Pada Kamis (12/9) dini hari kemarin, sebuah pertandingan berlangsung di Etihad Stadium. Laga tersebut mempertemukan para legenda Manchester City melawan Premier League all stars. Pertandingan yang berakhir dengan skor 2-2 tersebut digelar sebagai bentuk penghormatan Manchester City kepada salah satu mantan pemain mereka, Vincent Kompany.

Penggawa timnas Belgia tersebut memang patut mendapatkan pertandingan penghormatan. Ia datang sebagai pemain muda yang menjadi awal dari rezim Sheikh Mansour bersama City. Mantan pemain Anderlecht ini kemudian bertahan selama 11 musim, memberikan empat gelar Premier League, dan menjadi salah satu kapten terbaik yang pernah bermain untuk kompetisi tersebut.

Akan tetapi, si pemain sendiri justru absen dalam pertandingan tersebut. Cedera hamstring memaksanya untuk absen dari pertandingan testimoninya sendiri. Sepanjang pertandingan, ia hanya duduk bersebelahan dengan Pep Guardiola. Meski objek pertandingan tersebut tidak hadir, namun Kompany meminta para pendukung untuk tetap hadir karena banyak pemain-pemain hebat yang bermain di sana.

“Sayangnya, saya tidak bermain. Saya tidak bisa memulai pertandingan testimoni ini. Ini sudah menjadi ciri khas saya, mengalami cedera hamstring. Saya tidak mau mengambil risiko, namun ada banyak pemain yang luar biasa hari ini. Sulit dipercaya memang karena ini adalah perayaan untuk mengucapkan selamat tinggal untuk saya, tapi saya tidak berada di atas lapangan. Bagi saya, ini adalah sebuah ironi,” tutur Kompany.

Derby Manchester Antar Legenda

Meski pertandingan ini mempertemukan para legenda Manchester City melawan bintang-bintang Premier League, namun sejatinya laga ini seperti mempertemukan legenda City dengan legenda Manchester United. Hal ini tidak lepas dari dominasi para pemain MU dalam skuad Premier League All Stars.

Dalam skuad yang dipimpin oleh Roberto Martinez dan Thierry Henry tersebut, ada tujuh mantan penggawa United yang ambil bagian. Mereka adalah Edwin Van der Sar, Gary Neville, Michael Carrick, Nicky Butt, Paul Scholes, Ryan Giggs, dan Robin Van Persie.

Jumlah ini sebenarnya bisa lebih banyak jika Phil Neville, John O’Shea, dan Wes Brown hadir. Namun hingga hari pertandingan, mereka tidak muncul. Kehadiran tujuh pemain tersebut dilengkapi dengan beberapa mantan pemain lain seperti Mikel Arteta, Robbie Keane, Jamie Carragher, Rafael Van der Vaart, dan Tim Cahill.

Beberapa pemain United yang hadir pada laga ini benar-benar mencuri perhatian. Proses gol pertama City dari Martin Petrov berawal dari lengahnya penjagaan Gary Neville kepada pemain Bulgaria tersebut. Kegagalan lini belakang ini diperparah dengan tertinggalnya Ashley Cole sehingga jebakan offside tidak berjalan dengan baik.

Proses gol pertama tim all stars dari Robbie Keane diawali dengan build-up rapi antara Michael Carrick, Ryan Giggs, dan Robin van Persie. Nama terakhir kemudian mencetak gol kedua memanfaatkan kombinasi umpan antara ia dan Keane. Sayangnya, keunggulan 2-1 mereka sirna oleh gol menit terakhir melalui Benjani Mwaruwari yang tampil dengan kepala botaknya.

Selain proses gol, para penggawa United ini mencuri perhatian dengan beberapa aksinya. Sebut saja gaya Scholes yang melakukan No look pass, serta sorakan untuk Gary Neville dari para pendukung City setelah ia ditarik keluar karena merasa ada gangguan pada hamstringnya.

Rasa Terima Kasih Kompany Kepada Manchester United

Selain menghormati jasa seorang Kompany, pertandingan ini juga bermaksud untuk mengumpulkan donasi bagi badan amal milik si pemain yaitu Tackle4MCR. Yayasan ini bertujuan untuk mengumpulkan dana untuk mendukung para tuna wisma yang masih berkeliaran di jalanan kota Manchester.

Pada pertandingan kali ini, terkumpul dana 300 ribu paun (5,1 miliar rupiah). Sesuatu yang membuat Kompany merasa senang. Apalagi dia mendapat banyak dukungan terutama dari manajer Manchester United, Ole Gunnar Solskjaer, yang notabene adalah rival City di atas lapangan.

“Secara khusus, kami berurusan dengan tuna wisma di wilayah Greater Manchester. Program ini tidak akan sukses jika tidak melibatkan sisi lainnya di Manchester yaitu sisi merah. Dalam hal ini, Solskjaer terlibat membantu kegiatan ini sejak awal.”

“Kami punya perbedaan, tetapi kami menjadi kuat jika kami bersama. Manchester kini telah berubah menjadi semakin kuat sehingga kami bisa berbuat lebih banyak,” tutur Kompany.