Siapa yang tidak kenal sosok Pavel Nedved. Dia adalah salah satu gelandang terbaik yang pernah dimiliki Repulik Ceska dan sepakbola dunia. Banyak prestasi yang sudah ia raih bersama Lazio dan Juventus, dua dari tiga klub yang menjadi tempatnya menimba karier. Puncak kesuksesan Nedved tentu saja saat ia dianugerahi gelar Ballon d’Or pada tahun 2003.

Berposisi sebagai Winger dan Attacking Midfielder, Nedved dibekali dengan tendangannya yang keras. Kecepatannya pun cukup mumpuni untuk menyisir sisi pertahanan lawan. Selain itu, ia mempunyai kelebihan lain yaitu kekuatan di kedua kakinya. Nedved punya kaki kiri dan kanan yang sama baiknya. Ciri khas lain yang dimiliki adalah rambut pirang serta loyalitasnya bersama Bianconeri.

Bayangkan jika atribut tersebut ia tampilkan dengan kaus merah Manchester United. Si pemain ternyata benar-benar pernah mendapat tawaran dari Setan Merah. Hal itu ia ungkapkan dalam wawancara resminya bersama Telegraph terkait persiapan Juventus, tim yang kini memberinya jabatan sebagai Wakil Presiden, menghadapi Atletico Madrid pada 16 besar Liga Champions.

Mantan pemain Sparta Praha ini mengaku sebagai penggemar Premier League dan Manchester United adalah kesebelasan favoritnya. Ia juga mengagumi sosok Sir Alex Ferguson, manajer yang ia anggap prestasinya tidak bisa disamakan oleh siapa pun.

“Saya selalu mengapresiasi sepakbola Inggris dan Premier League. Saya selalu menyukainya. Agen saya menerima beberapa tawaran dan saya akan selalu menjadi pendukung hebat Manchester United dan Sir Alex Ferguson,” ujarnya.

“Mereka adalah salah satu lawan terbesar kami dan juga sumber inspirasi dan dorongan serta keinginan-keinginan besar. Dia (Ferguson) mencapai hal-hal besar. Hal-hal yang sebelumnya tidak pernah terjadi dan saya tidak tahu apakah ada orang lain di masa depan yang bsai menyamai prestasinya.”

Nedved sendiri sebenarnya punya peluang untuk pindah dan membela United. Saat Juventus dinyatakan bersalah atas kasus Calciopoli pada 2006 dan didegradasi ke Serie-B, tim yang saat itu diasuh Didier Deschamps tersebut ditinggali oleh beberapa pilar utamanya. Sebut saja Lilian Thuram, Gianluca Zambrotta, Emerson, Fabio Cannavaro, dan Zlatan Ibrahimovic.

Akan tetapi, Nedved memilih untuk tetap tinggal bersama rival Torino tersebut. Bersama Gianluigi Buffon, Alessandro Del Piero, dan David Trezeguet, mereka membawa klub ini hanya bertahan semusim di tingkat dua. Nedved kemudian pensiun pada akhir musim 2008/09, serentak dengan mundurnya dua pemain besar lainnya yaitu Luis Figo (Inter Milan) dan Paolo Maldini (AC Milan).

“Apakah sulit tetap masa kritis tersebut dan jawaban saya selalu tidak. Mudah untuk tetap tinggal bersama Juventus. Para pemain lain yang bertahan, juga berpikiran sama yaitu apa yang akan terjadi jika kami semua meninggalkan klub? Kami harus bertanggung jawab saat itu,” tuturnya.

Penyesalan memang selalu datang terlambat. Hal itu pula terjadi pada Nedved yang sampai kariernya berakhir tidak mengenakan seragam merah Manchester United. Ia justru merasa iri dengan rekan setimnya, Karel Poborsky, yang pernah memperkuat Setan Merah selama dua musim.

“Penyesalan? Saya tidak pernah bermain untuk United. Saya menyukai mereka. Saya menyukai generasi Paul Scholes, Giggs, dan kawan-kawan. Saya justru iri dengan Karel Poborsky yang bermain di Manchester United dan menjalani pertandingan-pertandingan hebat. Saya tahu dia masih cinta klub itu.”

Nedved boleh saja menyesal. Namun kembali lagi, harapan Nedved tidak bisa bermain untuk United dikarenakan loyalitasnya yang begitu tinggi bersama Juventus. Dia sangat pantas menerima status legenda dari Juventus dan mendapat tempat sebagai Wakil Presiden klub. Toh belum tentu juga Nedved bisa sesukses sekarang seandainya ia memutuskan bermain untuk United.