Suka tidak suka, mau tidak mau, Jose Mourinho pernah menjadi bagian dari keluarga besar Manchester United. Trofi terakhir yang pernah diraih klub, datang dari dirinya. Sayangnya, ia harus menyelesaikan kontraknya di Manchester dengan nasib sial yaitu dipecat. Padahal, ia dikontrak United hingga musim panas 2020 mendatang.
Mourinho sebenarnya salah satu pelatih terbaik sepanjang sejarah Setan Merah. Ia hanya kalah dari Sir Alex Ferguson soal rasio kemenangan yaitu 58,33% untuk manajer yang sudah menjalani 100 pertandingan. Namun kesan yang ditinggalkan oleh Mourinho sudah kadung dicap negatif oleh beberapa penggemar. Parkir bus, konflik antar pemain, dan konflik antar media adalah sesuatu yang kerap ia lakukan dalam dua setengah musim karier kepelatihannya.
Sekarang, Mourinho sedang menganggur. Tugasnya kini menjadi pundit di salah satu stasiun televisi Spanyol yang menyiarkan Premier League. Kemampuannya menganalisis pertandingan dari perspektifnya tentu sangat membantu bagi stasiun TV tersebut untuk mendapatkan rating dan share di negaranya.
Namun Mourinho kangen memimpin tim dari pinggir lapangan. Ia sudah tidak sabar untuk menjadi manajer seperti yang ia lakukan sebelum menjadi pundit. Beberapa gosip mengatakan kalau Prancis akan menjadi pelabuhan selanjutnya. Bahkan ada beberapa klub yang menghubunginya untuk memberi tawaran. Sayangnya, tawaran tersebut ditolak Mourinho. Bukan karena gengsi, namun Mourinho mencari tim yang bisa memenuhi syaratnya.
“Saya malu memberi tahu Anda kalau saya telah menolak beberapa tawaran. Tapi tim yang saya inginkan adalah tim yang tidak ada konflik di dalamnya. Saya ingin seluruh tim bisa bersifat empati. Konflik harus muncul ketika Anda ada di lapangan ketika melihat lawan yang mencoba mengambil tiga poin Anda.”
“Selain itu, tim tersebut harus punya struktur. Jadi ada dua persyaratan yaitu struktur yang bagus dan empati. Klub akan menjadi struktur yang kompleks dengan manajer menjadi bagian penting dari sebuah struktur.”
“Orang mengatakan kalau manajer ini tidak suka dengan direktur sepakbola, pemandu bakat, pemilik, presiden klub. Saya sukses karena tim itu bukan karena struktur, tapi di dalam struktur tersebut ada rasa empati.”
“Saya ingin orang yang bekerjasama dengan baik bersama saya. Orang yang bisa berbagi ide yang sama. Itu adalah hal mendasar. Anda sekarang punya pemain yang memiliki banyak paket di belakangnya. Ada keluarga, agen, direktur komunikasi. Bahkan ada yang punya tim medis sendiri dan pelatih kebugatan pribadi. Ini semua bisa menjadi gangguan, dan jika tidak ada empati, maka akan sangat sulit untuk bekerja.”
Entahlah apakah Mourinho menyindir United secara halus. Apa yang ia ceritakan sebenarnya sama dengan situasi United sekarang yang katanya tidak punya struktur manajemen yang bagus. Namun dalam kontraknya, ia sudah disumpah untuk tidak membicarakan hal yang jelek terkait United. Akan tetapi, Mourinho punya beberapa cara agar sindiran tersebut seolah tidak mengarah ke klub mana pun. Caranya adalah dengan pemilihan diksi yang kabur dan ambigu.
Lantas apakah ada klub seperti itu? Kata Mourinho, ada. Klub tersebut adalah Inter Milan yang ia bawa meraih treble pada musim 2009/2010. Klub seperti itu yang ingin ia cari. Klub yang sebelumnya tidak dipandang siap meraih trofi, namun punya ambisi untuk meraihnya.
Selain misteri soal tim dan negara yang akan ia datangi untuk melatih, satu misteri lain yang belum bisa dipecahkan Mourinho adalah penilaian orang-orang tentang dirinya. Ia seolah terkena standar ganda dari pihak mana pun. Ekspresi apa pun yang ia lakukan sudah pasti dicap buruk entah itu oleh media atau bahkan suporter tempat dirinya melatih seperti yang ia alami di United.
“Bisakah kalian bayangkan aku bertingkah seperti Diego Simeone. Menunjuk selangkangannya di depan pendukung? Bisakah Anda bayangkan itu? Lalu lihat Mauricio Pochettino yang memprotes keputusan Mike Dean. Bisakah Anda bayangkan kalau saya yang melakukan itu? Sudah pasti saya akan mendapat konsekuensi yang berbeda. Saya tidak tahu kenapa.”
“Saya tidak memenangi trofi selama 18 bulan, tapi ada tim yang tidak memenangi trofi selama 18 tahun. Saya tidak tahu kenapa meski habitat alami saya adalah menang. Namun sekarang saya punya waktu untuk berpikir, merenung, mencoba memahami apa yang terjadi sebelumnya, dan berusaha lebih siap untuk tantangan berikutnya. Saya yakin tantangan itu akan datang.”
Ket: Segala kutipan dari Jose Mourinho tersebut diambil dari wawancara langsung bersama Telegraph