Foto: Standard.co.uk

Tidak semua penggemar sepakbola suka akan pertandingan antar legenda. Biasanya, karena alur dan tempo laga akan terasa lambat seiring ketahanan fisik yang berkurang, sehingga membuat pertandingan terasa membosankan. Namun bagi yang menyukai pertandingan seperti ini, melihat para bintang lawas kembali bermain sepakbola, menjadi kesenangan tersendiri.

Ada memori yang hadir dalam ingatan setiap menyaksikan legenda ini bermain. Yang paling terlihat jelas sudah pasti perubahan bentuk tubuh mereka. Hanya sedikit yang bentuk tubuhnya masih ideal. Sementara yang lain sudah memiliki perut buncit dan kesulitan untuk berlari. Selain bentuk fisik, kita juga kembali diingatkan dengan skill si pemain. Banyak dari mereka yang belum kehilangan sentuhannya meski sudah lama tidak bermain sepakbola.

Itulah yang ditunjukkan oleh sekumpulan pria berusia 40 tahun ke atas yang bermain di Old Trafford dalam wujud Manchester United Legends. Para mantan pemain ini ternyata masih mampu menyuguhkan penampilan yang enak dilihat. Sepakbola yang dimainkan jauh lebih mengalir, dan yang paling utama adalah mereka menang.

Saat menyaksikan United Legends mengalahkan Bayern Munich Legends dengan skor telak 5-0, media sosial mendadak penuh dengan komentar yang membandingkan para pemain United Legends dengan skuad Manchester United yang sekarang. Mayoritas dari mereka merasa kalau para pemain tua itu jauh lebih baik dan mencerminkan kualitas Manchester United yang sebenarnya dibanding United saat ini.

Membandingkan para legenda ini dengan pemain United sekarang jelas bukan perbandingan yang setara. Namun jika para pemain United saat ini ingin sejajar dengan mereka suatu saat nanti, maka laga kemarin bisa dijadikan sebuah pelajaran yang bagus.

Ada dua pemain dalam skuad United saat ini yang datang dalam acara tersebut yaitu Jesse Lingard dan Marcus Rashford. Mereka layaknya anggota dewan yang sedang melakukan studi banding ke sebuah negara untuk mencari ilmu agar bisa diterapkan di tempatnya sendiri. Namun keduanya tidak mendapat sambutan yang menyenangkan. Khususnya dari media sosial. Banyak yang mempertanyakan alasan klub mengundang dua pemain ini. Dua pemain yang skill-nya dianggap belum bisa disejajarkan dengan seluruh pria yang berada di atas lapangan.

Tidak sedikit yang membela Rashford dan Lingard sekaligus menganggap kritikan tersebut tidak tepat sasaran. Scott Paterson, dari Republic of Mancunia, merasa heran mengapa para penggemar United nampak tidak menyukai dua jebolan akademi tersebut, khususnya Rashford yang saat ini masih berusia 21 tahun dan kerap mencetak gol-gol penting.

Namun Scott sendiri mendapat balasan yang tidak kalah pedas. Para pengkritik berbalik mempertanyakan konsistensi Rashford yang belum bisa membuat minimal 15 gol dalam semusim. Apalagi tentang Lingard yang musim lalu tidak terlalu memberikan kontribusi yang signifikan bagi perjalanan Setan Merah. Layaknya pejabat yang melakukan studi banding, baik Rashford dan Lingard bisa mengambil banyak pelajaran dari para legenda klub secara langsung. Bukan dari menonton rekaman video atau membaca profil mereka di surat kabar.

Para legenda ini seperti menunjukkan betapa kontrasnya penampilan United yang sekarang dengan mereka di zaman dulu. Cara mereka melakukan build up serangan masih rapi seperti sebelumnya. Tidak seperti United musim lalu yang kerap kesulitan hanya sekadar untuk keluar dari pressing lawan.

Yang paling terlihat jelas adalah permainan para individu. Satu yang menjadi sorotan dan menuai pujian adalah David Beckham. Becks sudah sering bermain dalam laga-laga testimoni seperti ini, namun yang ia tampilkan hari Minggu kemarin adalah bukti kalau kualitasnya belum benar-benar habis.

Kita tidak disuguhkan gol dari tendangan bebas, namun si nomor tujuh ini menunjukkan kualitas bagaimana cara melepaskan umpan silang yang baik dan benar. Banyak yang berharap Ashley Young hadir untuk melihat cara si nomor tujuh memberi umpan silang yang bisa menghasilkan peluang. Selepas laga, muncul meme yang membandingkan kualitas umpan Beckham dengan Young. Tidak sedikit yang menginginkan ayah empat orang anak ini dikontrak sebagai pemain magang atau bahkan menjadi mentor untuk latihan umpan silang dan diagonal.

Banyak pelajaran dari para legenda ini yang bisa dipetik. Scholes dan Stam adalah contoh lain. Mereka masih mau tampil serius meski pertandingan ini tidak mementingkan hasil akhir. Kedua pemain ini seperti menunjukkan kalau seperti ini cara merebut bola. Stam bahkan tidak segan-segan melepaskan tekel. Sampai-sampai Ivica Olic terjengkang.

Bahkan pemain yang usianya lebih tua dari Stam tidak segan-segan ia hajar. Kontras dengan bek United saat ini yang tidak lagi garang seperti pemain asal Belanda tersebut. Ucapan Solskjaer yang mengatakan kalau Stam dan (Ronny) Johnsen bisa menjadi bek tengah pilihannya menjadi bukti kalau bek tengah United saat ini kualitasnya jauh berbeda. Bagaimana tidak, United butuh Stam dan Johnsen untuk bisa meraih clean sheets ketiganya selama tahun 2019.

***

Apa yang terjadi hari Minggu kemarin adalah bukti betapa kontrasnya perbandingan Manchester United saat ini dengan Manchester United zaman dulu yang diwakilkan oleh aksi para legendanya. Diharapkan para pemain saat ini bisa memetik pelajaran dari para legenda tersebut tentang bermain dengan cara United yang baik dan benar. Jangan sampai kedepannya para penggemar lebih suka menyaksikan pertandingan testimoni seperti ini karena jauh lebih menyenangkan ketimbang melihat United era Rashford dan Lingard yang kerap membuat frustrasi.