Foto: Metro

Satu pemain Manchester United dipastikan tidak lagi bermain hingga musim 2020/2021 berakhir. Dia adalah Anthony Martial. Pertanyaan terbesarnya adalah apakah hilangnya Martial memberi pengaruh signifikan terhadap kualitas lini depan United pada sisa musim ini?

Ketika Ole Gunnar Solskjaer memutuskan menjual Romelu Lukaku ke Inter Milan, tidak sedikit penggemar United yang merasa kecewa. Alasannya sederhana, Lukaku saat itu masih terhitung cukup tajam bagi lini depan Setan Merah. Musim pertamanya diakhiri dengan catatan 27 gol. 15 gol kemudian hadir pada musim kedua. Meski menurun, namun catatan 42 gol hanya dalam dua musim tentu menunjukkan kalau dia adalah predator di kotak penalti.

Kekecewaan bertambah ketika Ole memilih Anthony Martial dan tidak merekrut striker baru. Saat itu, Martial memang sudah diisukan hengkang karena penampilannya yang tidak konsisten. Jarangnya ia mendapat dua digit gol di liga adalah alasan utama.

Namun, banyak juga yang membela Martial saat itu. Mereka yang merasa Martial layak mendapat menit main lebih, beranggapan kalau ketajaman Martial menurun karena performa United yang selalu menggonta-ganti pelatih. Imbasnya, Martial memainkan peran yang berbeda.

Van Gaal menjadikannya striker pada awal-awal kedatangannya sebelum mengubahnya sebagai winger. Begitu pula dengan Mourinho. Hanya Ole Gunnar Solskjaer yang hakul yakin kalau Martial itu lebih cocok jadi striker nomor 9. Oleh karena itu, ketika Martial sukses berkontribusi dalam 35 gol United (23 gol, 12 assist) dari 48 pertandingan, tidak sedikit yang merasa kalau masalah lini depan United terselesaikan dan merasa kalau dari dulu Martial memang harus jadi striker utama United dan bukannya Romelu Lukaku.

Sayangnya, catatan gol tersebut menurun drastis pada musim ini. Martial yang sudah bermain 36 kali musim ini, hanya mencetak 7 gol dan 4 assist. Parahnya lagi, Martial hanya membuat empat gol di liga. Berkurang jauh dari catatan musim lalu yang sanggup membuat 17 gol.

Inilah yang membuat Martial kembali menjadi sasaran kritik sekaligus olok-olok. Tidak ada yang berubah dari segi formasi dan peran Martial di lapangan, namun catatan golnya berkurang. Tidak salah jika ada anggapan kalau mantan pemain Monaco ini memang tidak punya kemampuan dalam hal konsistensi.

Pada usia yang menjelang 26 tahun, Martial masih berkutat untuk menunjukkan kalau dia memang layak menjadi pemain penting di sebuah klub besar. Paul Scholes menyebut kalau Martial adalah pemain yang pandai menipu penggemar United karena bisa seperti pemain nomor 9 meski nyatanya tidak.

Hal serupa juga diucapkan oleh Alan Shearer yang merasa kalau Martial justru membuang banyak waktu dengan bermain melebar. Ironis memang, merasa layak menjadi pemain nomor 9 namun di lapangan dia masih sering melebar.

“Martial lebih banyak menghabiskan waktu untuk melebar. Inilah kenapa jika mencetak gol bukan menjadi pekerjaan yang berarti bagi dirinya. Kalau dirinya memang ingin main jadi penyerang tengah, ya maka Anda harus merasa menjadi penyerang tengah. Ini sudah bukan lagi soal pengalaman, melainkan rasa lapar,” kata pencetak gol sepanjang masa Premier League ini.

Segalanya berjalan buruk bagi Martial. Selain catatan golnya menurun, catatan shots per pertandingannya juga mengalami pengurangan. Dia yang musim lalu bisa membuat 2,5 shots per laga, kini jumlah itu berkurang menjadi 2 saja. Ia bahkan bisa mengakhiri pertandingan tanpa menendang bola sama sekali.

Puncak dari buruknya performa Anthony Martial adalah ketika Ole Gunnar Solskjaer mengonfirmasi kalau si pemain akan mengakhiri musim 2020/2021 lebih cepat. Cedera ketika membela Prancis membuat Martial harus menjalani aktivitasnya dengan menggunakan alat penyangga kaki.

“Sangat disayangkan ketika Anthony tidak bisa bermain melawan Brighton. Sang pemain juga berpotensi akan absen hingga akhir musim ini karena cedera yang ia dapatkan bersama timnas. Kami berharap ia bisa kembali sebelum musim berakhir, tapi kami tidak yakin,” kata Ole.

Meski kehilangan salah satu pemainnya, namun reaksi di media sosial tampak menunjukkan sebaliknya. Alih-alih kehilangan, banyak yang justru merasa gembira kalau Martial tidak akan bermain lagi setidaknya untuk musim ini. Ketimbang berharap dia kembali lebih kuat, suporter lebih berharap manajemen merekrut striker baru yang punya kualitas lebih baik ketimbang dirinya.

Bisa dimaklumi jika suporter bersikap demikian. Ada atau tidaknya Martial memang terkesan sama saja. Musim ini, tugas mencetak gol lebih banyak diemban oleh Marcus Rashford dan Bruno Fernandes. Selain itu, Martial juga kadang tidak bisa berbuat apa-apa ketika dimainkan. Seperti apa yang dikatakan Shearer sebelumnya. Terkesan moody dan tidak punya rasa lapar.

“Akhir dari musim yang menyedihkan bagi Martial. Mohon maaf sebelumnya, ini menjadi musim terburuknya,” kata wartawan Manchester Evening News, Samuel Luckhurst.