama pada aspek bertahan. Kelemahan mereka itu pun terlihat jelas pada akhir pekan lalu.

Kala itu, dua kali –satu kali di babak pertama dan satu kali di babak kedua– Phil Jones mengoper bola secara langsung ke pemain Huddersfield ketika tidak ada tekanan apapun dalam area pertahanan United. Selain itu, penampilan pemain bek sayap seperti Luke Shaw juga tampak kurang maksimal, dan bahkan Gary Neville menggambarkan permainan pemain asal Inggris itu sebagai “permainan yang memalukan”.

Dengan bentuk pertahanan seperti itu, akhirnya harus membuat United kebobolan 52 gol di musim ini. Jumlah kebobolan yang lebih banyak dari Newcastle, Crystal Palace, Leicester, Everton atau Wolves. Oleh karenannya, mungkin, aspek pertahanan adalah pekerjaan berat pertama Solskjaer yang harus benar-benar segera diatasi demi terciptanya skuad yang mempuni di musim depan nanti.

Sikap pemain yang mulai dipertanyakan

Kesalahan individu yang kerap dipertontonkan para pemain United membuat Solskjaer sedikit marah. Cara dan bentuk build-up permaianan mereka pun sekarnag mulai kembali seperti sebelumnya, yaitu “tidak jelas”. Ini semua diperparah dengan sikap keseluruhan para pemain yang mulai mengkhawatirkan.

Memang, para suporter berhak bertanya-tanya, “mengapa struktur skuad United kembali menjadi buruk pasca pengangkatan Solskjaer sebagai manajer tetap tim, dan mengapa para pemain United mengalami penurunan performa yang sangat dramatis?”

Kendati Solskjaer telah berbicara tentang keinginannya untuk membuat United menjadi tim yang paling tangguh, tetapi mereka masih jauh dari target itu sekarang. Bahkan pemain seperti Paul Pogba, justru tampak tidak maksimal dalam merealisasikan keinginan tersebut ketika ia bermain di atas lapangan dalam beberapa pekan terakhir.

Maka, untuk membalikkan keadaan seperti itu, Solskjaer membutuhkan perubahan total. Perubahannya pun bukan hanya soal perubahan fisik, akan tetapi juga perubahan mental dan sikap para pemain.

Sanchez menggambarkan kesalahan urus manajemen klub

Kelesuan penampilan Manchester United adalah hasil dari salah urus pemain selama bertahun-tahun. Hal ini juga ditandai dengan buruknya bentuk Alexis Sanchez sejak ia direkrut awal tahun 2018 lalu. Situasi Sanchez juga dinilai jauh berbanding terbalik dari apa yang pernah ia rasakan di Arsenal.

Di sisi lain, pemain asal Chili itu sebenarnya diberikan start pertamanya – sejak awal Maret 2019– saat United melawan Huddersfield pada pekan lalu.  Tapi, ia hanya bermain untuk meninggalkan lapangan karena cedera di awal babak kedua. Ia kemudian digantikan Tahith Chong di menit ke-54. Situasi seperti itu kembali meringkaskan penampilannya bersama United, yang juga mungkin akan menjadi penanda bahwa kariernya sudah berakhir.

Padahal, Sanchez sempat diembel-embel akan menjadi pemain bintang baru Old Trafford setelah mendapat bayaran tertinggi di Premier League ketika United mengontraknya dari Arsenal. Akan tetapi, sejak itu pula ia hanya mampu mencetak lima gol dalam 45 penampilannya. Ia benar-benar terindikasi telah kehabisan masa jayanya.

Bagaimana tidak? Di musim ini saja, ia baru memulai sembilan pertandingan di Premier League. Selain itu, kontrak mewahnya semakin memperumit dirinya untuk keluar dari United pada jendela transfer musim panas nanti. Sanchez, bisa dibilang, adalah korban keganasan “salah urus” pihak manajemen klub The Red Devils.

***

Terlepas dari semua itu, pandangan positif masih tetap bisa didapatkan Ole Gunnar Solskjaer untuk kedepannya. Ia hanya perlu mulai memberanikan dirinya di bursa transfer musim panas nanti, untuk melakukan segala upaya demi “membuang” semua hal buruk dan “meraih” semua hal baik bagi skuadnya. Itu diperlukan agar nasib sial tidak terjadi lagi di United pada musim berikutnya.

 

Sumber: Sky Sports