Sekitar Februari 2019 lalu, kabar kurang menggembirakan datang dari salah satu mantan pemain Manchester United, Mickey Thomas. Saat itu, ia dikabarkan sedang menderita kanker di perutnya sejak Desember 2018 lalu. Selain itu, ia juga diberitakan sedang mengalami kesulitan keuangan untuk menyembuhkan penyakit yang ia derita tersebut.

Seiring berjalannya waktu, Mickey akhirnya bisa keluar dari penderitaan tersebut. Saat ini, ia sudah kembali beraktivitas seperti biasa. Didiagnosis menderita kanker jelas bukan sesuatu yang mudah diterima untuk pria tua seperti dirinya. Titik terendah dalam hidupnya ketika dokter yang menanganinya menyebut kalau hanya 30 persen saja orang yang masih bisa hidup jika menderita penyakit seperti yang ia rasakan.

“Saya kaget ketika dokter berkata kalau Anda tidak akan selamat. Dari 100 orang, 70 persen diantaranya meninggal dunia. Probabilitasnya jauh lebih buruk dibanding 50/50. Saya baru saja pingsan dan terbangun di rumah sakit dengan banyaknya kabel di atas kepala saya. Saya tidak bisa berbuat apa-apa selain ketakutan,” tuturnya dalam situs resmi klub.

Kekhawatiran tidak bisa lagi menikmati hidup memang menjadi sesuatu yang ditakutkan oleh Mickey. Saat pertama kali divonis terkena kanker, satu hal yang berada di pikirannya adalah harapan untuk bisa terus menikmati hidup.

Awal mula Mickey merasa ada masalah dalam tubuhnya terjadi ketika ia sedang menikmati sepotong besar buah apel yang menjadi rutinitasnya dalam menikmati pagi hari yang cerah. Namun saat itu ada sesuatu yang aneh ketika dia kesulitan untuk menelan apel tersebut. Ketika ia pergi ke dokter untuk membahas masalah ini, dokter saat itu hanya memberinya beberapa tablet untuk diminum.

Seiring berjalannya hari, sakit yang diderita semakin parah. Ia sulit untuk menelan apa pun yang ia makan. Ia mulai menyadari kalau ada masalah yang jauh lebih parah dari sekadar tidak bisa menelan makanan. Bryan Robson menjadi orang yang menyuruhnya untuk terus pergi ke dokter. Robbo adalah salah satu teman Mickey yang merasa ada yang aneh dari wajahnya.

“Cara Robbo melihat saya membuat saya semakin takut. Ia berkata kalau saya harus pergi ke dokter. Saya pergi ke dokter dan berbicara kepadanya. Lalu saya mendengar sesuatu yang tidak terduga. Dia berkata: Anda mengalami penyumbatan. Ada sel kanker yang sangat besar di bagian perut dan itu berdarah. Saya merasa sendirian karena saat itu saya meminta teman-teman saya untuk pulang karena semuanya baik-baik saja.”

“Ucapan itu merupakan awal dari penantian panjang penderitaan bagi saya karena saya tidak tahu apakah penyakit itu langsung membunuh saya atau apakah saya bisa selamat. Saya harus melakukan CT Scan beberapa kali untuk melihat apakah kanker tersebut ada di tempat lain. Masa-masa menunggu itu juga sangat mengerikan. Namun kanker yang saya terima ternyata hanya berada di satu area.”

Dokter yang mengurus Mickey mau tidak mau harus melakukan operasi. Kemoterapi yang sudah dijalani sembilan minggu ternyata tidak membuat kankernya menyusut. Hal ini yang sempat membuatnya pingsan selain ucapan dokter yang menyebut probabilitas kehidupannya tidak mencapai 50 persen.

“Dokter mengatakan kepada saya kalau tidak ada jalan lain selain operasi. Sampai mendekati hari H, saya tidak bisa menelan air. Anda bisa bayangkan saya memasuki ruang operasi dengan kondisi tidak sadar karena saya harus dibuat koma.”

Tuhan masih sayang kepada Mickey. Setelah melakukan operasi, Mickey ternyata masuk ke dalam golongan orang-orang yang berada di bagian 30 persen tersebut. Empat sampai lima bulan setelah operasi, Mickey tidak lagi mengalami masalah berarti dalam tubuhnya. Meski begitu, ia harus berhati-hati karena sedikit infeksi dalam bekas operasi yang dilakukan bisa membuatnya mengalami masalah yang jauh lebih serius lagi.

“Ketika saya bangun, saya hanya mendengar ucapan samar-samar yang menyebut kalau mereka sudah mengeluarkan kankernya. Namun selama 10 hari setelah operasi, saya masih dalam situasi hidup atau mati karena jantung saya mengalami komplikasi. Infeksi serius bisa membunuh saya karena ini adalah operasi yang berbahaya. Saya menangis ketika mendengar hal itu.”

“Sekarang, sudah empat bulan sejak operasi dan butuh waktu lama bagi saya untuk benar-benar pulih. Butuh setahun untuk menjalani pemulihan. Ini menjadi proses besar karena ada beberapa hal yang sebelumnya bisa dilakukan dan sekarang tidak bisa lagi seperti makan makanan besar.”

Pulihnya Mickey juga tidak lepas dari dukungan orang-orang terdekat. Selain keluarga besarnya, beberapa orang di Manchester United seperti Sir Alex Ferguson dan Ed Woodward juga mendukungnya melalui pesan-pesan yang mereka kirimkan. Bahkan beberapa pendukung United di Amerika, Australia, dan negara lain juga mengirimkan surat sebagai bentuk dukungan kepadanya.

Pengalaman Mickey sebagai survivor kanker membuatnya belajar pentingnya menikmati hidup. Kini ia mengaku lebih bijak dalam menggunakan hari-hari tuanya. Salah satunya adalah mengembalikan kepercayaan dirinya yang sempat hilang karena vonis kalau dirinya bisa meninggal akibat kanker tersebut.”

“Kini, saya lebih menghargai hidup saya. Saya ingin kembali menjadi orang yang percaya diri. Dalam malam saya selalu berdoa sembari berpikir apakah saya masih akan berada di sini lagi pada hari esok? Apakah ada sesuatu yang akan terjadi saat saya tidur? Apakah saya masih bisa bangun? Saya harus keluar dari bayang-bayang itu.”

“Saya senang ada kemajuan dalam hidup saya. Semuanya harus berjalan hari demi hari sejak saat ini. Saya tidak yakin apa yang akan terjadi pada hari esok, namun saya berterima kasih untuk apa yang sudah diberikan pada hari ini.”