Bagi Wout Weghorst, kepindahannya ke Manchester United bukan hanya sebagai peningkatan karier, namun juga sebagai momen pembuktian kalau dia bukan sosok yang gagal di Liga Inggris.

Manchester United sudah menentukan pilihan terkait masalah mereka di lini depan. Klub sudah secara resmi mendatangkan Wout Weghorst dari Burnley dengan status pinjaman. Pemain jangkung ini sudah diperkenalkan secara resmi dan telah mengikuti sesi latihan bersama tim. Ia kini tinggal menunggu kesempatan yang diberikan oleh Ten Hag pada waktu pertandingan.

Bagi Weghorst, kepindahannya ke United adalah sebuah peningkatan karier yang signifikan. Sebelumnya, ia hanya dikenal sebagai bomber untuk tim-tim kelas menengah macam Emmen, Heracles, AZ, Wolfsburg, dan Burnley. Baru Besiktas, klub besar yang pernah ia perkuat meski hanya di level Liga Turki.

Selain itu, Weghorst juga membawa misi lain ketika datang ke United yaitu sebuah misi pembuktian. Ambisi untuk mencetak banyak gol bisa menjadi peredam anggapan kalau dia adalah salah satu rekrutan gagal yang pernah terjadi di Premier League.

“(Misi saya) belum selesai. Pertama kali saya ke sini hasilnya tidak sesuai harapan saya dan saya sangat lapar untuk menunjukkan diri saya sebenarnya untuk membantu tim,” kata Weghorst kepada United.

“Sekarang, kami berada di jalur yang bagus. Dalam beberapa bulan terakhir segalanya berjalan positif dan saya hanya ingin berkontribusi dan memberikan yang terbaik untuk klub. Saya akan memberikan segalanya dan saya akan mencoba untuk menjadi bagian dari kesuksesan yang sedang kami tuju,” katanya menambahkan.

Sepanjang kariernya, hanya Inggris negara yang belum bisa Weghorst taklukkan dengan gol-golnya. Saat ia memperkuat Burnley pada awal tahun 2022 lalu, ia hanya membuat dua gol dari 20 pertandingan. Ia pun langsung dianggap sebagai salah satu transfer flop di Liga Inggris pada saat itu mengingat ia direkrut dengan nilai 12 juta pounds. Angka yang cukup besar untuk ukuran tim sekelas Burnley.

Kisah Weghorst di Burnley memang cukup tragis. Pada awal kedatangannya, ia mendapat banyak sekali pujian terutama dari manajernya saat itu, Sean Dyche. Sang manajer begitu  mengagumi gaya, kualitas, serta etos kerja si pemain yang membuat Burnley berani menjadikannya sebagai transfer termahal nomor empat sepanjang sejarah.

Sayangnya, keadaan begitu sulit untuk dirinya. Keran golnya tidak mengalir deras. Sebaliknya ia mulai dikritik karena dianggap gemar membuang-buang peluang. Situasi semakin memburuk karena Burnley tidak kunjung keluar dari zona degradasi hingga akhir musim.

Hubungan dengan Burnley semakin merenggang ketika Weghorst menolak untuk berjuang bersama The Clarets. Ia merasa kalau kualitasnya masih jauh lebih baik untuk bermain di level tertinggi. Lagipula, ia juga tidak ingin tempatnya di Piala Dunia hilang karena bermain di kompetisi level dua.

“Kami sudah jelas sepakat kalau saya tidak akan bermain di Championship. Klub ingin mempertahankan saya dan saya akan melakukan apa pun untuk membawa mereka kembali. Tapi, penting juga bagi saya untuk bermain di level tertinggi karena akan ada Piala Dunia di Qatar,” kata Weghorst.

Sebuah keputusan yang tepat karena bersama Besiktas ia kembali menjadi Weghorst yang dikenal banyak orang. Ia juga sempat menjadi pahlawan negara pada Piala Dunia. Sebuah torehan yang membawanya kembali ke Premier League bersama Manchester United.

Pertandingan melawan Crystal Palace tengah pekan ini akan menjadi ajang pembuktian kalau dia bukanlah pemain yang gagal.